Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Permintaan dan Penawaran Kredit

Setiap usaha memerlukan input (faktor produksi) yang terdiri dari input tetap dan input tidak tetap (variabel) untuk dapat menghasilkan produk. Bila ingin meningkatkan produksi, salah satunya adalah dengan meningkatkan penggunaan input (Gambar 3). Kredit yang diperoleh oleh pelaku usaha dapat digunakan sebagai penambah modal untuk membiayai input produksi sehingga pelaku usaha tersebut dapat meningkatkan produknya pada tingkat yang lebih tinggi.

Total Produksi (unit)

Total

Produksi

Gambar 3. Input (unit) Produksi Total

Sumber: Lipsey (1995)

Faktor produksi modal dalam ilmu ekonomi disebut sebagai faktor produksi turunan. Sehingga permintan pada kredit merupakan permintaan turunan atas adanya permintaan input sebagai faktor produksi. Pemerintah dalam usahanya untuk membantu permodalan usaha mikro telah melaksanakan dan mengeluarkan berbagai kebijakan di bidang perbankan. Dimulai dengan adanya bantuan berupa Kredit Investasi Kecil/Kredit Modal Kerja, Kredit Canda Kulak, Kredit Usaha Rakyat sampai dengan kemudahan beroperasinya lembaga perbankan. Kebijakan- kebijakan tersebut bertujuan untuk menggeser kurva penawaran dana modal ke arah kanan (Gambar 4).

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada saat modal langka, keseimbangan di titik E 0 dimana jumlah dana yang ditawarkan adalah Q 0 pada suku bunga r 0 . Keluarnya kebijakan pemerintah diharapkan dapat menggeser kurva penawaran Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada saat modal langka, keseimbangan di titik E 0 dimana jumlah dana yang ditawarkan adalah Q 0 pada suku bunga r 0 . Keluarnya kebijakan pemerintah diharapkan dapat menggeser kurva penawaran

Suku

bunga S 0

(r)

jumlah

Gambar 4. Permintaan dan Penawaran Kredit Sumber: Lipsey (1995)

3.1.2. Risiko Kredit

Perkembangan suatu usaha dipengaruhi ketersediaan modal. Modal sendiri umumnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan suatu usaha. Oleh karena itu, ketersediaan modal dari pihak luar (kredit) sangat diperlukan. Sumber modal yang berasal dari luar tersebut dapat berasal baik dari sumber formal maupun informal.

Sebagai salah satu lembaga formal yang menyalurkan kredit, kredit adalah bagian terbesar dari sumber penghasilan bank dan juga merupakan bagian terbesar dari seluruh harta suatu bank. Berkaitan dengan penyaluran kreditnya, bank menghadapi suatu risiko yang disebut risiko kredit.

Risiko kredit adalah kegagalan debitur ( default to clearing ) untuk memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat timbul baik dari kinerja nasabah maupun faktor luar nasabah. Hal ini dapat dijelaskan melalui Gambar 5. Risiko kredit adalah risiko yang paling mengancam bank karena merupakan aktivitas utamanya. Oleh karena itu, risiko kredit merupakan suatu masalah besar bagi dunia perbankan dan lembaga keuangan pada umumnya karena menurunkan likuiditas dan profitabilitas bank. Perputaran uang di bank menjadi terhambat dan Risiko kredit adalah kegagalan debitur ( default to clearing ) untuk memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat timbul baik dari kinerja nasabah maupun faktor luar nasabah. Hal ini dapat dijelaskan melalui Gambar 5. Risiko kredit adalah risiko yang paling mengancam bank karena merupakan aktivitas utamanya. Oleh karena itu, risiko kredit merupakan suatu masalah besar bagi dunia perbankan dan lembaga keuangan pada umumnya karena menurunkan likuiditas dan profitabilitas bank. Perputaran uang di bank menjadi terhambat dan

Tingkat kegagalan debitur untuk memenuhi kewajibannya oleh Bank Indonesia digolongkan ke dalam empat kategori berdasarkan tingkat kelancaran pengembalian kredit, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet. Penggolongan ini secara umum digunakan oleh lembaga keuangan baik yang berbentuk bank maupun non bank, meskipun pada beberapa lembaga keuangan terdapat perbedaan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing lembaga keuangan.

Kebangkrutan nasabah Gagal bayar

Kesulitan keuangan nasabah Potensi gagal bayar

Ambang batas kriteria Penurunan peringkat kesehatan tidak dipenuhi

nasabah

Penurunan kinerja nasabah Pelanggaran kontrak

Kelemahan kontrak kredit Potensi pelanggaran kontrak

Gambar 5. Kerangka Risiko Kredit

Sumber: Sutoyo (2000) Pada PT. Bank Rakyat Indonesia menggolongkan kreditnya ke dalam dua

kelompok besar, yakni kredit lancar dan tidak lancar (menunggak). Sebuah pengembalian kredit dikatakan lancar apabila pembayaran angsuran dan bunga dilakukan tepat waktu dan pelunasan kredit tidak mengalami penundaan berdasarkan pinjaman. Sedangkan pengembalian kredit digolongkan tidak lancar jika pembayaran angsuran dan bunga mengalami penundaan dari waktu yang kelompok besar, yakni kredit lancar dan tidak lancar (menunggak). Sebuah pengembalian kredit dikatakan lancar apabila pembayaran angsuran dan bunga dilakukan tepat waktu dan pelunasan kredit tidak mengalami penundaan berdasarkan pinjaman. Sedangkan pengembalian kredit digolongkan tidak lancar jika pembayaran angsuran dan bunga mengalami penundaan dari waktu yang

1) Dalam Pengawasan Khusus Status ini diberikan pada debitur yang menunda pembayaran angsuran selama satu minggu hingga 60 hari dari tanggal yang ditentukan.

2) Kurang Lancar Apabila pembayaran angsuran oleh debitur sedikit terhambat karena ada kecenderungan usaha nasabah mulai mengalami kesulitan, namun tingkat kesulitan tersebut masih tergolong ringan dan menyangkut salah satu aspek usaha saja. Status ini diberikan kepada debitur yang menunggak pembayaran angsuran selama lebih dari 60 hari hingga 90 hari.

3) Meragukan Terhambatnya pengembalian kredit diindikasikan dengan kemerosotan yang tajam dalam usahanya dan biasanya permasalahan yang terjadi mencakup berbagai aspek usaha. Status ini diberikan pada debitur yang menunggak selama lebih dari 90 hari hingga 120 hari.

4) Macet Status ini dikenakan kepada debitur yang tidak dapat membayar angsuran dan bungan kredit dalam jangka waktu yang lama antara labih dari 120 hari hingga 270 hari.

5) Daftar Hitam Pengembalian kredit yang sudah termasuk dalam daftar hitam yaitu debitur yang benar-benar sudah tidak mampu membayar pelunasan kredit karena usahanya sudah bankrut dan kemungkinan asetnya tidak dapat dicairkan atau tidak ada sama sekali. Batasan seorang nasabah dimasukkan dalam daftar hitam adalah ketika pelunasan kreditnya mengalami penundaan lebih dari 270 hari.

3.1.3.Strategi Penghindaran Kredit Bermasalah

Tindakan terpenting dari strategi ini adalah analisa kredit. Analisa kredit atau penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisa atau menilai suatu permohonan kredit sehingga dapat memberikan keyakinan pada bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak ( feasible ).

Adanya analisa yang mempertimbangkan berbagai faktor ini dimaksudkan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya default oleh calon debitur. Dua jenis prinsip yang umumnya diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit yaitu

prinsip ‘6C’ dan prinsip ‘6A’. Prinsip ‘6C’ (Dendawijaya 2001) meliputi:

1) Character (kepribadian), yaitu menyangkut sifat, kepribadian, dan citra calon debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan kesungguhan membayar angsuran kredit yang tentunya sangat berpengaruh terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pemanfaatan pemberian kredit dengan benar.

2) Capital (modal) merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan nasabah dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dilihat berdasarkan laporan keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit.

3) Capacity (kemampuan) terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon debitur untuk melunasi pokok pinjaman diserta dengan bunga dan syarat- syarat lain dalam perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi usaha, pendapatan/omzet usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan kewajiban lain semakin besar.

4) Condition of economy (kondisi ekonomi), pertimbangan atas situasi ekonomi yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang berpengaruh terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnyamempengaruhi keberhasilan pemanfaatan dan pengembalian kredit.

5) Collateral (agunan) yakni berupa ketersediaan jaminan yang sesuai dan seimbang dengan jumlah kredit yang diberikan sehingga pihak bank tidak perlu merasa khawatir ketika terjadi kemacetan dalam pengembalian pinjaman karena agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian kredit

6) Constrain (keterbatasan) merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat berupa faktor-faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang menyebabkan suatu usaha tidak mungkin untuk dijalankan.

Sedangkan prinsip ‘6A’ mencakup:

1) Aspek yuridis bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas perusahaan calon penerima kredit.

2) Aspek pasar dan pemasaran mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam menghadapi persaingan.

3) Aspek teknis bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan usaha serta seberapa besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya sebagai suatu entitas bisnis.

4) Aspek manajemen mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola

usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya.

5) Aspek keuangan bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangannya.

6) Aspek sosial ekonomi merupakan suatu kajian terhadap nilai tambah yang dimiliki perusahaan dari sudut pandang sosial dan makro ekonomi terutama manfaat sosial ekonomi yang diterima oleh pemerintah maupun masyarakat seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah.

Setelah pencairan kredit dilaksanakan, selanjutnya dilaksanakan pengawasan oleh pihak bank sebagai salah satu upaya menghindari kredit bermasalah di kemudian hari. Pengawasan ini meliputi beberapa aspek meliputi keberadaan administrasi kredit yang memadai, kewajiban debitur menyampaikan laporan-laporan usaha yang dibutuhkan, kewajiban bagi pihak bank untuk melakukan kunjungan sewaktu-waktu ke perusahaan yang dibiayai oleh kredit, adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur, dan aspek adanya suatu peringatan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Efisiensi pemasaran kayu jenis sengon (paraserianthes falcataria) (studi kasus Hutan Rakyat Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor)

17 93 118

Strategi Meningkatkan Nasabah Pada Bmt Usaha Mulya Pondok Indah

10 95 68

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Pengaruh Kemampuan Manajerial Dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Di Unit Agro Bisnis Pada Yayasan Al-Anshor Bandung (survey pada petani unit Agro Bisnis Yayasan Al-Anshor Bandung)

5 61 1