Bentuk-Bentuk Perjanjian Para Pihak terkait Transboudary Water Resources

B. Bentuk-Bentuk Perjanjian Para Pihak terkait Transboudary Water Resources

Perihal Transboundary Water Resources yang mengacu pada UNECE Watercourses Convention, dikenal dua bentuk perjanjian yang juga umum dalam hukum internasional, viz. perjanjian dalam bentuk bilateral dan perjanjian dalam

bentuk multilateral. 116 Terkait bentuk perjanjian internasional terhadap sumber daya alam (dalam konteks penelitian ini adalah transboundary water resources)

juga disebutkan perjanjian dalam bentuk bilateral dan multilateral dalam prinsip

24 Deklarasi Stockholm: “International matters concerning the protection and improvement of the environment should be handled in a cooperative spirit by all countries, big and small, on an equal footing. Cooperation through multilateral or bilateral arrangements or other appropriate means..”

1. Bilateral Perjanjian bilateral adalah kesepakatan yang ditandatangani secara resmi,

dan dipatuhi antara dua negara atau penguasa; Sebuah kesepakatan internasional menyimpulkan antara dua atau lebih negara bagian dalam bentuk tertulis dan

114 Sabine Brels, op. cit., hal. 35 115 Ibid. 116 Convention on the Protection and Use of Transboundary Watercourses and

International Lakes, op.cit., poin menimbang hal. 1 & pasal 2 ayat (6) International Lakes, op.cit., poin menimbang hal. 1 & pasal 2 ayat (6)

bilateral ini adalah Treaty of 16 September 1977 concerning the Construction and Operation of the Gabcikovo-Nagymaros System of Locks antara Hungaria dan Slowakia yang menjadi instrumen utama dalam putusan kasus yang akan dianalisis dalam penelitian ini. Kemudian contoh lainnya adalah Treaty On Sharing Of The Ganga / Ganges Waters At Farakka 1996 antara Republik Bangladesh dengan Pemerintahan Republik India. Dikarenakan hanya ada dua pihak dalam perjanjian bilateral, perjanjian bilateral lebih seperti kontrak, semua syarat-syarat harus disepakati bersama terlebih dahulu sebelum itu mengikat para

pihak. 118

2. Multilateral Selanjutnya, perjanjian yang melibatkan lebih dari dua pihak atau negara adalah Perjanjian Multilateral, yang memiliki deifinisi sebagai kesepakatan yang ditandatangani secara resmi, diratifikasi atau dipatuhi lebih dari dua pihak atau penguasa yang terlibat; Sebuah kesepakatan internasional menyimpulkan antara beberapa negara dalam bentuk tertulis dan diatur oleh undang-undang internasional yang mempengaruhi atau menimbulkan kewajiban kepada sleuruh

pihak. 119 Contoh perjanjian multilateral ini adalah The 1997 United Nations Convention on The Law of The Non-Navigational Uses of International

Watercourses, Convention on the Protection of the Marine Environment of the

Black’s Law Dictionary, op. cit., hal. 1640 & 184 118 Anthony Aust, Modern Treaty Law and Practice, 3 rd Edition, (New York: Cambridge University Press, 2013), hal. 119 119 Black’s Law Dictionary, op. cit., hal. 1640 & 1112

Baltic Sea Area, Helsinski, 1992 dan The Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter, 13 November, 1972. Perihal pencapaian kesepakatan dalam bentuk tertulis memerlukan kompromi untuk

mengakomodasikan semua tujuan dan kepentingan semua pihak. 120 Sebagian besar perjanjian multilateral diadopsi dari permufakatan bersama. Beberapa, atau

bahkan banyak negara-negara yang bernegosiasi akan merasa tidak puas dengan setidaknya beberapa aspek dari kesepakatan tertulis yang dihasilkan. 121 Suatu

pihak karena berbagai alasan mungkin enggan untuk tetap mencapai suatu permufakatan bersama dan bahkan mungkin enggan untuk menandatanganinya

dikarenakan adanya beberapa hasil yang kurang dapat diterima. 122 Jika hal ini benar-benar tidak memuaskan, tetap akan ada pilihan untuk tidak menjadi pihak

yang terikat dalam perjanjian tersebut. Namun jika hal ini juga sulit karena alasan politik, maka pihak tersebut akan menyesuaikan beberapa aturan dalam aplikasinya (reservasi) agar tetap menjadi bagian dari pihak-pihak yang terikat

dari perjanjian tersebut. 123 Sebuah perjanjian dianggap berakhir jika semua pihak membuat sebuah

perjanjian terkait materi pokok yang sama dan: 124 (a) hal itu muncul dari perjanjian baru atau sebaliknya ditetapkan bahwa

pihak-pihak yang dimaksudkan bahwa masalahnya harus diatur oleh perjanjian; atau

120 Anthony Aust, op.cit., hal. 120 121 Ibid. 122 Ibid. 123 Ibid; Vienna Convention on The Law of Treaties, op. cit., pasal 2 huruf (d) 124 Vienna Convention on The Law of Treaties, op. cit., pasal 59 ayat (1)

(b) ketentuan-ketentuan dari perjanjian baru tersebut sejauh itu tidak sesuai dengan peraturan-peraturan sebelumnya bahwa kedua perjanjian tersebut

tidak dapat diterapkan pada saat bersamaan.