Jenis Pengobatan Tradisional di Indonesia Standarisasi Pengobatan Tradisional

danatau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu pada pengalaman, ketrampilan turun temurun atau pendidikanpelatihan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat Menkes RI, 2003. Sesuai dengan keputusan seminar pelayanan pengobatan altematif Departemen Kesehatan RI 1978, terdapat dua defenisi untuk pengobatan tradisional Indonesia PETRIN, yaitu: a llmu dan seni pengobatan yang dilakukan oleh pengobatan tradisional Indonesia dengan cara yang tidak bertentangan dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai upaya penyembuhan, pencegahan penyakit, pemulihan dan peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan sosial masyarakat. b Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan, pemeliharaan dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat yang berlandaskan cara berpikir, kaidah-kaidah atau ilmu diluar pengobatan ilmu kedokteran modern, diwariskan secara turun temurun atau diperoleh secara pribadi dan dilakukan dengan cara-cara yang tidak lazim dipergunakan dalam ilmu kedokteran, yang antara lain meliputi akupuntur, dukunahli kebatinan, sinshe, tabib, jamu, pijat dan lain lain Ratna, 2010.

1.2 Jenis Pengobatan Tradisional di Indonesia

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076MENKESSKVII2003 Pasal 3, pengobat tradisional diklasifikasikan dalam jenis keterampilan, ramuan, pendekatan agama dan supranatural. Universitas Sumatera Utara a. Pengobat tradisional mempunyai keterampilan yang terdiri dari : Pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris, akupunturis dan chiroprator. b. Pengobat tradisional ramuan yaitu pengobat tradisional dengan ramuan indonesia : jamu, gurah, tabib shinse, homeopathy dan aromatherapist. c. Pengobat tradisional dengan pendekatan agama : Agama Islam, Kristen, Katolik dan Budha. d. Pengobatan tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional : tenaga dalam Prana, paranormal, reiky master, qigong dan dukun kebatinan. 1.3 Tujuan Pengobatan Menurut Zulkifli 2004 ada dua yang menjadi tujuan pengobatan tradisional yaitu: a. Tujuan Umum Yaitu meningkatnya pendayagunaan pengobatan tradisional baik secara tersendiri atau terpadu pada sistem pelayanan kesehatan paripurna, dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan demikian pengobatan tradisional adalah merupakan salah satu alternatif yang relatif lebih disenangi masyarakat. Oleh karenanya kalangan kesehatan berupaya mengenal dan jika dapat mengikut sertakan pengobatan tradisional tersebut. b. Tujuan Khusus Adapun yang menjadi tujuan khususnya adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional, sehingga masyarakat terhindar dari dampak negatif karena pengobatan tradisional. 2. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dengan upaya pengobatan tradisional. 3. Terbinanya berbagai tenaga pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan. 4. Terintegrasinya upaya pengobatan tradisional dalam program pelayanan kesehatan paripurna, mulai dari tingkat rumah tangga, puskesmas sampai pada tingkat rujukannya Zulkifli, 2004.

1.4 Standarisasi Pengobatan Tradisional

Untuk dapat dimanfaatkannya pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan, banyak yang harus diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang sangat penting adalah upaya standarisasi. Diharapkan, dengan adanya standarisasi ini bukan saja mutu pengobatan tradisional akan dapat ditingkatkan, tapi yang penting lagi munculnya berbagai efek samping yang secara medis tidak dapat dipertanggung jawabkan, akan dapat dihindari Zulkifli, 2004. Pengertian standarisasi adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna, yang dipakai sebagai batas penerimaan minimal Clinical Practice Guideline, 1990 . Standar menunjukkan pada tingkat ideal tercapai, tetapi masih dalam batas-batas yang dibenarkan toleransi Zulkifli, 2004. Syarat suatu standar yang baik adalah 1 bersifat jelas artinya dapat diukur dengan baik, termasuk ukuran terhadap penyimpangan- penyimpangan yang mungkin terjadi, 2 masuk akal, suatu standar yang tidak masuk akal, bukan Universitas Sumatera Utara saja akan sulit dimanfaatkan tetapi juga akan menimbulkan frustasi para profesional, 3 mudah dimengerti, suatu standar yang tidak mudah dimengerti juga akan menyulitkan tenaga pelaksana sehingga sulit terpenuhi, 4 dapat dipercaya, 5 absah artinya ada hubungan yang kuat dan dapat didefenisikan antara standar dengan sesuatu misalnya mutu pelayanan yang diwakilinya, 6 meyakinkan, artinya mewakili persyaratan yang ditetapkan. Apabila terlalu rendah akan menyebabkan persyaratan menjadi tidak berarti, 7 mantap, spesifik, eksplisit artinya tidak terpengaruh oleh waktu, bersifat khas dan terbuka zulkifli, 2004. Standarisasi diharapkan mampu mengatasi berbagai efek samping yang secara medis tidak dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itu dalam Undang – undang Kesehatan RI no 23 Tahun 1992 pasal 47 menyatakan perlu adanya pembinaan, pengawasan dan pengembangan terhadap pengobatan alternatif sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. KepMenkes No.1076MenkesSKVII2003 pasal empat disebutkan bahwa semua pengobat tradisional wajib mendaftarkan diri kepada Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota setempat untuk memperoleh Surat Terdaftar Pengobat Tradisional STPP. Pengobat tradisional yang metodenya telah memenuhi persyaratan, pengkajian, penelitian, dan pengujian serta terbukti aman dan bermanfaat bagi kesehatan dapat diberikan SPTT oleh Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota setempat. Hal ini dimasukkan agar Dinas Kesehatan dapat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengobatan tradisional tersebut. Misalnya di wilayah kecamatan, Puskesmas itu melakukan pengawasan dan Universitas Sumatera Utara memberi pembekalan terhadap kebersihan bahan-bahan yang dijadikan obat dan sehat dikonsumsi. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1076MenkesSKVII2003 telah mengatur dalam penyelenggaraan pengobatan tradisional mempunyai prinsip sebagai berikut : 1 tidak membahayakan jiwa atau melanggar susila dan kaidah agama serta kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diakui di Indonesia, 2 aman dan bermanfaat bagi kesehatan, 3 tidak bertentangan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, 4 tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang hidup dalam masyarakat Menkes RI, 2003.

1.5 Pengobatan patah tulang