Faktor Intern
a. Faktor Intern
Faktor intern merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini masyarakat dapat berupa kolektif atau individual. Faktor-faktor internal perubahan sosial budaya sebagai berikut.
1) Bertambah atau Berkurangnya Penduduk
Bertambah atau berkurangnya penduduk dalam suatu wilayah menyebabkan terjadinya perubahan sosial baik di daerah tujuan maupun di daerah yang ditinggalkan. Bertambahnya penduduk pada suatu daerah mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat terutama lembaga-lembaga kemasyarakatan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perpindahan penduduk dari desa ke kota-kota besar yang sering disebut urbanisasi. Akibat urbanisasi terjadilah perubahan-perubahan dalam sistem sosial masyarakat kota.
Adanya urbanisasi mencetak pengangguran- pengangguran baru yang mengakibatkan meningkatnya angka kriminalitas. Situasi dan kondisi ini menjadikan kota- kota besar menjadi tidak aman. Sementara itu, berkurang- nya penduduk sebagai akibat urbanisasi menyebabkan terjadinya kekosongan pada daerah yang ditinggalkan. Situasi ini mendorong perubahan pada sistem pembagian kerja, sistem stratifikasi sosial, pola pekerjaan, sistem perekonomian, dan lain-lain. Contohnya berpindahnya para petani ke kota-kota besar menyebabkan lahan per- tanian menjadi tidak berfungsi. Tidak berfungsinya lahan pertanian, tentu membawa dampak pada pola pembagian Foto: Doly Eny Khalifah
kerja di setiap keluarga yang akhirnya mendorong Gambar 3.12 Lahan pertanian tidak berfungsi, akibat
berpindahnya para petani ke kota-kota
perubahan pada sistem perekonomian masyarakat secara
besar.
keseluruhan.
2) Penemuan-Penemuan Baru (Inovasi)
Inovasi merupakan suatu proses sosial dan kebudayaan besar yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Munculnya inovasi-inovasi baru merupakan tanda-tanda awal terjadinya perubahan. Terjadinya penemuan-penemuan baru dalam masyarakat melalui dua tahap penemuan yang dikenal dengan istilah discovery dan invention.
Discovery adalah penemuan-penemuan baru dari suatu unsur kebudayaan baru, baik berupa suatu alat yang baru, ataupun berupa suatu ide baru yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan dari individu-individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Sebagai contoh, ditemukannya mobil yang didahului dibuatnya motor gas oleh S. Marcus.
Adapun discovery dapat berubah menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima, bahkan menerapkan penemuan tersebut. Invention menunjuk pada upaya menghasilkan suatu unsur-unsur kebudayaan lama yang telah ada dalam masyarakat. Adanya mobil dari hasil penyempurnaan motor gas sebagai alat transportasi merupakan salah satu wujud invention.
3) Konflik dalam Masyarakat
Konflik atau pertentangan dalam masyarakat dapat mendorong terjadinya perubahan sosial budaya. Konflik berakibat jatuhnya korban jiwa dan harta bagi pihak yang bertikai. Konflik pernah terjadi di berbagai daerah di Indonesia, baik yang vertikal maupun horizontal. Misalnya yang terjadi di Pontianak, Ambon, dan Poso. Ratusan nyawa melayang, pengungsian terjadi secara besar-besaran, dan situasi sosial politik menjadi mencekam. Peristiwa ini
Sumber: www.gp.se
menunjukkan betapa konflik mampu mendorong perubahan sosial
Gambar 3.13 Konflik mampu membawa perubahan
budaya.
sosial budaya.
4) Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi dalam Tubuh
Masyarakat Sendiri
Terjadinya pemberontakan diawali dengan adanya ketidak- puasan sebagian masyarakat. Ketidakpuasan ini diarahkan pada sistem kekuasaan yang dianggapnya tidak cocok sehingga mendorong untuk keluar dan membuat sistem kekuasaan yang berbeda. Rezim yang bertindak despotik atau lalim menimbulkan ketidakadilan di masyarakat sehingga mendorong sebagian masyarakat yang merasa tidak diuntungkan melakukan pem- berontakan. Situasi dan kondisi ini memunculkan revolusi sebagai wujud dari pemberontakan.
Adanya revolusi akan membawa perubahan-perubahan besar dalam tubuh masyarakat. Misalnya revolusi Mei tahun 1998 yang terjadi di Indonesia. Perubahan besar terjadi di Indonesia baik perubahan kepala negara, wakil kepala negara, struktur kabinet, sampai pada perilaku warga masyarakat, yaitu menjadi lebih berani mengkritisi cara kerja pemerintah.