Program TransisiIndikatif tahun 2009
9
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Kondisi Geografis
Propinsi Jawa Timur dibentuk dengan Undang Undang Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1950, yang ditetapkan pada tanggal 2 Pebruari
1950, merupakan gabungan dari Pemerintahan Daerah Karesidenan Surabaya, Madura, Besuki, Malang, Kediri, Madiun dan Bojonegoro. Jawa
Timur terletak pada 110 ˚54’ hingga 115˚57’ Bujur Timur dan 5˚37’ hingga
8 ˚48’ Lintang Selatan. Secara umum wilayah Jawa Timur dibagi dalam 2
bagian, Jawa Timur Daratan dan Wilayah Kepulauan Madura. Luas Jawa Timur daratan hampir mencapai 90 dari seluruh luas Propinsi Jawa
Timur atau mencapai 47.157,72 Km2, sedangkan luas Kepulauan Madura dan sekitarnya hanya 10.
Berdasarkan struktur fisik dan kondisi geografis, Jawa Timur dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1 Bagian Utara dan Madura merupakan
daerah yang relatif kurang subur pantai, dataran rendah dan pegunungan; 2 Bagian Tengah merupakan daerah yang relatif subur;
3 Bagian Selatan-Barat merupakan pegunungan yang memiliki potensi tambang cukup besar; 4 Bagian Timur merupakan daerah sebagai
penghubung Pulau Bali dan Indonesia Bagian Timur. Wilayah Administrasi Pemerintahan Jawa Timur terbagi dalam 29
Kabupaten, 9 Kota, 654 Kecamatan dengan 784 Kelurahan dan 7.684 Desa, sedangkan jumlah penduduk Jawa Timur sebanyak 37,7 juta jiwa
dengan pertumbuhan rata-rata 1,06. Jumlah penduduk Jawa Timur pada saat ini mencapai 37.478.737 jiwa
awal Januari 2008. Dalam empat tahun terakhir 2003-2007, rata-rata pertumbuhannya mencapai 1,06 per tahun. Komposisi penduduk terdiri
atas laki-laki sebanyak 18.492.276 jiwa 49 dan perempuan sebanyak 18.986.461 jiwa 51 .
Program TransisiIndikatif tahun 2009
10
2.2 Kinerja Makro Perekonomian Daerah
a. Pertumbuhan Ekonomi
Kinerja perekonomian Jawa Timur dari tahun ke tahun cenderung mengalami perbaikan, kecuali pada tahun 2006, dimana pada saat itu
dampak negatif kenaikan harga BBM dan cukai rokok terhadap perekonomian mencapai puncaknya. Hal ini dapat dilihat terutama dari
perkembangan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 ADHK 2000.
Pada tahun 2005, PDRB ADHK 2000 Jawa Timur tumbuh sebesar 5,84 persen menjadi Rp 242.229 milyar. Kinerja perekonomian Jawa
Timur pada tahun 2005 tidak secepat tahun 2004, yang disebabkan Pemerintah membuat kebijakan ekonomi yang tidak populer berupa
peningkatan harga BBM pada Bulan Mei dan Oktober serta cukai rokok. Dampak negatif kebijakan tersebut terhadap perekonomian
Jawa Timur sudah tampak pada tahun 2005 dan mencapai puncaknya pada tahun 2006.
Memang pada tahun 2005, PDRB ADHK 2000 Jawa Timur masih tumbuh, namun laju pertumbuhannya relatif tidak lebih besar dibanding
tahun 2004. Pada tahun 2005 perekonomian Jawa Timur tumbuh sebesar 5,84 persen, relatif sama dibanding tahun 2004 yang
besarnya 5,83 persen. Namun demikian, pencapaian pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2005 masih lebih besar dari target
yang ditetapkan pemerintah, yaitu 5,30 persen. Secara sektoral, seluruh sektor masih tumbuh pada tahun 2005,
kecuali sektor Listrik, Gas dan Air Minum. Namun beberapa sektor utama mengalami perlambatan dalam pertumbuhannya pada tahun
2005 dibanding tahun 2004, yaitu sektor Industri Pengolahan; sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; dan sektor Angkutan dan
Komunikasi. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih bahkan mengalami kontraksi pada tahun 2005.
Program TransisiIndikatif tahun 2009
11
Sektor dengan laju pertumbuhan paling cepat pada tahun 2005 adalah sektor Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan 10,68
persen; sektor Pertambangan dan Penggalian 9,32 persen; sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,15 persen; sektor Angkutan dan
Komunikasi 5,00 persen; sektor Industri Pengolahan 4,61 persen; dan sektor lainnya.
Namun demikian, sektor-sektor yang memberi kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tetap sama, yaitu sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran serta sektor Industri Pengolahan. Pada tahun 2006, seperti telah disinggung dimuka, dampak negatif
kenaikan harga BBM mencapai puncaknya terhadap perekonomian Jawa Timur. Ditambah dengan adanya bencana luapan lumpur panas
Lapindo, itu semua telah membuat kinerja ekonomi Jawa Timur pada tahun 2006 merosot dibanding tahun 2005. Hal itu diperlihatkan oleh
melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, dari 5,84 persen pada tahun 2005 menjadi 5,80 persen pada tahun 2006. Hal ini
terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan sektor Industri Pengolahan, sektor Konstruksi, sektor Keuangan, Sewa Bangunan dan
Jasa Perusahaan. Namun demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang
dicapai pada tahun 2006 masih sama dengan target pertumbuhan yang ditetapkan, yaitu 5,80 persen. Dan pada tahun 2007
pertumbuhannya meningkat menjadi 6,02 persen angka sangat sementara.
b. PDRB Perkapita