Proses Penyembuhan Tulang Pembentukan kalus selama beberapa minggu periosteum dan endosteum

Adapun Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur adalah Immobilisasi fragmen tulang, Kontak fragmen tulang maksimal, asupan darah yang memadai, nutrisi yang baik, latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang, hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vit D, steroid anabolik dan Potensial listrik pada patahan tulang panjang. Sedangkan Faktor yang menghambat penyembuhan tulang adalah Trauma lokal ekstensif, kehilangan tulang, immobilisasi tak memadai, infeksi, keganasan lokal, penyakit tulang metabolik, radiasi tulang nekrosis radiasi, nekrosis avaskuler, usia lansia sembuh lebih lama dan kortikosteroid menghambat kecepatan perbaikan Brunner suddarth, 2002 .

1.5 Proses Penyembuhan Tulang

Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap patah tulang. Adapun proses yang terjadi adalah a. Cedera Apabila tulang pasien patah maka cedera jaringan lunak akan mengelilinginya dan merobek periosteum sekurang-kurangnya satu fragmen. Hal ini mengakibatkan gangguan suplai darah pada tulang yang berdekatan dengan fraktur dan mengakibatkan iskemik.

b. Pembentukan kalus selama beberapa minggu periosteum dan endosteum

menghasilkan kalus lunak yang penuh dengan sel kumparan yang aktif. Pergerakan yang lembut dapat merangsang pembentukan kalus pada fraktur tulang panjang. Kurangnya pergerakan komplit dapat menekan pembentukannya. Setelah dua minggu kalus yang telah mengalami kalsifikasi Universitas Sumatera Utara secara lambat diubah menjadi anyaman tulang longgar terbuka yang membuat ujung tulang menjadi melekat. c. Penyatuan Tulang. Makin lama anyaman tulang yang mengelilingi fraktur menjadi lebih keras, dan terfiksasi dengan kuat pada fragmen sehingga dapat bergerak sebagai satu kesatuan. Ini adalah penyatuan klinis dan merupakan hal yang sangat penting dalam penyembuhan tulang yang patah. Biasanya keadaan ini terjadi pada 4-8 minggu setelah cedera, tetapi pada tibia memerlukan waktu lebih lama. Apabila fraktur pasien telah menyatu secara klinis, pembidaian dapat dikurangi tetapi harus melindunginya dari stres secara kontinu, terutama stres yang dapat menyebabkan patah. d. Konsolidasi dan remodeling. Fragmen yang patah tetap dipertahankan oleh kalus, sedangkan tulang mati pada ujung dari masing-masing fragmen dihilangkan secara perlahan, dan ujungnya mendapat lebih banyak kalus dan akhirnya menjadi tulang padat. Semakin sering pasien menggunakan anggota geraknya, semakin kuat tulang baru ini. Konsolidasi memerlukan waktu yang sama dengan penyatuan secara klinis, karena itu jika penyatuan memerlukan waktu delapan minggu, konsolidasi memerlukan waktu 16 minggu. Jangan membiarkannya melakukan latihan keras hingga konsolidasi telah sempurna King Bewes, 2001 . 1.6 Komplikasi Menurut Brunner suddarth 2002, ada 2 jenis komplikasi yang terjadi pada pasien fraktur yaitu komplikasi awal dan komplikasi lambat. 1 Komplikasi Universitas Sumatera Utara Awal terjadi setelah fraktur adalah syok, yang bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera, Emboli lemak yang terjadi dalam 48 jam atau lebih dan sindrom kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani segera. a Syok. Syok hipovolemik atau traumatik, akibat perdarahan baik kehilangan darah eksterna maupun yang tak kelihatan dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak. Karena tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi kehilangan darah yang sangat besar sebagai akibat dari trauma. Khususnya pada fraktur femur dan pelvis. b Sindrom emboli lemak . Pada saat terjadi fraktur , globula lemak dapat masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit membentuk emboli, yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok otak,paru,ginjal,dan organ lain. c Sindrom kompartemen Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan.ini bisa disebabkan karena 1 penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang terlalu menjerat, atau 2 peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah. d Komplikasi awal lainnya berupa tromboemboli, infeksi dan koagulopati intravaskuler diseminata KID merupakan kemungkinan komplikasi akibat fraktur. 2 Komplikasi Lambat yaitu Penyatuan terlambat atau tidak adanya penyatuan. Universitas Sumatera Utara Penyatuan terlambat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan normal untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Penyatuan terlambat mungkin berhubungan dengan infeksi sistemik dan distraksi fragmen tulang. Tidak adanya penyatuan terjadi karena kegagalan penyatuan ujung-ujung patah tulang.faktor yang ikut berperan dalam masalah penyatuan meliputi infeksi pada tempat fraktur, interposisi jaringan diantara ujung-ujung tulang, imobilisasi dan manipulasi yang tidak memadai yang menghentikan pembentukan kalus, jarak yang terlalu jauh antara fragmen tulang, kontak tulang yang terlalu terbatas, dan gangguan asupan darah yang mengakibatkan nekrosis avaskuler.

2. Keluarga 3.1