3.
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. fragmen sering saling melingkupi satu sama lain 2,5 sampai 5 cm.
4. Saat ektremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya.
5.
Pembekakan atau perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur.Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera Brunner suddarth, 2002 .
1.4 Prinsip penanganan Fraktur
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
1 Reduksi Fraktur. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Adapun untuk mereduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka yang dipilih
bergantung sifat fraktur dan dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan
perdarahan. a Reduksi tertutup,
Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen ke posisinya ujung-ujung saling berhubungan dengan manipulasi atau
Universitas Sumatera Utara
traksi manual. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai, atau alat lain dipasang oleh dokter.
b Traksi. Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan immobilisasi.
Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Ketika tulang sembuh, akan terlihat pembentukan kalus pada sinar-x. Ketika kalus telah kuat,
dapat dipasang gips atau bidai untuk melanjutkan immobilisasi. a
Reduksi terbuka.
Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, skrup,
plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan yang solid terjadi. Alat ini dapat
diletakkan di sisi tulang atau dipasang melalui fragmen tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang. Alat tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat
bagi fragmen tulang.
2 Imobilisasi Fraktur. Setelah direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi,
atau dipertahankan dalam posisi atau kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna dan interna.
Mempertahankan dan mengembalikan Fungsi. Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atropi disuse dan meningkatkan peredaran
darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri Brunner suddarth, 2002
Universitas Sumatera Utara
Adapun Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur adalah Immobilisasi fragmen tulang, Kontak fragmen tulang maksimal, asupan darah
yang memadai, nutrisi yang baik, latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang, hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vit D, steroid anabolik
dan Potensial listrik pada patahan tulang panjang. Sedangkan Faktor yang menghambat penyembuhan tulang adalah Trauma lokal ekstensif, kehilangan
tulang, immobilisasi tak memadai, infeksi, keganasan lokal, penyakit tulang metabolik, radiasi tulang nekrosis radiasi, nekrosis avaskuler, usia lansia
sembuh lebih lama dan kortikosteroid menghambat kecepatan perbaikan Brunner suddarth, 2002 .
1.5 Proses Penyembuhan Tulang