Pemberontakan PKI/Madiun

a. Pemberontakan PKI/Madiun

Saat itu Indonesia berbentuk serikat di bawah Kabinet Hatta sedang melangsungkan perundingan-perundingan dengan Belanda. Perhatian pemerintah mendadak terpecah ketika Front Demokrasi Rakyat (FDR) pimpinan Amir Syarifuddin mengadakan provokasi terhadap lawan-lawan politiknya. Berbagai organisasi pro-PKI seperti Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), Serikat Buruh Pribumi (Sarbupri), dan Barisan Tani Indonesia (BTI) mengadakan aksi pemogokan di berbagai daerah untuk menentang pemerintah. Misalnya Sumber: Album Perang Kemerdekaan

yang terjadi pada pabrik karung di Delanggu, Klaten, Jawa Gambar 6.9 Musso di hadapan massanya. Tengah.

Suasana semakin panas saat Musso datang dari Moskow (Uni Soviet) pada bulan Agustus 1948. Dengan cepat, ia mengubah haluan dan ideologi PKI menjadi lebih revolusioner. Partai Sosialis dan Partai Buruh pun bergabung dengan PKI. Dalam sebuah rapat, Musso berpendapat bahwa revolusi Indonesia adalah bagian dari revolusi dunia. Oleh karena itu, Indonesia haruslah berada di pihak Rusia. Pendapat Musso ini dibantah oleh Hatta dengan mengatakan bahwa pendirian yang harus kita ambil ialah supaya kita jangan menjadi objek dalam pertentangan politik internasional, melainkan kita harus tetap menjadi subjek yang berhak menentukan sikap kita sendiri, berhak memperjuangkan tujuan kita Indonesia merdeka seluruhnya.

Musso dan kawan-kawan secara frontal menyerang kebijakan pemerintahan Hatta yang tengah berusaha berunding dengan Belanda. Bahkan, Musso juga menentang kebijakan pemerintah dalam melebur kesatuan-kesatuan bersenjata menjadi satu badan bersenjata dengan nama Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kekuatan-kekuatan bersenjata ini memang telah dibentuk oleh Amir Syarifuddin saat menjadi menteri pertahanan. Provokasi PKI terhadap Angkatan Darat meningkat pada akhir bulan Agustus hingga awal September 1948. Di Solo mereka menculik dan membunuh Panglima Divisi IV Kolonel Sutarto, membunuh Dr. Mawardi, menyerang Batalion I/Brigade II/Divisi I Siliwangi dan menyerang penjara Sragen sehingga timbul kekacauan. Namun, mereka gagal mengusir Divisi I Siliwangi dari Solo dan pemerintah kemudian menempatkan Kolonel Gatot Subroto sebagai

gubernur militer daerah Solo. Sumber: Dwi Windu Orde Baru

Gambar 6.10 Gubernur Militer Gatot

Akhirnya, tanggal 18 September 1948 PKI Musso mengadakan coup

Subroto dan Kolonel A.H.

di Madiun dengan menggunakan kesatuan-kesatuan Brigade 29 di

Nasution.

bawah pimpinan Letkol Dachlan. Para komandan dan kepala kesatuan

Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX

kan kepada Kepala Staf Operasi Markas Besar Angkatan Perang Kolonel

Sumber: Dwi Windu Orde Baru

Gambar 6.11 Kolonel Jokosuyono

A.H. Nasution untuk memulihkan keamanan dalam waktu dua minggu.

Pidato Bung Karno tentang Kudeta PKI di Madiun

Sehari setelah Musso merebut Kota Madiun, melainkan adalah suatu rangkaian tindakan untuk tanggal 19 September 1948 Presiden Ir. Soekarno

merobohkan pemerintahan Republik Indonesia . . . berpidato ”Kemarin pagi PKI-Musso mengadakan

Engkau dan kita sekalian mengalami percobaan yang coup, mengadakan perampasan kekuasaan di

sebesar-besarnya dalam menentukan nasib kita Madiun dan mendirikan di sana pemerintahan Soviet

sendiri, dan adalah memilih satu antara dua: ikut di bawah pimpinan Musso. Perampasan ini mereka

Musso dengan PKI-nya atau ikut Soekarno-Hatta pandang sebagai permulaan untuk merebut seluruh

yang insya Allah dengan bantuan Tuhan akan pemerintah Indonesia. Nyata dengan ini, bahwa

memimpin Negara Republik Indonesia yang merdeka peristiwa Solo dan Madiun itu, tidak berdiri sendiri

tidak terjajah oleh negara apa pun . . . .”

Dua minggu Musso menduduki Kota Madiun, mereka disapu bersih oleh TNI dari Kesatuan Divisi Siliwangi. Melalui Gerakan Operasi Militer

I (GOM), Kota Madiun bisa direbut tanggal 30 September 1948 pukul

16.15 WIB. Saat menyambut pembebasan Kota Madiun dari tangan FDR/PKI Musso itu, presiden berpesan bahwa dengan jatuhnya Madiun, pekerjaan belumlah selesai. Ia berkata pemimpin-pemimpin PKI-Musso masih berkeliaran, yang masih menjadi penyakit bagi republik yang mengganggu kesehatan negara.