c Osteoarthrosis
Osteoarthrosis adalah kelainan sendi degeneratif dimana bentuk dan struktur dari sendi temporomandibula itu sendiri abnormal. Osteoarthrosis juga merupakan
kelainan sendi non inflamasi dimana terdapat kerusakan sendi diikuti oleh proliferasi tulang. Kerusakan dari sendi akan menyebabkan kehilangan tulang rawan artikular
dan terkikisnya tulang. Proliferasi dari tulang akan membentuk formasi tulang yang baru pada pinggiran sendi dan
subchondral
. Etiologi dari osteoarthrosis masih belum jelas diketahui, tetapi beberapa studi mengemukakan bahwa trauma dan
internal dearangements
merupakan faktor etiologi yang berperan saat ini. Tanda dari kelainan ini seperti sakit yang terlokalisasi pada regio STM, pembukaan rahang yang terbatas,
krepitus, sakit ketika STM dipalpasi.
38,40
2.3.3 Etiologi Gangguan STM
Gangguan STM merupakan suatu kelainan yang terjadi pada sendi temporomandibula dan otot mastikasi. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
multifaktorial, yaitu usia, jenis kelamin, kebiasaan buruk, dukungan oklusal, maloklusi, faktor psikologis, trauma, pemakaian protesa yang lama.
2.3.3.1 Usia
Pembagian kelompok usia menurut WHO dibedakan atas 45 –59 tahun, 60–74
tahun, diatas 75 tahun. Usia dapat mempengaruhi terjadinya gangguan STM pada satu individu. Prevalensi terjadinya gangguan STM pada wanita lansia lebih rendah
daripada wanita di usia muda. Hal ini dikarenakan hormon reproduktif pada wanita yang berpengaruh pada rasa sakit yang ditimbulkan.
14,24
Banyak penelitian yang mengaitkan bahwa terjadinya gangguan STM berkurang seiring usia bertambah. Hal ini didukung oleh penelitian Mundt T dkk
2005, subyek yang berusia 45 –84 tahun lebih sedikit mengalami sakit pada otot
mastikasi. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Himawan LS dkk 2007,
Universitas Sumatera Utara
prevalensi terjadinya gangguan STM pada lansia adalah rendah. Namun hasil penelitian Rutkiewizs 2006 pada populasi orang dewasa 30
–80 tahun terdapat lebih banyak tanda klinis terjadinya gangguan STM pada usia yang lebih tua
dibandingkan usia yang lebih muda.
5,8,48
2.3.3.2 Jenis Kelamin
Menjadi seorang wanita atau pria merupakan salah satu prediktor yang sangat penting terhadap kesehatan seseorang. Kasus gangguan STM lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pria. Beberapa studi mengemukakan terjadinya gangguan STM pada wanita dikarenakan sensitivitas biologi pada wanita lebih tinggi dan hormon
pada wanita juga berpengaruh dalam terjadinya gangguan STM. Terjadinya gangguan STM pada wanita 1,5
–2 kali lebih besar dibandingkan pria dan 80 dari kasus gangguan STM yang ditangani adalah pada wanita. Hal ini didukung oleh penelitian
Casanova-Rosado JF dkk 2005, prevalensi terjadinya gangguan STM lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria 52,9:37,9. Menurut penelitian Bagis B dkk 2012,
wanita lebih banyak menderita gangguan STM daripada pria 2.3:1. Hasil penelitian Mundt T dkk 2005 dan Shet RGK dkk 2013 juga melaporkan prevalensi
terjadinya gangguan STM lebih tinggi pada wanita.
4,5,9,16
Mekanisme dari terjadinya gangguan sendi pada wanita lebih banyak dibandingkan pria belum jelas. Hal ini mungkin dapat disebabkan perbedaan pada
tulang rawan artikular di sendi wanita, sensitivitas biologi lebih tinggi dan hormon pada wanita juga berpengaruh dalam terjadinya gangguan sendi temporomandibula.
Selain itu diduga karena reseptor estrogen di persendian temporomandibula pada wanita memodulasi metabolik sehingga menyebabkan kelemahan dari ligamen dan
estrogen dianggap meningkatkan rasa nyeri.
15,35,49
Namun hasil penelitian Himawan LS dkk 2007, pria lebih banyak menderita gangguan STM dibandingkan wanita.
6
2.3.3.3 Kebiasaan Buruk