Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

6.2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kebaikan model ditunjukkan pada nilai uji statistik G sebesar 28,950 dengan p- value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan

90 persen (α = 0,1) terdapat cukup bukti untuk menolak H 0 bahwa tidak ada satu pun variabel prediktor berpengaruh nyata terhadap variabel respon. Artinya, paling tidak terdapat satu variabel prediktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap variabel respon. Kesimpulannya bahwa dari semua faktor yang diduga 90 persen (α = 0,1) terdapat cukup bukti untuk menolak H 0 bahwa tidak ada satu pun variabel prediktor berpengaruh nyata terhadap variabel respon. Artinya, paling tidak terdapat satu variabel prediktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap variabel respon. Kesimpulannya bahwa dari semua faktor yang diduga

Selanjutnya untuk mengetahui kebaiksuaian model dapat dilakukan dengan Uji kebaiksuaian atau Goodness-of-Fit Test yang memperlihatkan nilai Pearson, deviance, dan Hosmer-Lemeshow. Uji ini menunjukkan p-value masing- masing 0,566; 0,413 ;dan 0,624. Nilai-nilai tersebut menunjukkan nilai yang lebih besar dari taraf nyata (α = 0,1), sehingga disimpulkan bahwa pada selang kepercayaan 90 persen (α = 0,1) bahwa model layak dan dapat diinterpretasikan karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi dari model.

Pengujian yang lebih spesifik difokuskan pada signifikansi masing-masing variabel prediktor dalam mempengaruhi variabel respon secara individu dengan menggunakan nilai uji statistik Z yang diindikasikan dengan nilai p-value . Jika p- value pada suatu variabel lebih kecil dari α maka dapat disimpulkan bahwa faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumsi. Pada selang kepercayaan 90 persen (α = 0,1) dapat disimpulkan bahwa variabel yang secara signifikan berpengaruh pada tingkat pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh nasabah BRI Unit Cimanggis adalah pinjaman pada pihak lain, jumlah pinjaman, dan besarnya omzet usaha sedangkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga, lama usaha, serta lamanya masa pengembalian yang disepakati tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh nasabah BRI Unit

Cimanggis.

6.2.1. Karakteristik Personal

Karakteristik personal yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) terdiri dari faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga, pasangan yang bekerja, Karakteristik personal yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) terdiri dari faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga, pasangan yang bekerja,

Tabel 14. Logistic Regression Table

Variabel

Coef

SE Coef

P Value Odds Ratio

Jenis Kelamin

0,46 1,71 Tingkat Pendidikan

0,27 0,86 Jumlah Tanggungan

0,20 0,71 Kredit Lain

0,01 1,17 Omzet Usaha

0,02 1,06 Lama Usaha

0,76 1,01 Jumlah Pinjaman

0,06 2,04 Jangka Waktu

0,67 1,03 Log-Likelihood = -28.833 Test that all slopes are zero: G = 28.950, DF = 8, P-Value = 0.000

1) Jenis Kelamin Jenis kelamin tidak memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran pengembalian kredit. Hasil tersebut juga didukung oleh hasil analisis deskriptif sebelumnya bahwa sebagian besar debitur baik yang lancar maupun menunggak adalah pria. Hal ini sehubungan dengan peran pria sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya. Sehingga pengelola usaha yang menjadi debitur penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini sebagian besar adalah pria, Maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak memberi pengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit.

2) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran pengembalian kredit. Hasil tersebut juga didukung dengan hasil analisis deskriptif sebelumnya bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti antara debitur responden lancar dengan menunggak bila dilihat berdasarkan tingkat pendidikan. Baik responden debitur lancar maupun menunggak keduanya sebagian besar masih berpendidikan rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelancaran pengembalian kredit tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan sebagian besar responden yang masih tergolong rendah ini sehubungan dengan lokasi BRI Unit Cimanggis yang terletak di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok. Kota Depok merupakan merupakan daerah pinggiran kota ( urban fringe/ sub urban ) yang letaknya tidak jauh dari pusat kota, tempat atau area di mana para penglaju tinggal. Daerah pinggiran kota pada umumnya memiliki dua wajah: di satu sisi modern , melalui pembangunan kompleks perumahan yang diikuti oleh kawasan perdagangan baru. Disisi lain tradisional, diwakili oleh kawasan

perumahan penduduk asli dan daerah pertanian 1 . Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis adalah salah satu wilayah dengan pola kehidupan tradisional dimana di daerah ini masih terdapat beberapa wilayah dengan tingkat pendidikan penduduknya yang masih relatif rendah bila dibandingkan dengan wilayah lain di Kota Depok dengan pola kehidupan modern yang umumnya sudah menyadari pentingnya pendidikan tinggi sebagai bekal kehidupan.

3) Jumlah Tanggungan dalam Keluarga Jumlah tanggungan dalam keluarga tidak memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran pengembalian kredit. Hal ini juga didukung dengan hasil analisis deskriptif sebelumnya bahwa baik debitur yang lancar maupun menunggak keduanya sebagian besar memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga yang relatif sedikit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelancaran pengembalian kredit tidak dipengaruhi oleh banyaknya jumlah tanggungan dalam keluarga.

Jumlah tanggungan dalam keluarga sebagian besar responden tergolong sedikit dikarenakan budaya untuk memiliki keturunan banyak saat ini sudah cenderung ditinggalkan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah perkotaan dan sekitarnya (wilayah sub urban ). Hal ini seiring tuntutan kebutuhan biaya hidup di wilayah Cimanggis yang sudah semakin meningkat dengan semakin pesatnya pembangunan yang terjadi 2 .

1 Buchholz AS. 2005. Jender di periurban. Di dalam Koesmapardi, editor. Jurnal Dinamika Periurban : Periurban sebagai Perhatian Kualitas Hidup I (Mei): 11.

2 Loc.cit

4) Pinjaman pada Pihak Lain Adanya pinjaman lain memberi pengaruh nyata dalam kelancaran pengembalian kredit. Hal ini juga didukung oleh hasil analisis deskriptif sebelumnya bahwa sebagian besar debitur dengan kategori pengembalian kredit menunggak terlibat dalam pinjaman dengan pihak lain, sangat berbeda bila dibandingkam sebagian besar responden yang tergolong lancar yang sedang dalam kondisi tidak berada dalam pinjaman dengan pihak lain. Kondisi ini mencerminkan perbedaan yang sangat berarti sehingga dapat disimpulkan bahwa antara responden yang lancar dan menunggak, dapat dibedakan berdasarkan status responden yang sedang dalam pinjaman lain atau tidak.

Responden yang sebagian besar merupakan pedagang di pasar-pasar tradisional, pengrajin kecil, pedagang keliling, dan lain-lain seringkali sering kali terjerat oleh para rentenir dengan pembebanan bunga yang sangat tinggi (biasanya 30 persen per bulan). Sebagai akibat dari terbebani oleh beban bunga yang sangat tinggi tersebut, seringkali mengakibatkan responden lalai dalam memenuhi kewajiban untuk melunasi kredit (KUR) pada BRI Unit Cimanggis. Mereka cenderung lebih memprioritaskan untuk melunasi kredit pada rentenir demi menjaga hubungan baik dengan para rentenir. Adapun kredit lain yang menjadi penghambat dalam pengembalian KUR adalah kredit kepemilikan motor. Ketiadaan agunan pada KUR membuat responden cenderung lebih memilih untuk melunasi kredit motor tersebut daripada motor yang digunakan sebagai jaminan dalam kredit tersebut disita karena lalai membayar.

Pembayaran anguran KUR yang belum menjadi prioritas jika dibandingkan dengan kredit lain antara lain juga disebabkan adanya kesalahan pemahaman terhadap kredit pemerintah ini. Berdasarkan pengamatan di lapangan serta pengalaman pihak BRI Unit Cimanggis sendiri, responden cenderung melihat KUR sebagai dana kucuran pemerintah seperti halnya pada kredit program sebelumnya.

Koefisien ini variabel negatif (-1,747). Artinya adalah bahwa adanya pinjaman pada pihak lain akan berbanding terbalik dalam mendukung kelancaran pengembalian kredit sebagai variabel respon. Nilai odds ratio Koefisien ini variabel negatif (-1,747). Artinya adalah bahwa adanya pinjaman pada pihak lain akan berbanding terbalik dalam mendukung kelancaran pengembalian kredit sebagai variabel respon. Nilai odds ratio

6.2.2. Karakteristik Usaha

Karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada BRI Unit Cimanggis terdiri dari faktor omzet usaha serta lamanya usaha tersebut sudah dijalankan oleh pemilik. Adapun output hasil olahan dan pengaruh masing-masing faktor dipaparkan sebagai berikut:

1) Omzet Usaha Besarnya omzet usaha memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran pengembalian kredit. Pada analisis deskriptif sebelumnya ditemukan bahwa karakteristik debitur yang mampu mengembalikan kredit dengan baik dan menunggak dapat dibedakan berdasarkan besarnya omzet usaha per bulan. Responden debitur lancar cenderung memiliki omzet usaha yang lebih besar jika dibandingkan dengan responden debitur menunggak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya omzet usaha memberi pengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit.

Adapun nilai koefisien variabel ini adalah bertanda positif, mencerminkan omzet usaha memiliki pengaruh positif dalam mendukung kelancaran pengembalian kredit sebagai variabel respon. Odds ratio sebesar 1,06 mengartikan bahwa peningkatan omzet usaha sebesar satu satuan (juta rupiah) akan meningkatkan peluang tingkat kelancaran pengembalian kredit sebesar 1,06 kali lebih besar.

Kesimpulan ini sejalan dengan kesimpulan pada hasil-hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa besarnya omzet usaha berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2007), omzet usaha memberi pengaruh nyata dan positif terhadap tingkat pengembalian Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) untuk usaha mikro,kecil, dan menengah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Studi Kasus BRI Unit Leuwiliang. Begitu pula halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Handoyo (2009) yang juga menemukan bahwa omzet usaha memberi pengaruh nyata dan positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan syariahuntuk UMKM Agribisnis pada KBMT Ummah Kota Bogor sehubungan dengan profitabilitas usaha yang tinggi yang ditunjukkan dengan nilai omzet usaha yang besar.

2) Lama Usaha Lama usaha tidak memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran pengembalian kredit. Berdasarkan pengamatan lapangan, pada umumnya pelaku usaha mikro di wilayah Cimanggis bergerak pada bidang perdagangan dan telah menjalankan usaha tersebut cukup lama. Perdagangan yang mereka jalankan sebagian besar tidak memiliki lama usaha yang panjang. Hal ini terkait dengan karakteristik entry barrier yang mudah ditembus sehingga ketika pasar sudah jenuh mereka akan beralih pada usaha perdagangan yang lain.

Hal ini didukung dengan hasil analisis deskriptif sebelumnya yang menunjukkan bahwa kedua kategori tingkat pengembalian kredit tersebut tidak dapat dibedakan kategori tingkat pengembaliannya berdasarkan lama usaha. Baik responden debitur lancar maupun responden debitur menunggak sebagian besar telah menjalankan usahanya tidak lebih dari sebelas tahun. Sehingga lama usaha menjadi tidak member pengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit.Kesimpulan ini sejalan dengan kesimpulan pada hasil- hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa lamanya usaha tidak berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit seperti pada penelitian Hermawan (2007) serta Handoyo (2009).

6.2.3. Karakteristik Kredit

Karakteristik kredit yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada BRI Unit Cimanggis terdiri dari faktor besarnya pinjaman serta lamanya jangka waktu pengembalian pinjaman yang disepakati. Adapun output hasil olahan dan pengaruh masing-masing faktor dipaparkan sebagai berikut:

1) Besarnya Jumlah Pinjaman

Besarnya jumlah pinjaman merupakan sejumlah nominal pinjaman yang diberikan oleh bank. Besarnya nilai pinjaman ini tergantung pada permintaan debitur yang disesuaikan dengan pendapatannya. Semakin besar nilai pinjaman ini secara langsung akan meningkatkan beban angsuran yang harus dibayar, sehingga besarnya jumlah pinjaman diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit.

Besarnya jumlah pinjaman yang diduga berpengaruh terhadap tingkat kelancaran ternyata menunjukkan hasil yang serupa. Hasil analisis menemukan bahwa variabel ini memiliki pengaruh nyata dalam tingkat kelancaran pengembalian kredit. Pada responden dengan tingkat kelancaran pengembalian lancar yang sebagian besar mengakses pinjaman sebesar Rp 5.000.000. Berbeda pada responden yang menunggak, sebaran pinjaman selain pada jumlah Rp 5.000.000 juga pada pinjaman sejumlah Rp 3.000.000. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa besarnya jumlah kredit yang diterima memberi pengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit. Hal ini dikarenakan besarnya jumlah kredit yang diperoleh debitur telah melalui analisa mendalam yang dilakukan oleh petugas kredit yang mengestimasi seberapa besar jumlah dana yang dibutuhkan dan mampu dikembalikan oleh debitur. Sehingga jumlah kredit yang besar hanya dapat diperoleh oleh usaha yang dianggap telah memiliki kapabilitas dan profitabilitas yang memungkinkan.

Nilai koefisien variabel ini positif (0,713) menunjukkan bahwa besarnya jumlah pinjaman memiliki pengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Semakin besar jumlah pinjaman yang diperoleh debitur maka peluangnya untuk dapat mengambalikan secara lancarakan semakin besar. Nilai odds ratio sebesar 2,04 mengartikan bahwa peningkatan jumlah pinjaman sebesar satu satuan (Rp 1 juta) akan meningkatkan peluang lancarnya pengembalian menjadi 2,04 jika tidak terjadi peningkatan jumlah pinjaman.

2) Masa Pengembalian Penentuan jangka waktu pengembalian kredit ditentukan berdasarkan kesepakan antara pihak bank dengan debitur. Kesepakatan tersebut 2) Masa Pengembalian Penentuan jangka waktu pengembalian kredit ditentukan berdasarkan kesepakan antara pihak bank dengan debitur. Kesepakatan tersebut

Jangka waktu pengembalian yang diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit oleh debitur, Namun berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa jangka waktu tidak memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran pengembalian kredit. Sebagian besar responden lebih memilih jangka waktu pengembalian yang paling sebentar untuk menghindari besarnya jumlah beban bunga yang harus ditanggung meskipun dengan konsekuensi adanya beban angsuran bulanan yang akan lebih tinggi.

Selain itu, hasil tersebut juga didukung oleh hasil analisis deskriptif sebelumnya bahwa sebagian besar debitur baik yang lancar maupun menunggak adalah mengakses kredit dengan jangka waktu pengembalian yang sama, yakni 12 bulan. Hal ini mencerminkan bahwa kelancaran pengembalian kredit tidak dipengaruhi oleh lamanya jangka waktu pengembalian kredit yang telah disepakati.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Efisiensi pemasaran kayu jenis sengon (paraserianthes falcataria) (studi kasus Hutan Rakyat Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor)

17 93 118

Strategi Meningkatkan Nasabah Pada Bmt Usaha Mulya Pondok Indah

10 95 68

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Pengaruh Kemampuan Manajerial Dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Di Unit Agro Bisnis Pada Yayasan Al-Anshor Bandung (survey pada petani unit Agro Bisnis Yayasan Al-Anshor Bandung)

5 61 1