4.2. Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima Di Sekitar Kampus Universitas Sumatera Utara
Perkembangan sektor informal salah satunya pedagang kaki lima saat ini telah menjamur di dalam lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara untuk
menunnjukkan eksistensi mereka dengan menawarkan barang jualannya. Universitas Sumatera Utara sebagai universitas terbesar di Sumatera Utara serta
memiliki lahan kampus yang sangat luas, membuat kondisi ini dapat langsung dimanfaatkan oleh pelaku sektor informal yaitu pedagang kaki lima sebagai lahan
basah tempat mereka menggantungkan hidupnya dengan berjualan makanan dan minuman.
Aktivitas pedagang kaki lima sudah bisa dilihat mulai dari Simpang Sumber yang merupakan jalan pintas yang digunakan oleh kebanyakan
mahasiswa. Jalan pintas ini pun sudah macet sekali akibat banyaknya mahasiswa yang berlalu lalang dan pedagang kaki lima yang memakan sebagian ruas jalan.
Kemudian di Persimpangan yang berdekatan dengan perpustakaan universitas, yaitu tepatnya di depan PAJUS pajak USU yang lama. Sepanjang trotoar jalan
sudah dipenuhi oleh pedagang kaki lima. Belum lagi ada yang sembunyi- sembunyi di belakang gedung kampus dan tempat strategis lainnya yang ada di
dalam Universitas Sumatera Utara. Pedagang kaki lima melakukan aktivitasnya ketika kampus dalam keadaan
aktif, artinya diluar masa aktif kuliah seperti: libur semester, libur hari besar, dan libur sabtu, minggu pedagang tidak berjualan dan mencari lokasi jualan di tempat
lain. Sejak tahun 1990-an pedagang kaki lima sudah ada. Pada tahun 1990-an sangat berbeda keadaannya dengan yang sekarang, dahulu masing-masing
pedagang dibina dengan diberi modal usaha berupa sepeda sebagai alat
Universitas Sumatera Utara
transportasi dalam berjualan sehingga membantu mereka untuk menjajakan barang jualannya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh
Pak H. Sukimin 70 tahun selaku penjual rujak sebagai berikut: “Kalau zaman dulu enak jualan di sini, sekitar tahun 1990-an lah kakek
jualan di sini. Justru kami dulu dikasih modal usaha berupa sepeda untuk transportasi dalam berjualan di USU ini. Istilahnya kami dulu di bina lah,
makanya enak gak kayak sekarang”. Beliau sudah berjualan di Universitas Sumatera Utara ini selama 15 tahun
sebagai penjual rujak, sejak tahun 1998. Jadi ia sudah berpengalaman dalam berjualan di kampus Universitas Sumatera Utara.
Kemudian semakin banyaknya pedagang yang berjualan di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara dan seiring berjalannya waktu maka berdirilah pajak
yang menjual berbagai macam kebutuhan mahasiswa, mulai dari alat tulis kantor, makanan, pernak-pernik bahkan pakaian juga ada, yang terletak di dalam
lingkungan kampus Universitas Sumatera utara atau disingkat PAJUS. Dengan berdirinya PAJUS ini, maka pedagang kaki lima semakin banyak
yang mencoba mencari rezeki dengan berjualan berbagai macam makanan dan minuman. Mereka pun mengaku sangat laris sekali ketika masih berdirinya
PAJUS, karena banyak pengunjung yang setiap harinya berdatangan. Pengunjung yang datang bukan dari kalangan mahasiswa saja tetapi juga anak SMA dan SMP.
Seperti yang diungkapkan oleh Pak Parjono 50 tahun selaku penjual tahu medan sebagai berikut:
“Kalau dulu masih ada PAJUS lumayan kali la jualan bapak, laku terus. Tapi sekarang sudah mulai payah, tapi masi syukur lah masih laku juga”.
Namun, pada tahun 2010 yang lalu pedagang dan mahasiswa dikejutkan
dengan terbakarnya PAJUS pada sore hari pada saat pedagang masih melakukan
Universitas Sumatera Utara
aktivitas berjualannya. Kondisi ini menyebabkan para pedagang kehilangan tempat berjualan mereka. Sejak peristiwa kebakaranPR II tersebut PAJUS pun
dipindahkan kesejumlah tempat di luar kampus Universitas Sumatera Utara. Para pedagang yang tidak memiliki modal banyak untuk menyewa stand-stand yang di
tawarkan oleh pihak penguruus PAJUS terpaksa mereka tetap menjadi pedagang kaki lima di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara. Mereka berjualan di area
yang cukup strategis, seperti: di sekitar perpustakaan universitas yang berdekatan dengan Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, kemudian di sekitar Fakultas
Farmasi dan berdekatan juga dengan Fakultas MIPA, dan di sekitar trotoar jalan di depan PAJUS yang lama.
Semakin maraknya aktivitas pedagang kaki lima di sekitar kampus, pihak Universitas Sumatera Utara mulai resah dengan keberadaan pedagang tersebut.
Khususnya Pembantu Rektor II yang memerintahkan untuk melarang aktivitas pedagang kaki lima di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara. Aktivitas
pedagang kaki lima tersebut telah menimbulkan efek negatif yaitu terganggunya ketertiban di dalam lingkungan kampus serta berserakannya sampah plastik yang
diakibatkan dari mahasiswa yang berjajan dan membuang bungkus jajan tersebut secara sembarangan. Dengan ini, pihak kampus mengeluarkan peraturan yang
melarang siapa pun untuk berjualan di dalam lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara tanpa izin, dan pihak kampus juga akan memberikan sanksi
kepada siapa pun yang melanggar peraturan tersebut. lalu mempertegasnya lagi dengan memasang plang-plang di sepanjang trotoar jalan di dalam lingkungan
kampus yang bertuliskan “dilarang berjualan di dalam kampus Universitas Sumatera Utara tanpa izin”. Untuk menjalankan peraturan ini dengan baik, maka
Universitas Sumatera Utara
pihak kampus mengadakan patroli setiap harinya setiap dua jam dalam satu hari yang dilakukan oleh petugas patroli universitas untuk merazia pedagang kaki lima
yang berjualan di dalam lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara. Dengan adanya peraturan tersebut, pedagang kaki lima yang berjualan di
sekitar kampus Universitas Sumatera Utara selalu mengalami kondisi sosial yang berubah-ubah, seperti razia petugas patroli yang dilakukan oleh pihak Universitas
Sumatera Utara setiap dua jam dalam sehari. Kondisi ini membuat pedagang harus melakukan penyesuaian diri terhadap proses perubahan yang ada di lingkungan
kampus Universitas Sumatera Utara demi pencapaian tujuan yaitu tetap bertahan dalam berjualan di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara.
Pedagang kaki lima yang baru beraktivitas di universitas ini biasanya hanya mengikuti kebiasaan-kebiasaan pedagang lain yang sama-sama berjualan.
Seperti yang diungkapkan oleh Saipul 18 tahun selaku penjual es tebu sebagai berikut:
“Awalnya aku ngikut bapak-bapak di sini aja, kalau ada komandan petugas patroi mereka lari, aku pun ikut lari, kalau ada satpam yang
minta makanan ya aku tawari juga minum es tebu ini. Lama-kelamaan ya aku uda biasa sama kondisi kayak gini”.
Semua pedagang mengalami hal yang sama seperti yang dialami Saipul,
mereka hanya mengikut kebiasaan pedagang yang sudah lama berjualan di kampus Universitas Sumatera Utara ini, dan pada akhirnya sudah terbiasa dengan
kondisi yang ada. Sebelum ada peraturan dilarangnya pedagang berjualan di Universitas Sumatera Utara, pedagang sangat leluasa berjualan di lokasi tersebut.
Mereka tidak merasakan kekhawatiran akibat akan datangnya petugas patroli satpam yang merazia. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Parjono 50 tahun
selaku penjual tahu medan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“Sebelum ada peraturan ini, kami yang udah lama—lama jualan di sini ya enak, gak ada rasa was-was takut petugas patroli datang. Tapi sekarang
uda lain la, ya kami menyesuaikan diri aja dengan kondisi yang ada sekarang, yang penting masih bisa jualan di sini”.
Pedagang kaki lima yang berjualan di lokasi tersebut pada umumnya
langsung melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial mereka yang mengalami perubahan. Perubahan tersebut baik secara fisik maupun abstrak.
Perubahan secara fisik yang dialami pedagang yaitu perubahan lokasi tempat mereka berjualan. Dahulu pedagang berjualan secara terbuka dengan menempati
trotoar jalan yang ada di lingkungan kampus universitas. Saat ini, dengan adanya peraturan tersebut pedagang terpaksa menempati lokasi yang tersembunyi jauh
dari jalan protokol universitas. Perubahan secara abstrak merupakan perubahan yang berupa adanya
peraturan yang dibuat oleh pihak Universitas Sumatera Utara. Peraturan tersebut berupa larangan berjualan bagi para pedagang yang tidak memiliki izin. Mereka
mempertegasnya dengan melakukan razia patroli yang dilakukan oleh petugas patroli universitas. Hal inilah yang membuat pedagang kaki lima melakukan
penyesuaian diri terhadap kondisi yang ada. Para pedagang kaki lima ini mengaku senang berjualan di kampus
Universitas Sumatera Utara, karena menurut mereka berjualan di kampus ini merupakan lahan basah, walaupun mereka tahu bahwa mereka melanggar aturan
yang di buat oleh pihak universitas. Seperti yang telah diungkapkan oleh Pak Parjono 50 tahun selaku penjual tahu medan berikut ini:
“Sebenarnya kami tau telah melanggar aturan, tapi mau gimana lagi la, kami pun cari makan. Apalagi jualan di USU ini enak, lahan basah lah
bisa dibilang. Lagian bapak pun udah lama juga jualan di sini, udah 5 tahun lebih jadi udah banyak kenal-kenal sama mahasiswa, uda ada
langganan bapak lah. Jadi hanya di USU ini lah bapak taunya jualan”.
Universitas Sumatera Utara
Pak Parjono merupakan penjual tahu Medan yang mengaku sangat bersyukur dapat berjualan di kampus Universitas Sumatera Utara ini, karena
cukup kekeluargaan. Seperti yang kita ketahui di universitas mana pun tidak ada pedagang kaki lima yang memperbolehkan berjualan di dalam lingkungan
kampusnya. Semakin banyak saja pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar kampus
Universitas Sumatera Utara. Pedagang dapat dengan mudah mengelabuhi petugas patroli, sehingga peraturan yang dibuat oleh pihak universitas hanya sekedar
formalitas saja. Pedagang pun bebas berjualan bahkan pada saat sore hari, trotoal jalan di dalam lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara sudah seperti pasar
kuliner.
4.3. Bertahannya Pedagang Kaki Lima Berjualan Di Sekitar Kampus Universitas Sumatera Utara