Universitas Sumatera Utara Merupakan Pangsa Pasar yang Menjanjikan Bagi Pedagang Kaki Lima

utama yaitu kebutuhan ekonomi yang mendesak. Di tengah sulitnya ekonomi, sektor informal menjadi alternatif pekerjaan yang terbilang populer, walau keuntungan yang diperoleh tidak begitu banyak. Namun, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Menurut kajian sosiologi ekonomi, bahwa dalam masyarakat terdapat proses dan pola interaksi sosial dalam hubungannya dengan ekonomi. Hubungan dilihat dari sisi saling pengaruh-mempengaruhi. Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun individu melakukan kegiatan ekonomi seperti apa yang boleh diproduksi. Semua orang perlu mengonsumsi pangan, sandang dan papan untuk bisa bertahan hidup. Selanjutnya yang dimaksud dengan fenomena ekonomi adalah gejala dari cara bagaimana orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka. Oleh sebab itu manusia perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan yang dimaksud disini adalah semua aktifitas orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi barang- barang langka.

4.3.2. Universitas Sumatera Utara Merupakan Pangsa Pasar yang Menjanjikan Bagi Pedagang Kaki Lima

Salah satu alasan pedagang kaki lima tetap berjualan di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara adalah karena Universitas Sumatera Utara merupakan pangsa pasar yang menjanjikan bagi para pedagang untuk mengais rezeki yang halal sebagai bentuk loyalitas dan tanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Universitas Sumatera Utara merupakan universitas terbesar di Sumatera Utara dan memiliki lahan kampus yang sangat luas dengan banyaknya jumlah mahasiswa, dosen, dan staf pegawai yang menunjang kelancaran usaha Universitas Sumatera Utara para pelaku sektor informal. Universitas Sumatera Utara juga memiliki empat pintu masuk utama yang tidak dijaga ketat oleh petugas keamanan. Di dalam lingkungan kampus juga ada taman yang dilengkapi dengan kolam-kolam dan bangku-bangku untuk beristirahat para mahasiswa. Kondisi ini membuat siapa saja dapat keluar masuk dengan bebas. Salah satu diantaranya adalah pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima sangat tertarik untuk berjualan makanan atau minuman untuk para mahasiswa sebagai penunda lapar. Menurut pedagang, kampus Universitas Sumatera Utara merupakan tempat yang paling strategis dalam mendapatkan peruntungan ekonomis. Di sela-sela perkuliahan banyak mahasiswa atau pegawai yang membeli makanan atau minuman untuk sekedar mengganjal perut yang sedang lapar. Tak jarang sekali mahasiswa terlihat duduk-duduk santai sambil makan atau minum sembari menunggu waktu perkuliiahan selanjutnya. Khususnya mulai sekitar pukul 10.00 WIB sangat ramai pembeli yang datang, karena mahasiswa keluar kelas sekitar pukul 10.00 WIB, sehingga kalau ingin membeli harus rela antri karena banyaknya pembeli. Para pedagang kaki lima ini mengaku senang berjualan di kampus Universitas Sumatera Utara, karena menurut mereka berjualan di kampus ini merupakan lahan basah, walaupun mereka sadar bahwa mereka melanggar aturan yang di buat oleh pihak universitas. Pedagang juga merasa laris manis terhadap barang yang dijualnya, sehingga sampai ketagihan untuk berjualan kembali. Seperti yang diungkapkan oleh Bu Suri 31 tahun selaku penjual mie pecal sebagai berikut: “Jualan di USU ini menjanjikan aja. Barang jualan ibuk selalu habis, jarang kali lah enggak habis. Makanya ketagihan jualan di sini”. Universitas Sumatera Utara Barang dagangan yang dijual oleh pedagang secara umum selalu habis terjual. Bahkan, pedagang sering membawa stok barang jualan mereka untuk dijual kembali. Namun, pada hari-hari tertentu seperti hari sabtu pedagang tidak membawa stok barang jualan, karena pada hari sabtu pembeli sedikit berhubung pada hari sabtu mahasiswa banyak yang tidak masuk kuliah. Hal senada juga diungkapkan oleh Pak Parjono 50 tahun selaku penjual tahu medan sebagai berikut: “Jualan di USU ini enak, lahan basah la bisa dibilang. Apa lagi yang beli mahasiswa. Mereka ramah-ramah, jadi mudah kenal Bapak. Langganan pun udah banyak karena Bapak udah 5 Tahun jualan di sini. Jadi hanya di USU ini bapak taunya jualan”. Pedagang juga masing-masing memiliki pelanggan baik itu mahasiswa ataupun pegawai. Baik laki-laki maupun perempuan. Pelanggan pun semakin hari semakin bertambah. Sehingga, pedagang juga sudah sangat ketergantungan untuk terus berjualan di Universitas Sumatera Utara. Mereka ketagihan untuk tetap berjualan walau pun sebenarnya mereka sadar telah melanggar aturan yang dibuat oleh pihak universitas. Akibatnya, mereka harus berusaha sekuat tenaga untuk tetap dapat berjualan di lokasi tersebut. Apapun yang terjadi, pedagang akan tetap berusaha terus untuk berjualan di lokasi tersebut. Hal ini dilakukan karena profesi sebagai pedagang kaki lima merupakan mata pencarian utama mereka. Kalau mereka diusir oleh petugas patroli, mereka tidak tahu lagi harus bekerja apa. Pedagang juga mengaku sudah terbiasa berjualan di Universitas Sumatera Utara, sehingga apabila mereka harus pindah berjualan ke tempat lain mereka akan merasa janggal atau canggung, karena mereka sudah lama berjualan di lokasi Universitas Sumatera Utara tersebut. Dan mereka hanya mengetahui lahan basah untuk berjualan yaitu sekitar kampus Universitas Sumatera utara. Seperti yang diungkapkan oleh Pak H. Sukimin 70 tahun selaku penjual rujak sebagai berikut: “Jualan di USU enak, karena pembeli mahasiswa. Mereka kan sering jajan sambil menunggu waktu kuliah selanjutnya kan? Jadi jualan Kakek pun sering habis lah. Kakek pun hanya taunya cuma jualan di sini, kalau di tempat lain canggung kayaknya, karena Kakek uda 15 tahun jualan di sini”. Beberapa orang pedagang mengatakan bahwa biasanya kalau hari senin- jumat, pendapatan jualan dalam satu hari yang mereka dapatkan bisa mencapai Rp. 800.000,-. Tetapi pendapatan ini masih kotor, artinya modal untuk berjualan keesokan harinya belum dikeluarkan. Sedangkan pendapatan bersihnya sebesar Rp. 200.000,-hari. Hasil berjualan yang mereka dapatkan ini sudah memenuhi kebutuhan keluarga mereka, sehingga pedagang tetap akan berjualan di lokasi tersebut walau pun dilarang oleh pihak universitas. Seperti yang diungkapkan oleh Bang Antoni Delle 37 tahun selaku penjual es pisang ijo sebagai berikut: “Biasanya dalam sehari mulai senin sampek jumat, dapat abang nanti Rp.850.00,- tapi itu pendapatan kotor ya,, bersihnya Rp. 200.000,- makanya udah Alhamdulillah la cukup untuk kebutuhan keluarga”. Hal senada juga diungkapkan oleh Bang Alex Pratama 30 tahun selaku penjual taiso sebagai berikut: “Yang dapat lumayan biasanya hari senin sampek jumat sekitar Rp. 800.000,- –an la, tapi memang itu masi pendapatan kotor. Tapi Alhamdulillah udah cukup kali untuk kebutuhan keluarga abang”. Namun, pendapatan pedagang tersebut tidak menetu yang mereka ungkapkan hanyalah pendapatan minimal perharinya. Bisa saja pendapatannya lebih tinggi dari pendapatan yang biasanya, terkadang justru lebih rendah. Semua itu tergantung dengan rezeki yang mereka dapatkan. Universitas Sumatera Utara Sekitar kampus Universitas Sumatera Utara memang merupakan pangsa pasar yang bagus bagi para pedagang kaki lima, sehingga tidak heran lagi semakin banyaknya pedagang kaki lima yang berdatangan untuk mencari rezeki. Hal itulah yang menyebabkan pedagang kaki lima tetap melakukan aktivitas berjualannya walaupun ada larangan dari pihak universitas untuk berjualan di lokasi tersebut. Universitas Sumatera Utara juga merupakan kampus yang bisa bebas dimasuki oleh pedagang kaki lima. Hal tersebut terjadi karena memang lahannya yang sangat luas dan tidak adanya penjagaan ketat oleh petugas keamanan, seperti yang ada di kampus-kampus lain. Dan lokasi Universitas Sumatera Utara lah yang dapat dengan bebas dimasuki oleh pedagang kaki lima. Hal di atas serupa dengan hasil penelitian Rahayu tanpa tahun menemukan bahwa ada beberapa alasan mengapa para pedagang kaki lima tetap ingin mempertahankan usahanya di lapangan Renon walaupun dilarang. 1Tempatnya ramai sehingga banyak pembeli. 2 kondisinya lebih menguntungkan. 3 banyak teman yang berjualan di tempat ini. 4 pernah berjualan di tempat lain sering ditangkap. 5 ada tempat untuk mengumpet. 6 belum ada tempat yang lebih strategis atau seramai dibanding tempat yang sekarang ini. 7dekat dengan tempat tinggal. Kalau dilihat dari beberapa alasan yang melatarbelakangi pedagang kaki lima untuk tetap bertahan di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara, fenomena ini sejalan dengan teori pilihan rasional yang memusatkan perhatian pada aktor. Aktor dalam hal ini dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan dan maksud. Artinya, aktor mempunyai tujuan dan tindakannya hanya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Aktor dipandang mempunyai Universitas Sumatera Utara pilihan atau nilai, dan keperluan sehingga tindakan yang dilakukan bertujuan untuk memaksimalkan keinginan dan kebutuhannya Ritzer, 2005: 357-315.

4.4. Strategi Bertahan Pedagang Kaki Lima Di Sekitar Kampus Universitas Sumatera Utara