PENGUATAN SEKTOR KEUANGAN

III. 8. PENGUATAN SEKTOR KEUANGAN

8.1. Sasaran

Sasaran sektor keuangan dalam lima tahun mendatang adalah: i) meningkatkan ketahanan/daya saing sektor keuangan melalui sistem keuangan yang sehat, mantap dan efisien, ii) percepatan fungsi intermediasi/penyaluran dana masyarakat untuk mendukung pembangunan, terutama pemenuhan kebutuhan pendanaan pembangunan dari masyarakat/swasta (financial deepening). Bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, diupayakan pula sasaran peningkatan akses kepada lembaga jasa keuangan dalam rangka mengembangkan jasa keuangan dan mendorong pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan.

8.2. Arah Kebijakan dan Strategi

Strategi dan arah kebijakan utama sektor keuangan ke depan, dapat dikelompokkan dalam tiga koridor, yaitu:

Pertama, pemeliharaan stabilitas sistem keuangan, yang diimplementasikan dengan memperkuat kebijakanmoneter/pengendalian inflasi yang berhati-hati (makroprudensial). Kebijakan ini, bersama-sama dengan kebijakan suku bunga dan nilai tukar merupakan paket kebijakan bauran, yang terkait dengan prinsip kehati-hatian perbankan (kebijakan mikroprudensial). Protokol manajemen krisis BI telah berintegrasi di bawah Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FSSK). Namun, forum ini perlu dipayungi oleh Undang-undang Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK), agar dapat menanggulangi krisis keuangan dengan lebih baik lagi.

Kebijakan makroprudensial akan memperkuat fungsi dan peran aktif BI sebagai salah satu otoritas pengelola moneter untuk merespon krisis yang berpotensi membahayakan sistem moneter/perbankan secara keseluruhan. Penguatan fungsi ini sangat tepat waktu pasca disahkannya UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dimana fungsi pengaturan dan pengawasan bank dan lembaga keuangan non-bank beralih kepada OJK sejak awal tahun 2014. Pemeliharaan stabilitas sistem keuangan ini mencakup pula penguatan stabilitas subsistem keuangan mikro/BPR, yang meliputi penyusunan mekanisme/ peraturan, termasuk sistem peringatan dini (early warning system).

Kedua, penguatan ketahanan dan daya saing sektor keuangan/perbankan ditempuh melalui: (i) pelaksanaan ketentuanpenyediaan modal minimum (KPMM), (ii) implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API)/penataan struktur kepemilikan bank, (iii) pengaturan penyesuaian kegiatan usaha dan perluasan jaringan kantor bank berdasarkan modal (inti), dan (iv) penyusunan dan pelaksanaan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia (AKSI). Program AKSI merupakan peta panduan bagi pengembangan keuangan syariah, yang merupakan pedoman untuk penyusunan/pengembangan standarisasi dan tatakelola keuangan syariah.

Ketentuan KPMM akan mendorong kemampuan permodalan bank dalam menyerap risiko yang disebabkan oleh kondisi/krisis perbankan termasuk pertumbuhan kredit yang berlebihan, sesuai dengan standar internasional (Basel III). Ketentuan permodalan yang mengacu pada standar ini diupayakan dipenuhi secara bertahap hingga awal tahun 2019.

Penguatan struktur perbankan diupayakan pula melalui program penguatan Bank Pembangunan Daerah (BPD)/Bank Provinsi (BPD Regional Champion, BRC) sebagai upaya Penguatan struktur perbankan diupayakan pula melalui program penguatan Bank Pembangunan Daerah (BPD)/Bank Provinsi (BPD Regional Champion, BRC) sebagai upaya

Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN di sektor keuangan pada tahun 2020, diupayakan kebijakan penguatan sektor keuangan (termasuk perbankan) di bidang permodalan, aset, likuiditas dan strategi keuangan. Azas perlakuan yang sama kepada bank asing (resiprokal) di lingkungan ASEAN perlu diupayakan, antara lain melalui pembentukan kelompok bank pilihan diantara negara anggota ASEAN (ASEAN Qualified Banks), yang akan mendapat perlakuan serupa.

Di bidang lembaga keuangan non-bank, penguatan kualitas manajemen termasuk manajemen risiko dan operasional lembaga jasa keuangan diarahkan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kemudahan bertransaksi serta pelaporan di bidang pasar modal/lembaga jasa keuangan non bank.

Selain itu, untuk meningkatkan ketahanan sektor keuangan, kebijakan Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PATK) diarahkan untuk: (i) meningkatkan advokasi dan kerjasama antara PPATK dan lembaga penegak hukum, (ii) memperluas basis laporan keuangan yang mencurigakan, serta (iii) meningkatkan kapabilitas pelapor transaksi keuangan, antara lain dengan mengadakan pelatihan teknis terkait.

Ketiga, kebijakan penguatan fungsi intermediasi ditetapkan untuk meningkatkan akses layanan keuangan kepada seluruh masyarakat, terutama pemberian kredit/pembiayaan UMKM oleh lembaga keuangan. Perluasan akses layanan keuangan dilakukan pula tanpa melalui kantor bank atau dilakukan melalui cara non-konvensional, melalui pemanfaatan teknologi informasi, e-money dan kerjasama keagenan bank (branchless banking).

Secara lebih rinci, intermediasi lembaga keuangan didorong melalui berbagai langkah seperti: (i) perluasan akses keuangan kepada masyarakat khususnya layanan keuangan berbiaya rendah bagi masyarakat perdesaan, termasuk peningkatan kualitas program Tabunganku, edukasi keuangan, pengembangan sistem informasi debitur, pelaksanaan survey pemahaman terhadap pelayanan perbankan dan pelaksanaan penyusunan nomor identitas keuangan nasabah (FIN); (ii) fasilitasi intermediasi untuk mendukung pembiayaan di berbagai sektor potensial bekerjasama dengan berbagai instansi-pemerintah.

Untuk meningkatkan nilai tambah sektor pertanian, diupayakan pembentukan Bank Pertanian dengan melakukan koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Kementerian/Lembaga terkait lainnya. Seiring dengan proses pembentukan Bank Pertanian tersebut, diupayakan revitalisasi dari skema-skema kredit pertanian dan perikanan, yang dikelola oleh bank umum dan BPR. Upaya revitalisasi kredit pertanian dan perikanan ini penting dilakukan, mengingat pinjaman sektor pertanian dan perikanan masih rendah dibanding total pinjaman perbankan. Beberapa upaya penguatan pendanaan pertanian dan perikanan ini antara lain akan dilakukan penyempurnaan aturan risiko aset perbankan (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko, ATMR) dan penguatan penjaminan (asuransi) kredit pertanian dan perikanan.

Di sisi lain, pembiayaan infrastruktur juga perlu mendapat prioritas pendanaan pembangunan melalui sektor perbankan. Pembiayaan infrastruktur yang jangka waktunya relatif panjang memerlukan pendanaan, manajemen risiko dan penjaminan khusus untuk sektor perbankan. Di samping melalui perbankan, pembiayaan infrastruktur juga diupayakan melalui peningkatan pendanaan pasar modal. Untuk meningkatkan pembiayaan investasi selain melalui pengembangan lembaga yang sudah ada seperti perbankan, pasar modal melalui saham dan obligasi terutama obligasi korporasi (corporate bonds) diupayakan pula melalui pengkajian penciptaan lembaga-lembaga baru seperti sistem tabungan pos, dan lembaga keuangan lainnya.

Dalam kaitan ini, kebijakan pengembangan lembaga keuangan non-bank termasuk lembaga keuangan mikro (LKM) antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan lembaga keuangan non-bank sebagai sumber pembiayaan pembangu- nan termasuk pengembangan sistem keuangan syariah dan lembaga keuangan mikro (LKM);

2. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) terkait lembaga keuangan mikro dalam rangka memperluas cakupan pelayanan lembaga jasa keuangan terutama untuk sektor UMKM dan masyarakat miskin

di perkotaan dan perdesaan. Kebijakan keuangan mikro inklusif dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap jasa keuangan mikro. Salah satu alat yang akan dikembangkan adalah melalui unit pengelola keuangan (UPK) yang selama ini bertugas dan berfungsi mengadministrasikan keuangan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Dalam kebijakan ini, UPK akan ditransformasikan menjadi lembaga keuangan mikro yang produktif/berkelanjutan.

Dari sisi permintaan, kebijakan transformasi UPK ini akan disertai pula dengan kebijakan pendidikan literasi dan kapabilitas keuangan masyarakat. Dengan demikian pelaksanaan kebijakan keuangan inklusif akan pula mendorong dan mewujudkan penghidupan yang layak dan lestari (sustainable livelihood) bagi masyarakat yang kurang beruntung.

Perlindungan bagi masyarakat kurang beruntung juga memberi perhatian pada para petani. Undang-Undang tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Petani akan memberikan fasilitas pembiayaan dan perlindungan bagi para petani. Khusus mengenai perlindungan bagi petani, mekanisme yang sedang disiapkan adalah asuransi pertanian, yang bertujuan untuk menciptakan kepastian usaha mereka yang akan semakin kuat. Apabila kepastian usaha semakin baik, maka tingkat ketahanan pangan nasional akan semakin kuat pula. Selain itu, Pemerintah akan menyempurnakan skema-skema pembiayaan bagi petani dan peternak. Dalam kaitan ini, upaya sosialisasi produk pembiayaan dan perlindungan petani harus disertai dengan upaya peningkatan literasi (tingkat pemahaman) keuangan dan kapasitas keuangan petani dan masyarakat lainnya.

Untuk mencapai tingkat keuangan inklusif dan literasi keuangan yang baik di Indonesia dalam 20 tahun mendatang, Otoritas Jasa Keuangan (2013) dalam Cetak Biru Strategi Nasional Keuangan Indonesia, telah membuat proyeksi tingkat (indeks) literasi dan indeks utilitas (penggunaan) jasa keuangan beberapa industri keuangan di Indonesia sampai dengan tahun 2017 dan 2023. Sebagai ilustrasi, indeks literasi perbankan diperkirakan akan meningkat dari 20,2 pada tahun 2013 menjadi 30,9 pada tahun 2017 dan 51,8 pada tahun 2023. Indeks utilitas perbankan diperkirakan naik dari 57,3 pada tahun 2013 menjadi 67,0 pada tahun 2017 dan 80,0 pada tahun 2023. Selain itu, indeks literasi Untuk mencapai tingkat keuangan inklusif dan literasi keuangan yang baik di Indonesia dalam 20 tahun mendatang, Otoritas Jasa Keuangan (2013) dalam Cetak Biru Strategi Nasional Keuangan Indonesia, telah membuat proyeksi tingkat (indeks) literasi dan indeks utilitas (penggunaan) jasa keuangan beberapa industri keuangan di Indonesia sampai dengan tahun 2017 dan 2023. Sebagai ilustrasi, indeks literasi perbankan diperkirakan akan meningkat dari 20,2 pada tahun 2013 menjadi 30,9 pada tahun 2017 dan 51,8 pada tahun 2023. Indeks utilitas perbankan diperkirakan naik dari 57,3 pada tahun 2013 menjadi 67,0 pada tahun 2017 dan 80,0 pada tahun 2023. Selain itu, indeks literasi

Peningkatan indeks literasi dan utilitas industri perbankan yang cukup tinggi dalam tahun 2017 dan 2023, perlu diimbangi dengan upaya peningkatan kualitas pengetahuan pengguna jasa perbankan untuk lebih dapat memahaminya dan meningkatkan keterampilannya dalam menggunakan jasa/produksi perbankan secara menyeluruh.

Pada industri asuransi, peningkatan indeks literasi dan utilitasnya diupayakan melalui pengembangan skim produk perasuransian yang dapat dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah seperti asuransi mikro, dan asuransi terkait bencana alam seperti asuransi pertanian (perkebunan, peternakan dan tanaman pangan). Sedangkan literasi jasa pensiun diupayakan melalui berbagai program, baik yang bersifat edukasi maupun kampanye mengenai perlunya seorang pekerja/ yang berpenghasilan untuk memiliki skema dana pensiun sejak usia dini/muda.

Pada industri jasa Pasar Modal, upaya peningkatan indeks literasi dan utilitas dilakukan melalui: (a) kegiatan literasi dan edukasi pasar modal kepada masyarakat luas, (b) penyediaan dan pemasaran produk dan jasa pasar modal yang lebih terjangkau untuk seluruh golongan pengguna pasar modal, agar pengguna produk dan jasa pasar modal dapat bertambah secara signifikan. Sedangkan upaya peningkatan indeks literasi dan utilitas industri Jasa Pembiayaan, seperti pegadaian misalnya, dilakukan dengan pemberian informasi kepada masyarakat bahwa fungsi pembiayaan dan pegadaian yang ada dapat diperluas, tidak hanya jasa pegadaian, tapi juga ragam jenis pembayaran (multipayment), jasa pengiriman uang dan investasi emas.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

DISKRIMINATOR KELAYAKAN KREDIT MODAL KERJA BAGI UKM PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANG LUMAJANG

5 61 16

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0

Kajian administrasi, farmasetik dan klinis resep pasien rawat jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

19 169 0

Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) Mpr Ri Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014

4 126 93