Penumpasan Gerakan 30 September/PKI

c. Penumpasan Gerakan 30 September/PKI

Setelah terjadi peristiwa Gerakan 30 September/PKI dan Kolonel Untung mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi- oner Indonesia, permasalahan menjadi sedikit terang. Reaksi pun muncul dari berbagai kalangan. Menko Hankam/Kasab Jenderal

A.H. Nasution yang saat itu di tempat persembunyian, mengirim pesan melalui penghubung kepada Panglima KOSTRAD. Pesan itu antara lain berisi agar melokalisir pasukan lawan, menutup Kota Jakarta, minta bantuan pasukan dari KODAM VI/Siliwangi, meng- gunakan RRI Bandung untuk membantah adanya Dewan Jenderal, memastikan keadaan presiden, serta segera menghubungi panglima

Foto: Doly Eny Khalifah Gambar 6.24 Makostrad, tempat Mayjen Soeharto

Angkatan Laut, panglima angkatan kepolisian dan panglima KKO.

mengendalikan operasi penumpasan

Pelan-pelan markas KOSTRAD pun menjadi pusat gerakan untuk

G 30 S/PKI.

melumpuhkan Gerakan 30 September/PKI.

Upaya pembebasan dari Gerakan 30 September/PKI melibatkan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo dan Batalion 328/Para Kujang/Siliwangi. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang bakal terjadi setelah Kolonel Untung mengumumkan komposisi personalia Dewan Revolusi Indonesia, Menko Hankam/Kasab Jenderal A.H. Nasution mengeluarkan instruksi. Instruksi itu dimaksudkan untuk melancarkan tindakan yang cepat, tegas, menyeluruh dengan melibatkan kerja sama antarangkatan.

Pada tanggal 3 Oktober 1965 lokasi jenazah para jenderal AD telah ditemukan. Namun, karena sudah malam dan kendala teknis (keadaan sumur yaitu dengan kedalaman 12 m dan garis tengah kurang dari 1 m), pengangkatan jenazah ditunda hingga keesokan harinya. Malam itu juga, para jenderal senior AD membuat petisi kepada presiden. Isinya

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka

antara lain supaya fitnah terhadap Angkatan Darat (bahwa Dewan

Gambar 6.25 Jenderal Soeharto saat pengambilan jenazah

Jenderal akan mengadakan kudeta) diperiksa. Apabila fitnah itu benar,

korban G 30 S/PKI

para jenderal senior AD siap diadili. Apabila fitnah itu tidak benar, pemfitnah itu juga harus dihukum.

Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX

Bertepatan dengan hari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia tanggal 5 Oktober 1965, jenazah para jenderal Angkatan Darat itu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Keberangkatan jenazah dari Aula Departemen Angkatan Darat dilepas dengan pidato Menko Hankam/Kasab Jenderal A.H. Nasution.

Demikianlah, prahara politik yang meminta korban para perwira tinggi Angkatan Darat itu sempat menggoyahkan persatuan bangsa. Presiden Ir. Soekarno sendiri shock setelah mengetahui jenderal-jenderal Angkatan Darat itu tewas terbunuh dalam Gerakan 30 September/PKI. Sementara itu, di dalam tubuh Angkatan Darat terjadi dualisme kepemimpinan karena Mayor Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai panglima operasi pemulihan keamanan. Mayor Jenderal Pranoto diangkat sebagai caretaker

pimpinan Angkatan Darat. Dualisme kepemimpinan dan tidak Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka

Gambar 6.26 Prosesi pemakaman jenderal-jenderal

adanya penyelesaian tegas dari presiden terhadap Gerakan

Angkatan Darat pada hari ulang tahun

30 September/PKI, memicu reaksi rakyat.

ABRI tanggal 5 Oktober 1965.

Dalam sidang Kabinet Dwikora di Istana Bogor tanggal 6 Oktober 1965, Presiden Ir. Soekarno mengatakan bahwa peristiwa Gerakan 30 September/ PKI itu adalah sebuah riak dalam samudra revolusi. Mengenai penyelesaiannya, presiden menawarkan tiga opsi yaitu aspek politik Gerakan 30 September/ PKI akan diselesaikan sendiri oleh presiden, aspek militer administratif diserahkan kepada Mayjen Pranoto, dan aspek militer teknis (keamanan dan ketertiban) diserahkan kepada Mayjen Soeharto. Namun, realitas yang terjadi di masyarakat menjadi tidak terkontrol dan cenderung anarkis.

PKI menjadi sasaran kemarahan rakyat. Kantor Pusat PKI di Jalan Kramat Raya, Jakarta dibakar, begitu pula rumah tokoh-tokoh PKI. Konflik fisik pun pecah antara massa yang pro dan anti-PKI. Peristiwa ini tidak saja terjadi di Jakarta, tetapi juga di daerah-daerah. Orang-orang menyebut saat itu tengah terjadi perang saudara dan jutaan nyawa melayang menjadi korban. Berturut- turut tokoh-tokoh PKI ditangkap seperti Kolonel Abdul Latief (di Jakarta tanggal 9 Oktober 1965) dan Kolonel Untung (di Tegal 11 Oktober 1965).

Pada tanggal 14 Oktober 1965 Mayjen Soeharto diangkat sebagai menteri/panglima Angkatan Darat dan dilantik dua hari kemudian. Pelan- pelan ia memegang kendali pemulihan keamanan dan ketertiban. Tanggal

16 Oktober 1965 Panglima Komando Daerah Militer V/Jaya Mayjen Umar Wirahadikusumah (selaku Penguasa Pelaksana Perang Daerah/Pepelrada) membekukan untuk sementara semua kegiatan PKI dan ketujuh ormas- ormasnya. Ormas-ormas PKI antara lain Pemuda Rakyat (PR), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), Barisan Tani Indonesia (BTI), Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (Perhimi), Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI), Himpunan Sarjana

Indonesia (HSI), Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Sumber: Dwi Windu Orde Baru Tindakan Pepelrada Jakarta ini diikuti oleh Pepelrada Jawa Timur (22 Oktober Gambar 6.27 Letkol Untung: Tokoh utama

Gerakan 30 September/PKI.

1965), Pepelrada Jawa Tengah-DIY tanggal 26 Oktober 1965 menyatakan keadaan perang.

Sementara itu, mulai tanggal 20 Oktober 1965 mulai dilakukan penertiban/personalia sipil dan militer dari unsur-unsur yang terlibat Gerak- an 30 September/PKI. Di masyarakat pun mulai berdiri kelompok-kelompok aksi yang menuntut pembubaran PKI dan ormas-ormasnya. Misalnya Ke- satuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), dan Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI). Pada tanggal

26 Oktober 1965 mereka mengadakan rapat akbar di Lapangan Banteng untuk menuntut pembubaran PKI.

Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX

Janji Presiden Ir. Soekarno untuk menyelesaikan secara politik peristiwa Gerakan 30 September/PKI tidak kunjung direalisasikan. Konflik sosial politik di masyarakat dan seringnya terjadi tindakan main hakim sendiri, semakin memperuncing keadaan. Demonstrasi terhadap presiden pun sering terjadi di tempat ketika presiden melakukan aktivitas. Pada tanggal 12 Januari 1966 kesatuan aksi mahasiswa yang tergabung dalam Front Pancasila mengajukan tiga tuntutan kepada DPR-GR. Mereka menuntut pembubaran PKI, pembersihan kabinet dari unsur Gerakan 30 September/PKI, dan penurunan harga/perbaikan ekonomi. Tuntutan mereka kemudian dikenal dengan Tritura.

Upaya presiden untuk memperbaiki keadaan dengan mengadakan reshufle Kabinet Dwikora tanggal 24 Februari 1966, justru menyulut demonstrasi besar-besaran. Oleh karena dalam kabinet yang dijuluki ”Kabinet 100 Menteri” ini masih bercokol tokoh-tokoh yang dicurigai terlibat dalam Gerakan 30 September/PKI. Dalam sebuah demonstrasi, Arief Rachman Hakim (Mahasiswa Universitas Indonesia) tewas tertembak. Dalam krisis yang mencapai puncak itu, Presiden Ir. Soekarno mengeluarkan Surat Perintah kepada Men/Pangad untuk atas nama presiden yaitu mengambil tindakan demi terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan

jalannya pemerintahan. Surat inilah yang dikenal Surat Perintah Sebelas Maret

Sumber: Republika, 11 Maret 2000

Gambar 6.28 Dua versi Supersemar.

(Supersemar), yang menjadi penanda lahirnya Orde Baru.

Peristiwa Gerakan 30 September/PKI yang terjadi terasa hingga saat ini. Akan tetapi, hingga kini peristiwa pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965 merupakan

itu belum juga tersingkap fakta sejarahnya. sebuah peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia.

Nah, sekarang kamu tanyakan kepada kakek/ Peristiwa yang dipicu oleh konflik elite di Jakarta itu

nenek atau orang tuamu, pendapat mereka tentang berubah menjadi perang saudara yang menewaskan

peristiwa Gerakan 30 September/PKI. Tulislah hasil jutaan rakyat. Dampak peristiwa itu bahkan masih

wawancaramu itu ke dalam bentuk cerita kemudian sampaikan di depan kelas.

A. Pilihlah jawaban yang tepat!

a. melakukan aksi sepihak hingga kudeta

b. menggunakan lembaga konstitusional

1. Angkatan Darat dan PKI terlibat konflik permanen

c. mengikuti pemilu secara jujur dan adil sejak tahun 1948 karena . . . .

d. membentuk koalisi dengan partai-partai

a. keduanya sama-sama ingin merebut ke-

Islam

kuasaan

3. Haluan PKI menjadi lebih revolusioner setelah

b. perbedaan ideologi dan perjuangan di Musso pulang dari Soviet karena . . . . antara keduanya

a. dukungan politik dari Bung Karno

c. keduanya berlomba-lomba ingin mendapat

b. ingin menjadikan revolusi Indonesia bagian dukungan Bung Karno dari revolusi dunia dengan pusat Soviet

d. PKI ingin menyediakan Angkatan Darat

c. Musso menggandeng Cina untuk memper- sebagai angkatan kelima

senjatai rakyat

2. Salah satu strategi yang digunakan oleh PKI untuk

d. rakyat secara frontal mendukung langkah- memperoleh kekuasaan adalah . . . .

langkah politik Musso

Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX

4. Setelah direhabilitasi tahun 1950 akibat peristiwa

a. diduga ia mengetahui secara pasti peristiwa Madiun, PKI dengan mudah masuk dalam

tersebut

konstelasi politik nasional karena . . . .

b. saat itu dialah pejabat tertinggi angkatan

a. PKI memang tidak bersalah dalam peristiwa

bersenjata

itu

c. dialah perwira tinggi yang lolos dari upaya

b. dukungan dari seluruh kekuatan politik saat

penculikan

itu

d. ia mendapat perintah langsung dari Bung

c. Angkatan Darat sudah tidak memper-

Karno

masalahkan kehadiran PKI

9. Setelah peristiwa Gerakan 30 September/PKI

d. saat itu terjadi beragam gerakan separatisme terjadi kemelut dalam kepemimpinan Angkatan dan pembubaran partai-partai politik

Darat karena . . . .

5. PKI menggunakan doktrin ”Pancasila = Nasakom”

a. banyak tokoh Angkatan Darat terbunuh untuk . . . .

b. Soeharto mengambil alih pimpinan sementara

a. menyebarluaskan ajaran Pancasila Bung Karno menunjuk pejabat lain

b. mendekati Bung Karno dan memperluas

c. adanya pertentangan dan perebutan pengaruh

pengaruh di kalangan Angkatan Darat

c. antara Pancasila dan Nasakom memang

d. angkatan selain Angkatan Darat berusaha sama

memprovokasi keadaan

d. PKI memang kekuatan politik yang Pancasilais

10. PKI dinyatakan sebagai partai terlarang dan

6. Ide dasar yang menjadi pertimbangan Bung aktivitasnya dibekukan karena . . . . Karno untuk mengeluarkan doktrin Nasakom

a. diduga terlibat peristiwa Gerakan 30 adalah . . . .

September

a. keinginan untuk menjadikan PKI sebagai

b. Angkatan Darat ingin mengurangi kekuasaan partai penguasa

Bung Karno

b. pemikirannya untuk mempersatukan seluruh

c. adanya instruksi langsung dari Bung Karno potensi dan kekuatan bangsa

d. agar semua sepak terjangnya tidak diketahui

c. ketiga kekuatan itu memang mempunyai oleh generasi penerus persamaan

d. Pancasila sudah tidak relevan lagi dan perlu

B. Jawablah pertanyaan dengan tepat! diganti dengan Nasakom

1. Jelaskan latar belakang peristiwa Gerakan 30

7. Menurut Nugroho Notosusanto, PKI kesulitan

September 1965/PKI!

untuk mendapatkan pengaruhnya di tubuh

2. Apa sajakah kebijakan pemerintah untuk angkatan bersenjata karena . . . . mengubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi

a. PKI harus berhadapan dengan TNI AD nasional? Sebut dan jelaskan!

b. tidak adanya tokoh yang bisa melobi

c. adanya larangan Bung Karno

3. Sebutkan lima peristiwa politik penting yang

d. angkatan bersenjata dalam posisi yang solid terjadi pada masa Orde Baru. Jelaskan!

8. Jenderal Soeharto bertindak cepat setelah

4. Berilah contoh perkembangan ekonomi pada meletus peristiwa Gerakan 30 September/PKI

masa Orde Baru!

karena . . . .

5. Apa perbedaan dan persamaan antara Orde Lama dan Orde Baru? Jelaskan!

Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX

1. Upaya pembebasan Irian Barat. 5. Peristiwa di sekitar pemberontakan G 30 S/PKI a. Diplomasi dengan perundingan Uni Indonesia-

sebagai berikut.

Belanda tanggal 22 Juni 1954. a. Aksi sepihak di berbagai daerah sejak tahun b. Membawa masalah Irian Barat ke sidang

1960.

Dewan Keamanan PBB. b. Kebijakan dan pernyataan Bung Karno sangat c. Perundingan Finek di Jenewa tanggal

menguntungkan PKI. 7 Januari 1956.

c. Pembunuhan para pimpinan Angkatan Darat d. Rencana Bunker pada bulan Maret 1962.

pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965. e. Persetujuan New York tanggal 15 Agustus

d. Pembebasan dari G 30 S/PKI dilakukan tanggal 1962.

1 Oktober 1965 oleh Kol. Sarwo Edi Wibowo. e. Terjadi dualisme kepemimpinan Angkatan 2. Langkah konfrontasi dalam masalah Irian Barat:

Darat antara Mayjen Pranoto dan Mayjen a. Pembubaran Uni Indonesia-Belanda tanggal

Soeharto.

3 Mei 1956. f. Penemuan jenazah pimpinan Angkatan Darat b. Nasionalisasi perusahaan Belanda.

tanggal 3 Oktober 1965 di sumur Lubang c. Pembentukan Provinsi Irian Barat.

Buaya.

d. Dicanangkannya Trikora tanggal 19 Desember g. Pemakaman jenazah pimpinan Angkatan 1961.

Darat tanggal 5 Oktober 1965 ke TMP Kalibata. h. Penangkapan tokoh PKI seperti Kol Abdul

3. Konflik dalam negeri disebabkan oleh: Latief (9 Oktober 1965) dan Kol Untung a. hubungan pusat-daerah,

Sutopo (11 Oktober 1965). b. persaingan ideologis, dan

i. Mayjen Soeharto diangkat sebagai menteri/ c. pergolakan sosial-politik.

panglima Angkatan Darat tanggal 14 4. Pemberontakan yang terjadi di dalam negeri:

Oktober 1965.

a. pemberontakan PKI Madiun, j. Tanggal 12 Januari 1966 terjadi demonstrasi b. pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Jawa

besar-besaran oleh KAMI dan mengeluar- Tengah, Aceh, dan Sulawesi,

kan Tritura. k. Tanggal 24 Februari 1966 Bung Karno meng-

c. pemberontakan APRA, adakan perombakan pemerintahan dengan d. pemberontakan Andi Azis, membentuk ”Kabinet 100 Menteri”. e. pemberontakan RMS, dan l. Tanggal 11 Maret 1966 keluar Surat Perintah f. pemberontakan G 30 S/PKI. dari Presiden Soekarno kepada Mayjen

Soeharto untuk mengendalikan keadaan.

”Perjuanganku lebih mudah karena menghadapi yang lebih berat. Perbedaan pendapat dan ideologi bangsa asing, namun perjuanganmu lebih sulit karena

tidak jarang memicu pertikaian di antara kita. Konflik menghadapi bangsamu sendiri”. Pesan Bung Karno

dan pemberontakan terjadi hanya karena kurang ini serasa benar adanya. Saat menghadapi bangsa

komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah. penjajah, seluruh bangsa kita bisa bersatu dan ber-

Selanjutnya, saat gelombang globalisasi menerjang juang bersama. Kini, setelah kemerdekaan berhasil

kita seperti sekarang ini, masihkah kita harus kita genggam, kita harus menghadapi perjuangan

mengedepankan perbedaan di antara kita?

194

Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX

Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX 195

Kalau rakyat terus-menerus sakit hati dan menderita, sementara pemerintah hanya memberikan kesejahteraan kepada segelintir orang yang korup, rencana militer melakukan operasi gerilya untuk melawan separatis akan sia-sia belaka. Ini merupakan pemikiran Jenderal (TNI) Abdul Haris Nasution (alm) dalam bukunya Pokok-pokok Perang Gerilya. Jenderal besar ini juga mengatakan, menggunakan kekuatan militer untuk melawan bangsa sendiri apalagi mereka memiliki alasan yang pantas untuk tidak puas kepada pemerintah pusat merupakan dilema bagi TNI.

Penyelesaian konflik yang disebabkan ketidak- puasan politik, ideologi, ekonomi, dan sosial tidak bisa semata hanya diselesaikan oleh operasi militer. Kemenangan menjadi tidak sekadar menghitung jumlah gerilyawan yang ditangkap, tewas, atau meng- hitung senjata yang disita.

Usai kemerdekaan, sejarah kita memang diwarnai jejeran pemberontakan yang dilatarbelakangi ketidakpuasan. Mulai dari DI/TII, PRRI/Permesta, Republik Maluku Selatan (RMS), hingga Timor Leste yang akhirnya merdeka, GAM dan Papua merupakan deretan akibat ketidakpuasan terhadap pusat yang diisi oleh para birokrat yang korup. Militer menghadapi dilema, seperti dikatakan A.H. Nasution. Namun, kembali ke tugas mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka strategi kontra- gerilya harus diterapkan melawan gerilya para pem- berontak.

Menyenangkan hati rakyat agar berpihak kepada TNI, demikian strategi dasar perang kontragerilya. Hanya dengan cara ini, perang melawan para gerilya- wan yang bersandar pada dukungan masyarakat dapat dimenangkan. Apakah setelah menang, TNI masih berpihak kepada rakyat atau tidak, tanda tanya besar masih muncul. Beberapa pemberontakan berhasil ditumpas dengan operasi militer. Walaupun makan banyak nyawa, kenyataannya operasi militer menumpas DI/TII, RMS, dan PRRI/Permesta berhasil. Letjen (Purn) Kemal Idris bercerita, TNI dulu sangat dekat dengan rakyat karena TNI menganggap dirinya bagian dari rakyat dan berjuang untuk kepentingan rakyat. ”Kita mengajak rakyat untuk menghadapi DI/ TII dan PRRI/Permesta,” kata mantan Panglima Kostrad yang sebelumnya menjadi Komandan Brigade VII Siliwangi saat penumpasan DI/ TII di Jawa Barat.

Senada dengan Kemal Idris, Letjen (Purn) Solihin G.P. mengatakan, TNI tidak akan bisa menjalankan tugasnya kalau tidak berintegrasi dengan masyarakat. Ia juga menceritakan masyarakat bersama tentara

melakukan Operasi Pagar Betis sehingga pemberontakan Kartosuwirjo dapat ditumpas setelah berjalan lebih kurang tiga belas tahun (1949–1962). Operasi kontragerilya, kata Solihin, pada intinya adalah memisahkan pasukan dari rakyat. Mantan Kepala Staf Umum TNI Letjen Suaidi Marasabessy mengatakan, pemberontakan DI/TII dan PRRI/ Permesta sama metodenya dengan pemberontakan GAM yang menggunakan perlawanan bersenjata dengan gerilya. Perbedaan dengan pemberontakan separatis yang lain, GAM banyak menyertakan perjuangan diplomasi untuk menarik simpati internasional. Tujuannya, internasionalisasi konflik yang menginginkan institusi internasional terlibat.

Untuk itu, TNI harus dapat memetakan kekuatan GAM dan rakyat secara spesifik. Di sinilah inti perlawanan terhadap gerilya. Operasi ini dilakukan dengan operasi intelijen, termasuk di dalamnya operasi penggalangan, yaitu bagaimana mendekati rakyat dan memengaruhi pikiran dan emosi rakyat agar berpihak kepada NKRI. Dalam kasus DI/TII, rakyat menjadi antipati terhadap DI/TII yang setahun sebelum selesai ditumpas mulai menculik, mem- bunuh, dan menyiksa masyarakat. Menurut mantan Panglima Kodam VII/Wirabuana ini, GAM telah menunjukkan modus operandi yang sama sehingga secara militer GAM sudah bisa dibilang lemah karena menyimpang dari doktrin perang gerilya yang harus dekat dengan rakyat.

”Saya ingat bagaimana orang Makassar kaget waktu ada tentara dari Jawa menjadi imam di masjid,” kata pengamat militer Salim Said. Kehadiran Panglima Komando Pemulihan Keamanan Sulawesi Selatan Kolonel R. Sudirman merupakan sosok muslim yang taat cukup berhasil membantah opini yang disebarkan DI/TII. Saat itu, Kahar Muzakar mengkampanyekan bahwa pasukan yang diperanginya adalah Tentara Djawa Komunis (TDK). Rakyat Sulawesi Selatan menganggap lawannya sebagai si kafir dari Jawa. Padahal, menurut hasil penelitian Barbara Sillars Harvey, intelektual dari Cornell University, DI/TII di Sulawesi Selatan dimulai sebagai suatu perselisihan tentang status militer dan tuntutan keadilan. Para gerilyawan Sulawesi Selatan yang ikut perang kemerdekaan tidak diterima masuk ke dalam TNI karena dianggap tidak memenuhi syarat, seperti pendidikan formal. Kahar Muzakar sebagai perwira paling senior menjadi pemimpin para pejuang ini dalam Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS).

Menurut buku Barbara yang berjudul Pem- berontakan Kahar Muzakkar dari Tradisi ke DI/TII,

Wacana