Bentuk-Bentuk Disintegrasi Akibat Perubahan Sosial
1) Bentuk-Bentuk Disintegrasi Akibat Perubahan Sosial
Proses disintegrasi sesungguhnya dapat kita jumpai di sekitar lingkungan kita dalam kehidupan sehari-hari. Gejala disintegrasi di sekitar kita berhubungan dengan masalah- masalah sosial seperti pertengkaran antaranggota keluarga, persengketaan antaranggota masyarakat, percekcokan antartetangga, dan perebutan pengaruh. Permasalahan tersebut jika tidak segera diselesaikan akan memicu peristiwa lain yang lebih besar. Sebagai contoh, pangkal peristiwa perang suku di Mimika Papua pada tahun 2007 adalah seorang istri anggota Koramil Mimika, mengalami luka-luka akibat diterjang anak panah yang diduga milik warga Kampung Kwamki Lama Bawa. Akibatnya, warga melakukan penyerangan terhadap warga Kwamki Lama Sumber: www.papua.go.id Bawa yang mengakibatkan dua orang meninggal dunia. Gambar 3.19 Kerusuhan di Mimika, Papua.
Dalam lingkup yang lebih besar lagi, gejala disintegrasi dapat pula terjadi di lingkungan sebuah bangsa. Sebagai contoh, terjadinya konflik antaretnis dan munculnya gerakan-gerakan separatis seperti yang terjadi di Aceh dan Papua. Masalah-masalah sosial tersebut bisa terjadi karena adanya perubahan sosial yang mengancam integritas suatu kelompok.
Di Indonesia, bentuk-bentuk disintegrasi akibat adanya perubahan sosial antara lain sebagai berikut.
a) Pergolakan Daerah
Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, tercatat beberapa peristiwa pergolakan daerah yang terjadi. Pergolakan tersebut terjadi karena adanya kesenjangan ekonomi, kebijakan politik, ketidakadilan, masalah etnis, masalah agama, dan lain- lain. Contoh pergolakan daerah yang terjadi di Indonesia antara lain pemberontakan PRRI/Permesta, RMS, Andi Azis, DI/TII, gerakan separatis GAM atau beberapa peristiwa kerusuhan di Kupang , Poso, Sampit, dan Papua. Berbagai peristiwa pergolakan di Indonesia tersebut merupakan sebuah konsekuensi dari terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersifat majemuk.
b) Demonstrasi
Demonstrasi menjadi suatu fenomena yang sering kita jumpai pada era reformasi seperti saat ini. Perubahan drastis dalam bidang ketatanegaraan yang terjadi pada era reformasi membawa perubahan pula dalam perilaku masyarakat. Sebelum reformasi bergulir, rakyat tidak dapat langsung me- nyampaikan segala aspirasinya. Protes dalam bentuk demon- strasi ditindak keras oleh pemerintah Orde Baru. Namun, saat ini demonstrasi menjadi sebuah hal yang dapat dijumpai setiap saat, akibat adanya iklim demokrasi pada era reformasi.
c) Kriminalitas
Perkembangan teknologi ternyata juga telah menyebabkan perubahan tindak kriminal. Saat ini tindak kriminal tidak hanya sekadar aksi pencopetan di jalan-jalan raya, perampokan, pencurian di lingkungan perumahan, dan lain-lain. Kemajuan teknologi telah mengakibatkan perubahan modus operasi para pelaku kejahatan. Kejahatan dapat dilakukan dengan canggih sehingga sulit untuk dilacak. Penipuan melalui telepon sering ditemui. Kamu tentu pernah mendengar seseorang menyerah- kan sejumlah uang sebagai pajak karena ia menang undian. Undian akan diantar jika sang korban telah menyerahkan sejumlah besar uang. Setelah sang korban mentransfer uang, ternyata hadiah undian yang diharapkan tidak kunjung diterima. Itulah salah satu bentuk penyalahgunaan
perkembangan teknologi dalam bidang kriminalitas.
Sumber: www.geocities.com
Gambar 3.20 Pelaku tindak kriminal.
d) Kenakalan Remaja
Menurut Fuad Hassan, kenakalan remaja adalah sebuah perbuatan antisosial yang dilakukan oleh seorang remaja yang apabila dilakukan oleh orang dewasa dapat dikategorikan sebagai tindak kejahatan (crime). Secara umum, kenakalan remaja disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
Pertama, disfungsi keluarga. Disfungsi keluarga dapat diartikan sebagai sebuah kondisi ketika hubungan antaranggota keluarga kurang harmonis atau mengalami keretakan sehingga remaja kurang mendapat cukup kasih sayang dari keluarga. Dengan demikian, fungsi keluarga sebagai tempat mencurah- kan kasih sayang antaranggota keluarga menjadi kabur.
Kedua, kurangnya pendidikan agama. Pendidikan agama sangat penting bagi penanaman kaidah moral dalam diri seorang anak. Jika pendidikan agama tidak diperoleh seorang anak, perkembangannya ke arah kedewasaan menjadi tidak seimbang. Akibatnya, setelah beranjak dewasa, seorang anak akan mengalami kekeringan spiritual dan moral. Ia cenderung tidak dapat membedakan tindakan benar atau salah dan baik atau buruk.
Ketiga, seringnya melihat peristiwa kekerasan. Tayangan televisi bisa jadi merupakan pengantar paling efektif bagi peristiwa-peristiwa kekerasan. Stasiun-
stasiun televisi banyak menyuguhkan adegan-adegan Sumber: Pelajaran Baca Tulis Huruf Al Quran (Sampul)
Gambar 3.21 Pendidikan agama sangat penting bagi
kekerasan yang sebenarnya berakibat buruk pada
penanaman kaidah moral dalam diri
perkembangan pribadi remaja. Jika hal ini tidak segera
anak.
diantisipasi, seorang remaja akan mendapatkan pengaruh negatif dari tayangan kekerasan di layar televisi.
Keempat, lingkungan pergaulan yang tidak kondusif. Lingkungan pergaulan membawa pengaruh besar terhadap sifat, perilaku dan kepribadian seorang remaja. Apabila lingkungan pergaulan seorang remaja bersifat positif, remaja tersebut akan berkepribadian positif pula. Sebaliknya jika lingkungan pergaulan remaja bersifat negatif, perilakunya pun akan cenderung negatif. Sebagai contoh, seseorang dalam geng yang sering melakukan tindakan yang me- Sumber: www.bbc.co.uk nyimpang, cenderung akan mengikuti tindakan sama Gambar 3.22 Lingkungan pergaulan berpengaruh dengan anggota gengnya yang lain.
terhadap perilaku remaja.
Kenakalan remaja merupakan bentuk tindakan remaja yang meresahkan masyarakat dan remaja itu sendiri. Energi dan potensi yang seharusnya dapat disalurkan untuk kegiatan- kegiatan positif demi meraih prestasi dalam bidang tertentu, menjadi sia-sia. Lebih jauh lagi, kenakalan remaja yang juga meresahkan anggota keluarga yang lain dapat mengarah pada terjadinya gejala disintegrasi dalam lingkungan keluarga. Hubungan antaranggota keluarga menjadi tidak harmonis akibat adanya kenakalan remaja.