PEMBERDAYAAN UMKM dan KOPERASI

III.7. PEMBERDAYAAN UMKM dan KOPERASI

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak saja mendorong perbaikan rata-rata pendapatan rakyat, namun juga membawa tantangan berupa pelebaran kesenjangan pendapatan rakyat. Kondisi ini membutuhkan kebijakan dan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan yang manfaatnya dapat dinikmati rakyat secara lebih merata, adil dan inklusif (equitable, just and inclusive growth). Kebijakan tersebut perlu diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan, dan sekaligus meningkatkan kesempatan berusaha bagi rakyat. Langkah strategis yang perlu dilakukan adalah mengintegrasikan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi dalam arus utama pembangunan guna mendorong partisipasi dan kontribusi rakyat yang lebih tinggi dalam membangun kemandirian ekonomi.

Pelaku-pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah dan koperasi menempati bagian terbesar dari seluruh aktivitas ekonomi rakyat Indonesia mulai dari petani, nelayan, peternak, petambang, pengrajin, pedagang, dan penyedia berbagai jasa bagi rakyat yang meliputi sector primer, sekunder dan tersier. Jumlah UMKM pada tahun 2013 tercatat mencapai 57,18 juta unit usaha, meningkat dari 56,3 juta unit pada tahun 2012. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam UMKM mencapai 110,80 juta orang pada tahun 2013 meningkat dari 107,7 juta orang pada tahun 2012. Sementara itu koperasi juga terus berkembang dan berperan sebagai wahana untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi anggotanya. Jumlah koperasi meningkat dari 170.411 unit (2009) menjadi 203.701 unit (2013) dengan penyerapan tenaga kerja melalui koperasi diperkirakan sebanyak 473.604 orang pada tahun 2013.

Dalam lima tahun mendatang, pelaku-pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi perlu diberi kesempatan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar ("naik kelas" atau scaling-up). Upaya ini juga untuk mendorong kelompok pelaku ekonomi yang selama ini tertinggal untuk menjadi lebih produktif dan mampu berkontribusi lebih besar dalam membangun kemandirian ekonomi.

Secara nasional, UMKM menyediakan lapangan kerja terbesar yaitu 97,2 persen, dan menyumbang sekitar 59,9 persen pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2013. Sementara koperasi banyak berperan dalam pengadaan bahan baku dan kebutuhan sehari-hari, permodalan, serta fasilitasi pengolahan dan pemasaran produk bagi anggotanya.

Di sisi lain, perkembangan UMKM dan koperasi saat ini belum menunjukkan kapasitas mereka sebagai pelaku usaha yang kuat dan berdaya saing. Populasi UMKM masih didominasi oleh usaha mikro (98,8 persen) yang informal, dan memiliki aset dan produktivitas Di sisi lain, perkembangan UMKM dan koperasi saat ini belum menunjukkan kapasitas mereka sebagai pelaku usaha yang kuat dan berdaya saing. Populasi UMKM masih didominasi oleh usaha mikro (98,8 persen) yang informal, dan memiliki aset dan produktivitas

Kondisi ini berdampak pada timbulnya (i) kesenjangan produktivitas antar pelaku usaha dan antarsektor yang semakin lebar; (ii) lambatnya industrialisasi karena kurangnya populasi usaha kecil dan menengah yang diharapkan berperan sebagai usaha/industri pendukung; dan (iii) lambatnya peningkatan kesejahteraan rakyat, terutama pada kelompok pelaku usaha informal skala mikro. Secara umum, berbagai pemasalahan yang melatarbelakangi kondisi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kapasitas UMKM dan koperasi dalam wirausaha, manajemen dan teknis, yang membatasi kemampuan pengelolaan usaha dan pemasaran;

2. Rendahnya akses pembiayaan bagi UMKM dan koperasi yang dipengaruhi oleh keterbatasan (i) skema pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan UMKM dan koperasi, termasuk wirausaha baru; (ii) pengetahuan tentang sumber pembiayaan dan layanan keuangan; dan (iii) jangkauan lembaga pembiayaan;

3. Rendahnya inovasi, penerapan teknologi, serta penerapan standardisasi mutu dan sertifikasi produk yang mempengaruhi nilai tambah dan jangkauan pemasaran produk UMKM dan koperasi;

4. Aturan dan kebijakan yang ada saat ini belum efektif dalam memberikan kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha bagi UMKM dan koperasi; dan

5. Rendahnya kapasitas pengurus dan anggota koperasi dalam membangun, mengelola dan mengembangkan koperasi sesuai jatidiri dan kebutuhan untuk menciptakan kesejahteraan bersama.

Kelima permasalahan tersebut menunjukkan semakin mendesaknya kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing UMKM dan koperasi. Penanganan isu strategis tersebut perlu difokuskan pada peningkatan produktivitas UMKM khususnya di sektor pertanian dan perikanan, yang dilaksanakan dalam keterkaitan usaha dengan UMKM di sektor industri pengolahan dan perdagangan. Upaya tersebut perlu didukung dengan pengurangan hambatan-hambatan yang berkaitan dengan akses pembiayaan, pelatihan dan pendampingan usaha, serta pemanfaatan peluang kerja sama usaha dalam skema rantai nilai tambah. Pada saat yang sama, penguatan kapasitas pengurus, pengelola dan anggota koperasi, serta modernisasi tata kelola koperasi perlu menjadi fokus dari upaya peningkatan daya saing koperasi. Modernisasi koperasi dilakukan tanpa meninggalkan jatidiri koperasi sebagai wadah usaha bersama yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraaan anggotanya.

Hasilnya diharapkan dapat mendorong usaha mikro dan kecil untuk tumbuh menjadi usaha dengan skala usaha yang lebih besar, serta berkontribusi lebih besar dalam penciptaan nilai tambah. Koperasi juga diharapkan mampu berperan lebih besar dalam perbaikan sistem bisnis usaha mikro dan kecil yang menjadi anggotanya, penguatan pasar domestik, dan pengembangan kemitraan dan jaringan usaha yang berbasis rantai nilai dan rantai pasok.

Peningkatan daya saing UMKM dan koperasi juga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas mereka untuk merespon perubahan pasar dan perekonomian yang semakin dinamis.

7.1. Peningkatan Daya Saing Umkm Dan Koperasi

A. Sasaran

Sasaran pengembangan UMKM dan koperasi yang akan diwujudkan pada periode 2015-2019 adalah:

1) Meningkatnya kontribusi UMKM dan koperasi dalam perekonomian yang ditunjukkan oleh pertumbuhan nilai PDB UMKM dan koperasi rata-rata sebesar 6,5-7,5 persen per tahun. Sasaran tersebut juga didukung dengan perbaikan kontribusi UMKM dan koperasi

dalam penciptaan lapangan kerja, penciptaan devisa (ekspor), dan investasi;

2) Meningkatnya daya saing UMKM, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan produktivitas UMKM rata-rata sebesar 5,0-7,0 persen per tahun;

3) Meningkatnya usaha baru yang berpotensi tumbuh dan inovatif yang ditunjukkan oleh jumlah pertambahan wirausaha baru sebesar 1 juta unit dalam lima tahun yang dikontribusikan dari program nasional dan daerah; dan

4) Meningkatnya kinerja kelembagaan dan usaha koperasi, yang ditunjukkan oleh peningkatan partisipasi anggota koperasi dalam permodalan dari sebesar 52,5 persen menjadi 55,0 persen dalam lima tahun, dan pertumbuhan volume usaha koperasi rata- rata sebesar 15,5-18,0 persen per tahun.

B. Arah Kebijakan dan Strategi

Dalam lima tahun mendatang, arah kebijakan yang akan ditempuh yaitu meningkatkan daya saing UMKM dan koperasi sehingga mampu tumbuh menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar ( “naik kelas” atau scaling-up) dalam rangka untuk mendukung kemandirian perekonomian nasional. Untuk itu strategi yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia;

2) Peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan;

3) Peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran;

4) Penguatan kelembagaan usaha; dan

5) Peningkatan kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha.

Berdasarkan kelima strategi tersebut, reformasi kebijakan UMKM dan koperasi yang akan dilaksanakan pada tahun 20152019 dengan pencapaian cepat (quick wins) mencakup:

1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui (i) penguatan kewirausahaan yang mencakup pola pengembangan kewirausahaan, penataan kurikulum kewirausahaan di lembaga pendidikan formal, serta perluasan dukungan khususnya bagi wirausaha berbasis teknologi (technopreneurs); dan (ii) peningkatan akses ke pelatihan dan

layanan usaha terpadu;

2) Peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan melalui (i) pengembangan lembaga pembiayaan/bank UMKM dan koperasi, serta optimalisasi 2) Peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan melalui (i) pengembangan lembaga pembiayaan/bank UMKM dan koperasi, serta optimalisasi

3) Peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran melalui (i) peningkatan kualitas dan diversifikasi produk berbasis rantai nilai dan keunggulan lokal yang didukung perluasan penerapan teknologi tepat guna; (ii) perluasan penerapan teknologi tepat guna; (iii) diversifikasi produk berbasis rantai nilai dan keunggulan lokal; (iv) peningkatan penerapan standardisasi produk (Standar Nasional Indonesia/SNI, HaKI), dan sertifikasi (halal, keamanan pangan dan obat); (v) penyediaan akses pasar bagi usaha mikro melalui revitalisasi pasar tradisional; dan (vi) integrasi fasilitasi pemasaran dan sistem distribusi baik domestik maupun ekspor yang didukung pengembangan trading house untuk produk-produk UMKM dan koperasi;

4) Penguatan kelembagaan usaha melalui (i) kemitraan investasi berbasis keterkaitan usaha (backward-forward linkages); dan (ii) peningkatan peran koperasi dalam penguatan sistem bisnis pertanian dan perikanan, dan sentra industri kecil di kawasan industri;

5) Kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha melalui (i) harmonisasi perizinan sektoral dan daerah; (ii) pengurangan jenis, biaya dan waktu pengurusan perizinan; (iii)

pengembangan sistem registrasi UMKM secara online; (iv) penyusunan rancangan undang-undang tentang Perkoperasian; (v) peningkatan efektivitas penegakan regulasi persaingan usaha yang sehat; dan (vi) peningkatan sinergi dan kerja sama pemangku kepentingan (publik, swasta dan masyarakat) yang didukung sistem monev terpadu yang berbasis data UMKM dan koperasi secara sektoral dan wilayah.

C. Kerangka Pendanaan

Pendanaan bagi pelaksanaan kebijakan dan program peningkatan daya saing UMKM dan koperasi dalam periode 2015-2019 akan didukung melalui sinergi dan kerja sama yang melibatkan 10 Kementerian/Lembaga (K/L) yang memiliki program dan kegiatan yang terkait dengan pengembangan UMKM dan koperasi yaitu Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pariwisata, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan Kementerian Komunikasi dan Informasi. Beberapa K/L lain juga akan dilibatkan dalam mendukung penyediaan kemudahan akses teknologi dan kemitraan, serta penerapan HaKI, standardisasi mutu dan sertifikasi produk, seperti KemenristekPT, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Kementerian Hukum dan HAM, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, dan Badan Sertifikasi Nasional. Kerja sama pendanaan dengan Pemerintah Daerah dan dunia usaha juga akan dibangun dalam rangka melengkapi pendanaan Pemerintah dan meningkatkan jangkauan dan manfaat dari kebijakan dan program peningkatan daya saing UMKMK.

Sinergi dan kerja sama antar K/L, Pemda dan dunia usaha akan difasilitasi harmonisasi kelompok dan lokasi sasaran, potensi kerja sama komplementer, pengembangan basis data dan informasi bersama, dan pengembangan sistem monitoring dan evaluasi terpadu. Kegiatan ini akan difasilitasi melalui forum koordinasi di tingkat nasional dan daerah. Khusus peningkatan daya saing koperasi, sinergi pendanaan juga akan dilakukan dengan melibatkan Gerakan Koperasi.

D. Kerangka Regulasi

Kerangka regulasi yang dibutuhkan untuk mendukung peningkatan daya saing UMKM dan koperasi di antaranya:

1. Penetapan UU Perkoperasian yang menggantikan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, serta penyusunan aturan pelaksanaannya;

2. Penetapan peraturan/landasan hukum bagi pembentukan Lembaga Pembiayaan Pertanian, UMKM dan koperasi, dan skema penjaminan bagi UMKM dan koperasi.

3. Penetapan Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur koordinasi dan sinergi antar instansi terkait di tingkat nasional dan daerah yang diwadahi dalam Program Nasional Peningkatan Daya Saing UMKM dan koperasi, dan didukung sistem pendaftaran online, dan sistem pemantauan dan evaluasi dan basis data terpadu; dan

4. Evaluasi cakupan dan dampak pengaturan dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM dan aturan pelaksanaannya yang berkaitan dengan kebutuhan untuk (i) Mengintegra- sikan pendekatan sektor dan wilayah dalam pengembangan UMKM; (ii) mengembang- kan dukungan kebijakan yang sesuai dengan skala usaha dan kebutuhan UMKM dari mulai didirikan (wirausaha baru) sampai tumbuh menjadi lebih besar ("naik kelas"); dan

(iii) mengembangkan skema restrukturisasi UMKMK dalam mengantisipasi dan mengatasi dampak bencana dan krisis usaha/ekonomi untuk melengkapi pengaturan yang sudah ada.

E. Kerangka Kelembagaan

Sementara itu, kerangka kelembagaan yang dibutuhkan dalam rangka mendukung peningkatan daya saing UMKM dan koperasi di antaranya:

1. Pengembangan sistem pendaftaran usaha UMKM yang mendukung pelaksanaan ijin usaha mikro dan kecil yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kecamatan, Kelurahan dan Desa;

2. Pengembangan Lembaga Pembiayaan Pertanian, UMKM dan Koperasi;

3. Penguatan kelembagaan Pusat Diklat UMKM dan koperasi di tingkat nasional dan penguatan fungsinya sebagai pusat pembinaan penyuluhan perkoperasian;

4. Pengembangan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM di tingkat pusat dan daerah (provinsi, kabupaten dan kota);

5. Pengintegrasian Sistem Informasi Debitur (SID) untuk perbankan, KSP, LKM, dan lembaga keuangan lainnya;

6. Penataan administrasi badan hukum koperasi yang terintegrasi di tingkat pusat dan daerah;

7. Pembentukan Lembaga Pengawas Koperasi Simpan Pinjam (KSP);

8. Penyusunan kelembagaan penjaminan simpanan koperasi;

9. Peningkatan fungsi Lembaga Layanan Pemasaran (LLP) KUMKM sebagai trading house bagi produk UMKMK secara nasional;

10. Penguatan Pusat Inovasi UMKM, yang didukung sinergitas lembaga penelitian pemerintah dan swasta untuk mendorong inovasi dan pengembangan teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM dan koperasi; dan

11. Penguatan sinergi dan kerja sama antar lembaga/pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah dalam rangka Peningkatan Daya Saing UMKM dan koperasi.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

DISKRIMINATOR KELAYAKAN KREDIT MODAL KERJA BAGI UKM PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANG LUMAJANG

5 61 16

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0

Kajian administrasi, farmasetik dan klinis resep pasien rawat jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

19 169 0

Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) Mpr Ri Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014

4 126 93