Melakukan Penyesuaian terhadap Perubahan

a. Melakukan Penyesuaian terhadap Perubahan

Berbagai perubahan yang terjadi dalam masyarakat menuntut adanya penyesuaian. Bentuk dari penyesuaian yang dapat dilakukan oleh warga masyarakat dalam menghadapi perubahan sosial sebagai berikut.

1) Melakukan Asimilasi

Asimilasi adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan dari luar yang bercampur dengan unsur-unsur kebudayaan lokal sehingga menjadi unsur kebudayaan baru yang berbeda. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam proses asimilasi.

Pertama, masyarakat harus dapat menghargai unsur- unsur asing dan kebudayaan yang dibawanya. Tidak semua unsur-unsur asing berdampak negatif. Banyak hal yang dapat kita ambil manfaatnya dari unsur-unsur asing tersebut. Kedua, adanya toleransi antarkebudayaan yang berbeda. Toleransi adalah sikap menghargai kebudayaan atau pendapat yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Adanya toleransi antarkebudayaan memungkinkan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda dapat hidup berdampingan secara damai. Masyarakat yang memiliki rasa toleransi tinggi cenderung mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada. Ketiga, adanya sikap terbuka. Masyarakat yang Sumber: www.halmaherautara.com senantiasa menghadapi berbagai perubahan yang terjadi Gambar 3.17 Adanya toleransi antarkebudayaan me- dengan sikap terbuka, akan dapat hidup dengan sejahtera.

mungkinkan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda dapat hidup ber- dampingan.

Hal-hal yang dapat menghambat asimilasi antara lain rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan lain, ketakutan terhadap kebudayaan atau unsur-unsur baru, sikap superior yang menilai tinggi kebudayaannya sendiri, perbedaan kepentingan, dan letak geografis yang terisolasi.

2) Menerima Unsur-Unsur Baru

Keseimbangan atau harmoni dalam masyarakat merupakan keadaan yang diidam-idamkan. Dengan keseimbangan, seluruh unsur-unsur kemasyarakatan akan benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Setiap terjadi gangguan terhadap keadaan seimbang tersebut, masyarakat dapat menolaknya atau mengubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan maksud untuk menerima suatu unsur baru.

Sebagai contoh, dewasa ini kebaya menjadi tren kembali untuk dijadikan busana resmi kaum muda. Sebelumnya, ada rasa keengganan untuk mengenakan busana tersebut karena menganggap kebaya merupakan pakaian ”orang dahulu” yang sudah ketinggalan zaman. Namun, melalui berbagai modifikasi

Sumber: www.indomedia.com Gambar 3.18 Saat ini kebaya kembali digemari oleh

akhirnya kebaya menjadi pakaian yang digemari oleh kaum muda

kaum muda dan tidak dianggap kuno

dan seolah menjadi busana wajib untuk menghadiri acara-acara

lagi.

resmi. Dapatkah kamu menunjukkan contoh-contoh lainnya? Coba ungkapkan di depan kelas!

3) Melakukan Akomodasi

Menurut Soerjono Soekanto, istilah akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu sebagai suatu keadaan dan proses. Sebagai suatu keadaan, akomodasi diartikan sebagai kenyataan adanya suatu keseimbangan hubungan antarindividu atau kelompok dalam berinteraksi. Sebagai suatu proses, akomodasi dimaksudkan sebagai usaha manusia untuk meredakan atau menghindari konflik dalam rangka mencapai kestabilan.

Dalam arus perubahan sosial yang sangat deras, muncul tuntutan dan penyesuaian-penyesuaian baru. Apabila tuntutan dan penyesuaian baru itu kurang atau bahkan tidak dapat diterima dan tidak dilakukan, akan menimbulkan guncangan sosial dalam masyarakat. Guncangan-guncangan tersebut membawa potensi bagi munculnya disintegrasi.

Proses akomodasi sebenarnya merupakan upaya untuk mencari terobosan terhadap banyaknya tuntutan dan pertentangan dalam masyarakat. Secara sosiologis, akomodasi sebagai upaya penyelesaian konflik memiliki tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapi, misalnya untuk mengurangi konflik antarindividu atau kelompok sebagai akibat perbedaan paham, untuk mencegah meledaknya konflik untuk sementara waktu, dan agar terjadi kerja sama antarkelompok sosial yang saling terpisah akibat faktor sosial psikologis.

Bentuk-Bentuk Akomodasi dalam Menyelesaikan Konflik

Menurut Soerjono Soekanto, akomodasi dalam suatu penyelesaian secara damai yang sifatnya penyelesaian konflik memiliki delapan bentuk sebagai

hanya sebagai penasihat. Pihak ketiga ini tidak berikut.

mempunyai wewenang memberikan keputusan- a. Coercion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang

keputusan penyelesaian yang mengikat secara prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.

formal.

Hal ini terjadi karena salah satu pihak berada e. Conciliation, yaitu suatu usaha mempertemukan dalam keadaan yang lemah, sedangkan pihak

keinginan-keinginan pihak yang bertikai untuk lain jauh lebih kuat.

mencapai persetujuan bersama. b. Compromise, yaitu suatu bentuk akomodasi dari

f. Toleration, yaitu suatu bentuk akomodasi tanpa pihak-pihak yang terlibat masing-masing

adanya persetujuan formal. mengurangi tuntutan agar tercapai suatu

penyelesaian terhadap suatu konflik yang ada. g. Stalemate, yaitu bentuk akomodasi pihak-pihak Sikap compromise adalah sikap bersedia

yang bertikai karena kekuatannya seimbang, merasakan dan memahami keadaan pihak lain.

selanjutnya berhenti pada suatu titik tertentu untuk tidak melakukan pertentangan.

c. Arbitration, yaitu cara mencapai compromise dengan meminta bantuan pihak ketiga yang

h. Adjudication, yaitu suatu bentuk penyelesaian dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan

konflik melalui pengadilan. yang berkedudukan lebih dari pihak-pihak yang

Kedelapan akomodasi tersebut bisa dipilih untuk bertikai.

menyelesaikan konflik dalam masyarakat yang d. Mediation, yaitu cara menyelesaikan konflik

beragam dengan tujuan agar tiap-tiap pihak merasa dengan jalan meminta bantuan pihak ketiga yang

memperoleh keadilan.

netral. Pihak ketiga ini hanya mengusahakan