memberi pembekalan terhadap kebersihan bahan-bahan yang dijadikan obat dan sehat dikonsumsi.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1076MenkesSKVII2003 telah mengatur dalam penyelenggaraan
pengobatan tradisional mempunyai prinsip sebagai berikut : 1 tidak membahayakan jiwa atau melanggar susila dan kaidah agama serta kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diakui di Indonesia, 2 aman dan bermanfaat bagi kesehatan, 3 tidak bertentangan dengan upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, 4 tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang hidup dalam masyarakat Menkes RI, 2003.
1.5 Pengobatan patah tulang
Pengobat patah tulang adalah pengobat tradisional yang cara pengobatannya dengan cara mengurut untuk mereposisi tulang atau otot yang
mengalami patah atau terkilir, memfiksasi, reposisi dengan bidai atau kayu yang dikenal dengan antai rantai dan memberi kompres dengan ramuan daun-daun
atau akar-akaran Subandi, 1998. Menurut Saleh 1998 penanggulangan dan pengobatan patah tulang
secara tradisional ada beberapa prinsip yang sama dengan pengobatan mutakhir yang dapat diterima secara logika antara lain :
1. Prinsip penarikan traksi bagian tubuh yang patah untuk mengembalikan
posisi tulang seperti semula 2.
Pemberian bidai dari anyaman kelapa, anyaman alang-alang, baluran daun sereh. Prinsipnya sebagai fiksasi tulang yang patah setelah dikembalikan pada
Universitas Sumatera Utara
posisi semula. Di sini ada beberapa kekurangan dalam fiksasi secara tradisional karena mempergunakan bahan yang lunak dan fiksasinya tidak
melewati dua atau tiga persendian sehingga tulang yang patah dapat bergerak dari posisi yang diharapkan.
3. Adanya kompres dengan daun-daun segar yang diharapkan dapat
memperlancar aliran darah sehingga dapat mengurangi pembengkakan. 4.
Adanya pemijatanurut-urut yang dilakukan dalam penanggulangan patah tulang disertai dengan olesan berupa minyak-minyak kelapa yang mungkin
bertujuan sebagai fisioterapi disertai minyak yang menghangatkan bagian tubuh yang patah sehingga memperlancar aliran darah, akhirnya
mempercepat penyembuhan.
1.6 Peminat Pengobatan Tradisional
Peminat pengobatan tradisional dipengaruhi oleh beberapa faktor : Zulkifli, 2005
1. Faktor Sosial Alasan masyarakat memilih pengobatan alternatif adalah selama mengalami
pengobatan alternatif keluarganya dapat menjenguk dan menunggui setiap saat. Hal tersebut sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang selalu
ingin berinteraksi langsung dengan keluarganya atau kerabatnya dalam keadaan sakit. Selama perawatan yang dialaminya mereka dapat berkomunikasi dengan
akrab dengan keluarganya. Namun ada juga informasi yang mengemukakan bahwa masyarakat lebih senang dirawat atau diobati di rumah sakit daripada
dirawat atau diobati di tempat-tempat pengobatan alternatif. Mereka dibawa ke
Universitas Sumatera Utara
pengobatan alternatif bukan atas kemauan sendiri tetapi atas desakan biaya pengobatan. Biasanya mereka belum pernah ke rumah sakit sehingga tidak bisa
dibandingkan pengobatan alternatif dengan pengobatan di rumah sakit. Disini tampak adanya faktor pasrah akibat dari keterbatasan pengalaman-pengalaman
dalam interaksi sosial. 2. Faktor Budaya
Salah satu alasan mengapa para penderita memilih tempat pengobatan alternatif karena pengobatan di tempat ini memiliki seorang ahli yang mempunyai kekuatan
supranatural yang mampu mempercepat kesembuhan penyakit. Disamping itu hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Foster dan Anderson bahwa sistem
medis adalah bagian integral dari kebudayaan. Salah satu faktor lain yang menyebabkan pengobatan alternatif ini masih diminati masyarakat adalah kategori
penyembuhan yaitu siapa yang berhak atau yang tepat dalam menyembuhkan, misalnya untuk penyakit C hanya D yang berhak, penyakit A hanya B yang tepat
menyembuhkan. Dalam persepsi masyarakat juga menganggap penyakit yang tidak parah tidak perlu dibawa ke rumah sakit, karena penyakit yang diderita
dianggap tidak mengancam jiwanya, tidak menggangu nafsu makan serta masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari walaupun agak terganggu.
3. Kemudahan Pasien dapat segera ditangani tanpa harus menunggu hasil rontgen dan hasil
laboratorium lainnya 4.Faktor Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat memilih pengobatan alternatif karena biayanya lebih murah dari pada rumah sakit, cara pembayarannya juga tidak memberatkan karena pasien tidak
ditarik uang muka. Selain itu bagi yang tidak mampu membayar sekaligus dapat dicicil setelah pulang. Jika ditinjau dari klasifikasi pasien yang datang ke tempat
pengobatan alternatif ini sebagian besar pekerjaannya adalah buruh kasar, sopir, tukang parkir, sehingga wajar faktor ekonomi mentukan dalam hal memilih
tempat pengobatan.
1.2 Klasifikasi