Perkembangan Program Nuklir Korea Utara
2. Perkembangan Program Nuklir Korea Utara
a) Bentuk Nuklir
Korea Utara diyakini memiliki lebih dari 800 rudal balistik, termasuk peluru kendali jarak jauh yang dapat menembak sasaran di Amerika Serikat. Korea Utara mempunyai beberapa jenis peluru kendali jarak pendek. Senjata yang paling akurat tembakannya adalah KN-02, dengan jangkauan 100 kilometer. Rudal jenis ini dalam tahap uji coba dan dipersiapkan untuk menghancurkan instalasi militer Korea Selatan. Pyongyang juga memiliki rudal Scud B dengan jarak tembak 300 kilometer, Scud C (500 kilometer), dan Scud D (700 kilometer). Ketiga jenis peluru kendali tersebut di tempatkan di berbagai posisi. Mereka disiapkan untuk menyerang sasaran di Korea Selatan (Seung, H. J. and Taehwan, K., 2007).
Selain itu, Korea Utara mempunyai Nodong yang dapat membawa nuklir dengan jarak tembak 1.000 kilometer. Peluru kendali ini sudah diujicoba pada Mei 1993, namun tidak akurat. Menurut Pusat Studi nonproliferasi Amerika Serikat, tembakan Nodong dapat melesat 2-4 kilometer dari sasaran sehingga bisa menjangkau hampir semua wilayah Jepang. Untuk rudal jarak jauh yaitu (1) Taepodong-1, memiliki jarak tembak 2.200 kilometer dan lebih akurat daripada Nodong. Peluru kendali jenis ini sudah diujicoba pada Agustus 1998 di atas wilayah utara Jepang dan dapat menjangkau pangkalan militer Amerika Serikat di Okinawa. Namun, proses peluncurannya membutuhkan persiapan lama sehingga cepat diketahui musuh. (2) Taepodong X, rudal darat ini masih dalam pengembangan dan belum diujicoba. Taepodong X diyakini mempunyai jarak tembak 4.000 kilometer sehingga mampu menjangkau pangkalan Selain itu, Korea Utara mempunyai Nodong yang dapat membawa nuklir dengan jarak tembak 1.000 kilometer. Peluru kendali ini sudah diujicoba pada Mei 1993, namun tidak akurat. Menurut Pusat Studi nonproliferasi Amerika Serikat, tembakan Nodong dapat melesat 2-4 kilometer dari sasaran sehingga bisa menjangkau hampir semua wilayah Jepang. Untuk rudal jarak jauh yaitu (1) Taepodong-1, memiliki jarak tembak 2.200 kilometer dan lebih akurat daripada Nodong. Peluru kendali jenis ini sudah diujicoba pada Agustus 1998 di atas wilayah utara Jepang dan dapat menjangkau pangkalan militer Amerika Serikat di Okinawa. Namun, proses peluncurannya membutuhkan persiapan lama sehingga cepat diketahui musuh. (2) Taepodong X, rudal darat ini masih dalam pengembangan dan belum diujicoba. Taepodong X diyakini mempunyai jarak tembak 4.000 kilometer sehingga mampu menjangkau pangkalan
b) Ujicoba Nuklir
Menurut Sarwiyantari, dkk (2008), walaupun mengetahui akibat bom nuklir yang di jatuhkan di Hirosima dan Nagasaki, Korea Utara tetap melanjutkan percobaannya. Ujicoba yang pertama dilakukan kurang berhasil pada 9 Oktober 2006, yang dilaksanakan di sebuah terowongan gunung di pantai timur wilayahnya. Ledakan ini menimbulkan gempa berkekuatan 4,2 Mb (body wave magnitude). Ujicoba ini langsung diprotes banyak negara, terutama negara terdekatnya Korea Selatan dan Jepang. Namun, Korea Utara tidak memperhatikan semua bentuk protes tersebut.
Ujicoba nuklir Korea Utara ini merupakan bentuk diplomasi internasional untuk menyuarakan kepentingan nasional Korea Utara agar didengar oleh komunitas internasional. Selama ini Korea Utara menghadapi sanksi dari Amerika Serikat, terasing dari dinamika politik internasional, dan mengalami kesulitan untk berintegrasi dengan komunitas internasional. Korea Utara melaksanakan ujicoba nuklir sebagai pelaksanaan atas kebijakan Juche yang berarti pertahana diri. Kebijakan ini dibangun oleh Presiden Kim Jong Il bahwa Korea Utara harus mempertahankan dirinya dari pengaruh asing dan tetap melaksanakan apa yang menjadi kebijakan negara termasuk pengembangan nuklir. Kebijakan Juche ini merupakan perwujudan kemampuan Korea Utara untuk berdiri sendiri secara indenpenden dan menolak ketergantungan dari negara lain. Juche merupakan justifikasi Korea Utara untuk mencapai tujuan nasional dan melaksanakan politik luar negerinya (Kompas, 12 Oktober 2006).
nuklir ditanam sedalam 300m di bawah permukaan tanah. Ledakan dahsyat kembali menggetar dan hasilnya gempa berkekuatan 4.7 Mb (body wave magnitude) menjalar di permukaan tanah. Untuk ujicoba ini, PBB telah memberikan larangan bagi Korea Utara untuk tidak memproduksi dan tidak menyebarkan nuklir ke seluruh negara. Pada bulan Juli tahun 2009, Korea Utara juga telah melakukan ujicoba tujuh buah misilnya, termasuk satu kali kegagalan terhadap misil jarak jauh. Ujicoba yang dilakukan oleh Korea Utara dianggap telah menciptakan ancaman serius bagi Amerika Serikat. Terdapat beberapa kemungkinan pengembangan nuklir Korea Utara. Pertama, Pyongyang berusaha berkomunikasi dengan Korea Selatan yang selama ini merasakan sikap permusuhan dari Korea Utara. Kedua, Korea Utara menginginkan perhatian Washington. Ketiga, pemerintahan Korea Utara bermaksud untuk memperkuat legitimasi politik pengganti Kim Jong Il, Kim Jong Un. Keempat, Pyongyang bermaksud mengembangkan senjata nuklir untuk melawan Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat (Sarwiyantari, dkk 2008).
Berikut adalah tabel pengelolaan plutonium dan parameter ujicoba nuklir yang dilakukan Korea Utara:
Tabel 4.1. Pengelolaan Plutonium Korea Utara
Produksi Plutonium Pengelolaan Plutonium Tahun
Jumlah (kg)
Tahun Jumlah (kg) Sebelum 1990
13-17 July 2007
10-13
8-12 Total
(Sumber: Asian Perspective, Vol. 33, No. 4, 2009, hlm. 153) (Sumber: Asian Perspective, Vol. 33, No. 4, 2009, hlm. 153)
Tabel 4.2. Parameter Ujicoba Nuklir Korea Utara
Tanggal Uji Coba Nuklir
Perkiraan Hasil
9 Oktober 2006
0,5-0,8 kiloton
25 Mei 2009
2,0-4,0 kiloton
(Sumber: Asian Perspective, Vol. 33, No. 4, 2009, hlm. 155)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dinyatakan bahwa ujicoba nuklir Korea Utara yang kedua lebih sukses daripada sebelumnya. Nuklir Korea Utara yang menelan keuangan negara, muncul sebagai manifestasi dua doktrin yang menuntun tindakan para perwira militer. Dua doktrin tersebut adalah (1)
yang berarti pemikiran mengenai pentingnya membangun negara yang kuat dan sejahtera dan (2) yang berarti keutamaan militer untuk pertahanan negara.
Dampak pengembangan nuklir menurut Wicahyani. A. F. (2010), bahwa Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan Asia Timur telah memberikan sanksi di bidang ekonomi dalam waktu yang cukup lama dan akibatnya telah menimbulkan permasalahan utama di bidang ekonomi yang diderita oleh Korea Utara. Menurut analisis seorang pengamat dari Seoul, Beijing dan Washington menyakini bahwa kemarahan Pyongyang terhadap sanksi yang telah dijatuhkan kepada pemerintahannya merupakan salah satu alasan yang melatarbelakangi pelaksanaan ujicoba nuklir, di mana sikap tersebut dapat memberikan satu bentuk perlawanan baru terhadap negara- negara maju. Dewan PBB juga telah memberikan komando agar negara- negara lain yang mempunyai senjata nuklir, tidak mengembangkan dan tidak menyebarkan senjata tersebut kepada negara yang tidak menyukai Amerika Serikat.
Oleh karena itu, Cina dan beberapa negara lainnya merasa enggan untuk memberikan dukungan penuh terhadap sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh PBB terhadap keberhasilan ujicoba nuklir Korea Utara,
Amerika Serikat yang bersedia membuat sanksi tersebut dapat menjadi salah satu upaya untuk menghancurkan pemerintahan Korea Utara. Jika PBB tetap memberikan sanksi maka, Cina dan negara lainnya tidak mengharapkan Pyongyang mengambil langkah keras dengan tindakan balasan yang justu dapat memperburuk hubungan dengan negara-negara disekitarnya (Solomon, Jay., Evan Ramstad. E., 2007).