Kebiasaan Buruk Etiologi Gangguan STM

prevalensi terjadinya gangguan STM pada lansia adalah rendah. Namun hasil penelitian Rutkiewizs 2006 pada populasi orang dewasa 30 –80 tahun terdapat lebih banyak tanda klinis terjadinya gangguan STM pada usia yang lebih tua dibandingkan usia yang lebih muda. 5,8,48

2.3.3.2 Jenis Kelamin

Menjadi seorang wanita atau pria merupakan salah satu prediktor yang sangat penting terhadap kesehatan seseorang. Kasus gangguan STM lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Beberapa studi mengemukakan terjadinya gangguan STM pada wanita dikarenakan sensitivitas biologi pada wanita lebih tinggi dan hormon pada wanita juga berpengaruh dalam terjadinya gangguan STM. Terjadinya gangguan STM pada wanita 1,5 –2 kali lebih besar dibandingkan pria dan 80 dari kasus gangguan STM yang ditangani adalah pada wanita. Hal ini didukung oleh penelitian Casanova-Rosado JF dkk 2005, prevalensi terjadinya gangguan STM lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria 52,9:37,9. Menurut penelitian Bagis B dkk 2012, wanita lebih banyak menderita gangguan STM daripada pria 2.3:1. Hasil penelitian Mundt T dkk 2005 dan Shet RGK dkk 2013 juga melaporkan prevalensi terjadinya gangguan STM lebih tinggi pada wanita. 4,5,9,16 Mekanisme dari terjadinya gangguan sendi pada wanita lebih banyak dibandingkan pria belum jelas. Hal ini mungkin dapat disebabkan perbedaan pada tulang rawan artikular di sendi wanita, sensitivitas biologi lebih tinggi dan hormon pada wanita juga berpengaruh dalam terjadinya gangguan sendi temporomandibula. Selain itu diduga karena reseptor estrogen di persendian temporomandibula pada wanita memodulasi metabolik sehingga menyebabkan kelemahan dari ligamen dan estrogen dianggap meningkatkan rasa nyeri. 15,35,49 Namun hasil penelitian Himawan LS dkk 2007, pria lebih banyak menderita gangguan STM dibandingkan wanita. 6

2.3.3.3 Kebiasaan Buruk

Kebiasaan buruk dapat berpengaruh terhadap terjadinya gangguan STM, salah satunya adalah bruxism dan mengunyah sebelah sisi. Bruxism merupakan suatu Universitas Sumatera Utara kondisi dimana seseorang menggertakkan gigi secara tidak sadar dan hal ini dapat terjadi pada waktu kapanpun. Hubungan antara bruxism dan gangguan STM dibuktikan oleh penelitian Casanova-Rosado JF dkk 2005, subyek yang mempunyai kebiasaan buruk seperti bruxism dan mengunyah sebelah sisi cenderung mengalami gangguan STM dibandingkan subyek yang normal. Menurut penelitian Saheeb BDO 2005, bahwa 47,1 pasien yang memiliki kebiasaan buruk seperti bruxism akan memberi tekanan yang besar pada sendi temporomandibula dan dapat menyebabkan gangguan STM. Hasil penelitian Sato F dkk 2006, sebanyak 50,3 pasien yang menderita gangguan STM mempunyai kebiasaan buruk yaitu bruxism . Hasil yang sama juga dilaporkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Mundt T dkk 2005 dan Bagis B dkk 2012. 4,9,16,21,22 Terjadinya gangguan sendi temporomandibula dikarenakan beban yang diberikan pada sendi terlalu berlebih sehingga mengubah mekanisme dari lubrikasi pada struktur artikular yang kemudian akan menyebabkan gangguan sendi dikarenakan fleksibilitas pada sendi menjadi menurun. Selain itu menurut Rugh, seberapa ringan kontak pada gigi dapat meningkatkan aktivitas otot masseter dan kemudian akan berkembang menjadi sakit pada otot yang terdapat pada sendi temporomandibula. Pada otot terjadi hipertonus sebagai reaksi dari hiperfungsi sistem muskuloskeletal yang dapat menyebabkan terjadinya kelemahan otot dan inflamasi yang dapat menimbulkan nyeri. Ligamen yang berhubungan dengan sendi temporomandibula juga akan mengalami kekakuan sebagai dampak dari penekanan akibat kontraksi otot sehingga fleksibilitas dari ligamen menjadi menurun yang berakibat terjadinya ruptur dan timbulnya rasa nyeri. Pada saraf akan terjadi sensasi nyeri yang ditimbulkan iskemia lokal akibat dari hiperfungsi kontraksi otot yang kuat dan terus-menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat karena disregulasi sistem simpatik. 50 Namun hasil penelitian Himawan LS dkk 2007 melaporkan bahwa kebiasaan buruk seperti bruxism dan mengunyah sebelah sisi tidak dapat dikatakan sebagai faktor risiko terjadinya gangguan STM. 6 Universitas Sumatera Utara

2.3.3.4 Dukungan Oklusal