Strategi Adaptasi KAJIAN PUSTAKA

aktor dan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan. Sistem Fiducari keluarga, sekolah menjalankan fungsi pemeliharaan pola dengan menyebarkan kultur norma dan nilai kepada aktor sehingga aktor menginternalisasikan kultur tersebut. Komunitas kemasyarakatan, contoh, hukum melaksanakan fungsi integrasi yang mengkordinasikan berbagai komponen masyarakat Ritzer, 2008:127-128. Dalam hal ini, pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara mampu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, sehingga dapat bertahan demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Setelah mampu melakukan adaptasi terhadap lingkungannya, kemudian pedagang pun bisa tetap berjualan dengan tujuan dapat memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Selanjutnya, pedagang juga telah menjalin hubungan baik dengan sesama pedagang, dan petugas patroli. Pedagang juga mengubah pola kebiasaan mereka yaitu dahulu semasih ada PAJUS Pajak USU mereka berjualan di satu lokasi. Namun, setelah ada peraturan tersebut, pedagang berjualan secara berpindah- pindah. Semua strategi-strategi yang dilakukan pedagang kaki lima tersebut hanya semata bertujuan untuk mempertahankan usaha mereka demi loyalitas dan tanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga.

2.4. Strategi Adaptasi

Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungannya. Individu memiliki hubungan dengan lingkungannya yang menggiatkannya, merangsang perkembangannya, atau memberikan sesuatu yang ia perlukan. Penyesuaian diri yaitu mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan diri. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya Suharto 2003 menyatakan strategi bertahan Coping Strategi dalam perekonomian dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: 1. Strategi Aktif Yaitu startegi yang mengoptimalkan segala potensi untuk melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar dan lingkungan sekitar dan sebagainya. Dalam hal ini, pedagang juga telah melakukan strategi aktif dalam berjualannya agar terhindar dari razia satpam. Salah satu strategi aktifnya yaitu melarikan diri atau istilah yang biasa disebut pedagang “kucing-kucingan”, dan melakukan penyamaran yang berpura-pura menjadi mahasiswa di dalam kampus. Hal tersebut mereka lakukan agar mereka tetap bertahan dalam berjualan. 2. Strategi pasif Yaitu startegi yang mengurangi pengeluaran guna memenuhi kebutuhan. Misalnya: pengeluaran sandang, pangan dan pendidikan. 3. Strategi Jaringan Pengaman Yaitu strategi yang mencakup dalam menjalin relasi, baik secara formal maupun informal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan. Misalnya: meminjam uang ke Bank, rentenir, meminjam uang tetangga, mengutang ke warung, dan sebagainya. Dalam hal ini, strategi jaringan pengaman yang dilakukan pedagang adalah dengan cara menjalin hubungan pertemanan dengan petugas patroli universitas, sesama pedagang, dan pembeli. Ketiga relasi ini sangat berpengaruh Universitas Sumatera Utara terhadap bertahannya suatu usaha pedagang yang beroperasi di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara. Selain pedagang harus memiliki strategi bertahan dalam menghadapi razia satpam, pedagang juga harus memiliki strategi dalam persaingan untuk menarik pembeli sehingga dapat bertahan. Menurut Damsar 2009: 45 pada umumnya sebuah tindakan ekonomi terjadi dalam konteks hubungan sosial dengan orang lain. Oleh sebab itu, tindakan ekonomi dapat berlangsung dengan melibatkan kerjasama, kepercayaan dan jaringan. Maka dari itu, dalam strategi berjualan pedagang kaki lima, agar bisa bertahan harus diwujudkan dalam tindakan sosial yang dalam arti dilakukan oleh pedagang itu sendiri. Perwujudan dari tindakan sosial yang dilakukan pedagang adalah dengan cara melakukan strategi. Strategi tersebut yaitu dalam bentuk kerja sama dengan petugas patroli, membangun relasi dengan pembeli mahasiswa dan sesama pedagang agar tetap bertahan dalam berjualan. Menurut Suparlan 1993: 2 adaptasi itu sendiri pada haki katnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan. Syarat-syarat tersebut mencakup: 1. Syarat dasar alamiah-biologi manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperature tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainnya. 2. Syarat kewajiban manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 3. Syarat dasar sosial manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh, dan lain-lain. Soekanto 2000:10-11 memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial, yakni: 1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. 2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan. 3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. 4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan. 5. Memanfaatkan sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan system. 6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah. Dalam kehidupannya, manusia hidup dengan alam secara timbal balik, yakni bagaimana manusia beradaptasi dengan alam agar tetap bertahan demi keberlangsungan hidupnya dengan mengalihkan energi dari alam pada dirinya. Adaptasi merupakan sifat sosial dari setiap manusia yang akan muncul akibat adanya kebutuhan tujuan, dan hasrat para individu. Aminuddin 2000: 38 menyebutkan bahwa penyesuaian dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu , diantaranya: 1. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. 2. Menyalurkan ketegangan sosial. 3. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial. 4. Bertahan hidup. Universitas Sumatera Utara Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian diri individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bandar Lampung oleh Ratnasari, dkk 2007: 132 bahwa strategi responden dalam upaya menghadapi kebijakan pemerintah Kota Bandar Lampung khususnya dalam hal razia, dan pelokalisasian, mayoritas responden memiliki strategi yang sama. Dalam menghadapi razia, mayoritas responden 50 berstrategi saling bertukar informasi antara sesama pedagang kaki lima agar tidak terkena razia dan jika sudah kena razia 90 responden berstrategi melakukan negoisasi pada petugas dengan uang damai. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ningsih 2012 menemukan bahwa untuk menjaga kelangsungan usaha para pelaku sektor informal ada berbagai cara yang ditempuhnya. Modal usaha menjadi salah satu faktor penentu kelangsungan usaha pedagang asongan, strategi lokasi, pendapatankeuntungan, kiat berjualan, waktu berjualan dan semangat pentang menyerah. Dengan demikian, berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Limbong bahwa ada kemungkinan pedagang yang ada di sekitar Universitas Sumatera Utara juga mengalami hal yang sama. Kemudian juga penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari bahwa tidak terlepas dari kemungkinan pedagang yang berada di area Universitas Sumatera Utara juga melakukan hal yang sama, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih, karena sepertinya pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar Universitas Sumatera Utara melakukan apa Universitas Sumatera Utara saja demi untuk tetap bisa berjualan di area tersebut, guna untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

2.5. Jaringan Sosial