Perjanjian-Perjanjian Internasional terkait Transboundary Water Resources

A. Perjanjian-Perjanjian Internasional terkait Transboundary Water Resources

1. Ruang Lingkup Perjanjian Internasional Perjanjian internasional merupakan sumber hukum internasional yang paling utama 88 untuk menampung kehendak dan persetujuan negara atau subjek

hukum internasional lainnya untuk mencapai tujuan bersama. 89 Perjanjian internasional dalam masyarakat internasional dewasa ini memainkan peranan

yang sangat penting dalam mengatur kehidupan dan pergaulan antar negara. 90 Melalui perjanjian internasional, tiap negara menggariskan dasar kerja sama

mereka, mengatur berbagai kegiatan, menyelesaikan berbagai masalah demi kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri. 91 Istilah perjanjian internasional

merupakan terminologi yang sangat umum dalam masyarakat internasional. Menurut Denys P. Myers, ada 38 macam istilah yang digunakan untuk perjanjian-

92 perjanjian internasional 93 viz.:

Statuta Mahkamah Internasional, loc. cit.,, pasal 38 ayat (1) huruf (a) 89 Boer Mauna, op cit., hal. 82

90 Ibid. 91 Ibid. 92 Ibid., hal. 83

93 Denys P. Myers, The Name and Scope of Treaties, (1957), American Society of International Law, Vol. 51, No. 3, hal. 576

7) Exchange of Notes

8) Memoranda of agt.

9) Protocol

10) Act, final, general

11) Declaration

12) Notes Verbales

13) Arrangement

14) Accord

15) Additional Articles

16) Aide-mémoire

17) Code

18) Communiqué

19) Compact

20) Contract

21) Instrument

22) Lease

23) Mandates

24) Measures

25) Minutes, agreed

26) Modification

27) Modus Vivendi

28) Optional Clause

29) Plan

30) Procès-verbal

38) Undertakings Secara umum, perjanjian internasional adalah: “An agreement formally signed, ratified, or adhered to between two

nations or sovereigns; an international agreement concluded between two or more states in written form and governed by interntional law” 94

Secara internasional, pengaturan tentang perjanjian internasional dituangkan dalam The 1969 Vienna Convention on The Law of Treaties (VCLT)

Black’s Law Dictionary, op. cit., hal. 1640 Black’s Law Dictionary, op. cit., hal. 1640

“an international agreement concluded between States in written form and governed by international law, a single instrument or in two or more related

whatever its particular designation”. 95 Hukum positif Indonesia, yakni Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000

tentang perjanjian internasional mendefinisikan terminologi perjanjian internasional sebagai suatu perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan

hak dan kewajiban di bidang hukum publik. 96 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Interasional yang berlaku di Indonesia merupakan sebuah

perwujudan ratifikasi terhadap VCLT.

2. Latar Belakang Lahirnya Perjanjian Internasional mengenai Transboudary Water Resources

Kerja sama regional sangat disarankan demi mengkoordinir pengelolaan yang lebih luas terhadap transboudary water resources 97 dan mencapai tujuan-

tujuan yang terkandung di dalam Agenda 21 98 sebagai acuan dari tindakan komperhensif yang harus dilakukan secara global, nasional ataupun lokal oleh

Vienna Convention on The Law of Treaties (1969), pasal 1 huruf (a) 96 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, pasal 1 huruf

(a) 97 Anders Jägerskog, Transboundary Water Management: Why It is Important and Why It Needs to be Developed, Stockholm International Water Institute and United Nations Development Programme Shared Waters Partnership, hal. 52

98 United Nations General Assembly Resolution, International Year of Water Cooperation 2013, UN Doc.A/RES/65/154 (11 Februari 2011), para. 4; Agenda 21, United Nations Conference on Environment & Development, Rio de Janerio (3-14 Juni 1992), Section I & II 98 United Nations General Assembly Resolution, International Year of Water Cooperation 2013, UN Doc.A/RES/65/154 (11 Februari 2011), para. 4; Agenda 21, United Nations Conference on Environment & Development, Rio de Janerio (3-14 Juni 1992), Section I & II

yang terkait untuk memungkinkan pengelolaan sumber daya air lintas batas lintas batas memiliki peran penting. 100 Dengan menggunakan kerangka peraturan-

peraturan yang telah disebutkan pada bab 2, peningkatkan kerjasama dan koordinasi internasional mengenai sumber air lintas batas dapat memberikan

manfaat bagi negara-negara yang bersangkutan. 101 Terutama sungai, karena sifatnya yang lebih linier (hulu-hilir), negara-

negara mungkin memiliki kepentingan yang berbeda namun tidak independen. 102 Misalnya, negara-negara perlu bekerja sama dalam mengelola dampak

penggunaan air, seperti pengambilan air dan pembangunan bendungan, pada perikanan, termasuk untuk spesies yang bermigrasi antar negara dan untuk mempertahankan ketergantungan pangan antar negara; kerja sama sangat diperlukan untuk mempertahankan kualitas air (kualitas air yang buruk merupakan pendorong rusaknya ekosistem); dan pertanian perlu menjadi lebih berkelanjutan dengan, misalnya, mempertahankan kemampuan lahan basah untuk

mendaur ulang masukan nutrisi yang berlebihan (terutama nitrogen). 103 Secara yuridis, anjuran untuk mengadakan perjanjian atas sumber daya air

yang berbatasan dengan negara-negara setidaknya dapat dilihat dari empat sumber hukum internasional, viz. Deklarasi Stockholm 1972, UNCLOS 1982, UN

UN Sustainable Development Knowledge Platform, Agenda 21, United Nations Conference on Environement and Development (1992), dapat diakses pada: https://sustainabledevelopment.un.org/outcomedocuments/agenda21 [diakses tanggal 1 Juni 2017]

100 Sabine Brels, loc. cit. 101 Sabine Brels, op. cit., hal. 6 102 Ibid. 103 Ibid.

Watercourses Convention 1997, dan UNECE Watercourses Convention 1992 yang selanjutnya akan diuraikan sebagaimana berikut.

a. Deklarasi Stockholm 1972 Tentang keharusan kerja sama dalam perlindungan sumber daya alam agar

tidak menimbulkan dampak yang merugikan, Deklarasi Stockholm 1972 turut megatur tentang anjuran kerja sama para pihak. Hal ini tertuang dalam prinsip 24:

“International matters concerning the protection and improvement of the environment should be handled in a cooperative spirit by all countries, big and small, on an equal footing. Cooperation through multilateral or bilateral arrangements or other appropriate means is essential to effectively control, prevent, reduce and eliminate adverse environmental effects resulting from activities conducted in all spheres, in such a way that due account is taken of the sovereignty and interests of all States.”

Prinsip ini mengatakan bahwa perlunya ada kerja sama bilateral maupun multilateral antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan sumber daya alam (dalam konteks penelitian ini adalah transboudary water resources). Hal ini sangat dianjurkan untuk mengendalikan, mencegah, mengurangi dan menghilangkan dampak lingkungan akibat aktivitas yang dilakukan di semua bidang. Mengingat semakin kompleksnya aktivitas manusia yang berpotensi menimbulkan dampak pada lingkungan. Kerja sama yang dituangkan dalam perjanjian tersebut juga mengatur tentang tindakan yang harus dilakukan oleh para pihak dalam mengatasi hal tersebut.

b. UNCLOS 1982

Kemudian, anjuran untuk mengadakan perjanjian atas sumber daya air yang berbatasan dengan negara-negara terkandung di dalam UNCLOS, disebutkan bahwa negara-negara yang berbatasan dengan laut tertutup atau setengah tertutup hendaknya bekerja sama satu sama lainnya dalam melaksanakan

hak dan kewajibannya berdasarkan UNCLOS, 104 di mana tujuan dari kerja sama tersebut inter alia: 105

(a) untuk mengoordinasikan pengelolaan, konservasi, eksplorasi dan eksploitasi sumber kekayaan hayati laut;

(b) untuk mengoordinasikan pelaksanaan hak dan kewajiban mereka bertalian dengan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan laut;

(c) untuk mengoordinasikan kebijaksanaan riset ilmiah mereka dan untuk jika perlu mengadakan program riset ilmiah bersama di kawasannya

(d) untuk mengundang, menurut keperluan negara lain yang berminat atau organisasi internasional untuk bekerja sama dalam pelaksanaan lebih lanjut ketentua dari pasal ini.

c. UN Watercourses Convention 1997 Lalu, UN Watercourses Convention menegaskan bahwa pentingnya kerja

sama internasional dan kebertetanggaan yang baik terkait dengan sumber daya air internasional 106 demi pemanfaatan, pengembangan, konservasi, pengelolaan dan

104 United Nations Convention on The Law of The Sea (1982), pasal 123 105 Ibid. 106 Convention on The Law of The Non-Navigational Uses of International Watercourses

(1997), poin menimbang, hal. 2 (1997), poin menimbang, hal. 2

d. UNECE Watercourses Convention 1992 Sesuai dengan penelitian ini yang memfokuskan pada sumber daya air

yang terletak di perbatasan negara-negara, mengenai perjanjiannya diatur dalam UNECE Watercourses Convenvention. Poin menimbang konvensi ditekankan bahwa kerja sama antara negara-negara anggota mengenai perlindungan dan penggunaan perairan lintas batas harus dilaksanakan terutama melalui penjabaran kesepakatan antara negara-negara yang berbatasan dengan perairan yang sama,

terlebih bila tidak ada kesepakatan semacam itu sebelumnya. 108 Konvensi ini mengatur tentang perjanjian antara pihak terkait transboudary water resources

pada bagian pembukaan 109 dan beberapa pasal, yaitu pasal 2 ayat (6) dan pasal 9. pasal 2 ayat (6) menegaskan bahwa:

“The Riparian Parties shall cooperate on the basis of equality and reciprocity, in particular through bilateral and multilateral agreements, in order to develop harmonized policies, programmes and strategies covering the relevant catchment areas, or parts thereof, aimed at the prevention, control and reduction of transboundary impact and aimed at the protection of the environment of transboundary waters or the environment influenced by such waters, including the marine environment.”

107 Ibid. 108 Convention on the Protection and Use of Transboundary Watercourses and

International Lakes (1992), pembukaan, poin menimbang, hal. 2 109 Ibid.

Langkah kerja sama tersebut diambil sedemikian rupa untuk melancarkan pemanfaatan transboundary water resources, dikarenakan dalam hal pemanfaatan tersebut, contohnya sebuah proyek yang dibangun sebagai alat yang dipakai untuk

memanfaatkan transboudary water resources 110 menuntut adanya pengembangan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan, program dan strategi yang harmonis demi

pencegahan, pengendalian dan pengurangan dampak yang terjadi pada kawasan nasional satu pihak ataupun kawasan pihak lainnya untuk melindungi lingkungan transboundary water resources. Kerja sama dalam bentuk bilateral maupun multilateral tersebut harus berdasarkan pada prinsip kesetaraan dan timbal balik, di mana para pihak memiliki hak dan kewajiban yang sama yang diatur dalam perjanjian kerja sama tersebut serta memiliki hubungan timbal balik satu sama lainnya.

Kemudian pasal 9 ayat (1) menegaskan bahwa: “The Riparian Parties shall on the basis of equality and reciprocity enter into bilateral or multilateral agreements or other arrangements, where these do not yet exist, or adapt existing ones, where necessary to eliminate the contradictions with the basic principles of this Convention, in order to define their mutual relations and conduct regarding the prevention, control and reduction of transboundary impact. The Riparian Parties shall specify the catchment area, or part(s) thereof, subject to cooperation. These agreements or arrangements shall

Misalnya dalam Gabcikovo-Nagymaros Project, Hungaria dan Slovakia melakukan perencanaan bersama dalam bentuk kerja sama internasional antara mereka untuk meringankan permasalahan yang disebutkan dalam paragraf 17. Seperti perlindungan banjir yang telah dibangun selama berabad-abad, pertanian dan kehutanan serta peningkatan populasi dan aktivitas industrial di kawasan sungai Danube tersebut yang memberikan dampak tidak baik bagi lingkungan dan perairan

Berdasarkan ketentuan di atas ditegaskan bahwa perjanjian yang dibuat berdasarkan asas kesetaraan dan timbal balik tersebut dituangkan dalam bentuk perjanjian bilateral maupun multilateral yang belum pernah ada, jika sudah ada harus disesuaikan dengan peraturan sebelumnya yang sudah ada. Dilihat dari sudut pandang esensinya, jika perlu perjanjian yang dibuat tersebut dapat menyelesaikan pertentangan ataupun permasalahan-permasalahan di antara para pihak yang mengacu pada prinsip-prinsip yang terkandung dalam konvensi ini. Hal tersebut sangatlah krusial untuk pencapaian hubungan timbal balik yang baik di antara pihak-pihak serta demi berkurangnya dampak lintas batas yang terjadi. Perjanjian bilateral ataupun multilateral yang dibuat oleh para pihak tersebut pun harus mencakup hal-hal yang relevan dengan konvensi ini dan transboundary water resources terkait. Tentunya pula para pihak harus menentukan wilayah- wilayah perairan mereka masing-masing yang menjadi hak mereka.

Selajutnya pasal 9 ayat (2) menyebutkan bahwa: “The agreements or arrangements mentioned in paragraph 1 of this article shall provide for the establishment of joint bodies. The tasks of these joint bodies shall

be, inter alia, and without prejudice to relevant existing agreements or arrangements, the following: (a) To collect, compile and evaluate data in order to identify pollution sources likely to cause transboundary impact;

(b) To elaborate joint monitoring programmes concerning water quality and quantity; (c) To draw up inventories and exchange information on the pollution sources mentioned in paragraph 2 (a) of this article; (d) To elaborate emission limits for waste water and evaluate the effectiveness of control programmes; (e) To elaborate joint water-quality objectives and criteria having regard to the provisions of article 3, paragraph 3 of this Convention, and to propose relevant measures for maintaining and, where necessary, improving the existing water quality; (f) To develop concerted action programmes for the reduction of pollution loads from both point sources (e.g. municipal and industrial sources) and diffuse sources (particularly from agriculture);

(g) To establish warning and alarm procedures; (h) To serve as a forum for the exchange of information on existing and planned uses of water and related installations that are likely to cause transboundary impact; (i) To promote cooperation and exchange of information on the best available technology in accordance with the provisions of article 13 of this Convention, as well as to encourage cooperation in scientific research programmes; (j) To participate in the implementation of environmental impact assessments relating to transboundary waters, in accordance with appropriate international regulations.”

Pasal ini menegaskan bahwa setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak terkait transboundary water resources harus mencantumkan perihal pembentukan organ-organ bersama yang bertujuan untuk mendukung kelancaran dan kebaikan kerja sama para pihak. Adapun tujuan-tujuan organ bersama para pihak yang disebutkan dalam konvensi adalah:

a) Mengumpulkan, menyusun dan mengevaluasi data untuk mengidentifikasi sumber pencemaran yang cenderung menyebabkan dampak lintas batas;

b) Menguraikan program pemantauan bersama mengenai kualitas dan kuantitas air;

c) Untuk menyusun persediaan dan pertukaran informasi mengenai sumber pencemaran yang cenderung menyebabkan dampak lintas batas;

d) Menguraikan batasan emisi air limbah dan mengevaluasi keefektifan program pengendalian;

e) Menguraikan tujuan dan kriteria kualitas air bersama dengan memperhatikan ketentuan pasal 3, paragraf 3 konvensi ini, dan

mengusulkan langkah-langkah yang relevan untuk pemeliharaan dan, jika perlu, memperbaiki kualitas air yang ada;

f) Mengembangkan program aksi terpadu untuk pengurangan beban pencemaran dari kedua sumber titik (misalnya sumber kota dan industri)

dan sumber yang menyebar (terutama dari pertanian);

g) Menetapkan prosedur peringatan dan alarm; g) Menetapkan prosedur peringatan dan alarm;

dampak lintas batas;

i) Meningkatkan kerjasama dan pertukaran informasi mengenai teknologi terbaik yang tersedia, serta untuk mendorong kerja sama dalam program

penelitian ilmiah; j) Untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penilaian dampak lingkungan yang berkaitan dengan perairan lintas batas, sesuai dengan peraturan

internasional yang berlaku

3. Urgensi Lahirnya Perjanjian Internasional terkait Transboundary Water Resources Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesepakatan para pihak yang

dituangkan dalam bentuk perjanjian sangatlah krusial. Mengingat bahwa perjanjian internasional terkait water resources memperkuat kerja sama

internasional. 111 Perjanjian internasional tersebut mendukung, penerapan penelitian untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang keadaan,

kecenderungan, klasifikasi organisme dan penggunaan keanekaragaman hayati di ekosistem lembah sungai lintas batas. 112 Secara yuridis, perjanjian internasional

mengenai water resources pun mendorong harmonisasi antara perjanjian yang sudah ada dengan sumber-sumber hukum internasional lainnya yang emngatur

mengenai wate rersoucses ataupun transboundary water resources. 113 Terlebih, Bila sumber daya air terbagi antara negara-negara, pengelolaannya menjadi

111 Sabine Brels, op. cit., hal. 9 112 Sabine Brels, op. cit., hal. 18 113 Ibid.

tantangan besar bagi keberlanjutan lingkungannya. 114 maka untuk mengatasi tantangan ini memerlukan peningkatan kerja sama internasional antara semua

negara dalam sistem air, sesuai dengan pendekatan ekosistem. 115