Dampak Negatif

2) Dampak Negatif

Menurut artikel kedokteran (2011), bahwa nuklir juga dapat memberikan efek negatif terhadap perkembangan kesehatan manusia. Secara alami, tubuh manusia memiliki mekanisme untuk melindungi diri dari kerusakan sel akibat radiasi maupun pejanan zat kimia berbahaya lainnya.

perlindungan ini. Menurut Manny Alvarez, ada 3 faktor yang mempengaruhi dampak radiasi nuklir, yakni total radiasi yang dipejankan, seberapa dekat dengan sumber radiasi dan seberapa lama korban terpejan oleh radiasi. Faktor-faktor tersebut sangat berperan penting terhadap dampak yang akan diterima oleh orang-orang yang terpejan reaktor nuklir. Radiasi yang terlalu tinggi dapat menimbulkan gejala akut yang dapat dirasakan oleh pasien. Namun, walaupun tidak terdapat gejala bukan berarti tidak menimbulkan bahaya karena radiasi dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang lebih berbahaya. Gejala akut yang dapat ditimbulkan oleh radiasi yang tinggi adalah sebagai berikut:

1) Mual muntah

2) Diare

3) Sakit kepala

4) Demam

5) Pusing, mata berkunang-kunang

6) Disorientasi atau bingung menentukan arah

7) Lemah, letih dan tampak lesu

8) Kerontokan rambut dan kebotakan

9) Muntah darah atau berak darah

10) Tekanan darah rendah

11) Luka susah sembuh. Dampak reaktor nuklir jangka panjang biasanya diakibatkan oleh tingkat radiasi yang rendah namun tekanan ledakan yang meningkat. Adapun dampak jangka panjang dari radiasi nuklir adalah:

1) Kanker

2) Penuaan dini

3) Gangguan sistem saraf dan reproduksi

4) Mutasi genetic

Menurut Nasution (1989), hadirnya nuklir dalam sistem pertahanan dan keamanan suatu negara, menimbulkan gejala baru dalam sistem internasional yang mengurangi kemungkinan perang antarnegara. Hal ini membawa pihak-pihak yang terlibat dalam suatu konflik terbuka untuk mencari jalan lain dalam menyelesaikan kepentingan mereka melalui meja perundingan, diplomasi, propaganda, persuasi atau mungkin juga subversi. Peranan senjata nuklir tidaklah hanya mempertimbangkan dari segi militer belaka, akan tetapi juga konteks politik bangsa-bangsa yang bersangkutan. Pertimbangan politik berarti, bahwa persenjataan itu bukan hanya ditujukan untuk menghancurkan kekuatan lawan, akan tetapi juga dipergunakan sebagai alat untuk menunjang

dalam usaha mencapai kepentingan nasional. Dilihat dari segi fungsi, perundingan yang diadakan dan persetujuan yang dicapai menunjukan bahwa senjata nuklir bukanlah semata-mata instrument militer. Dengan kata lain, apapun yang dihasilkan oleh perundingan itu, apabila hal ini tidak dapat mempertinggi jaminan keamanan bagi kedua belah pihak, maka persetujuan itu tidak efektif sebagai instrument politik. Persetujuan-persetujuan yang dilakukan dewasa ini di antaranya adalah persetujuan pembatasan persenjataan ofensif strategis yang akan menentukan banyaknya sistem persenjataan yang boleh dimiliki oleh negara-negara pemilik senjata nuklir. Persetujuan ini dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet melalui SALT (Strategi Arms Limitation Talks ) yang untuk pertama kalinya disetujui oleh kedua belah pihak pada 26 Mei 1972, yang ditanda tangani oleh Presiden Amerika Serikat Richard Nixon dan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet Leonid Berzhnev.

SALT I, yang mengatur tentang pembatsan senjata-senjata ofensif strategis kedua Negara ini, telah berakhir masa berlakunya pada bulan Oktober 1977. Dalam

ini, belum ditentukan berapa jumlah maksimal peluncur yang boleh dimilki oleh kedua belah pihak, kecuali dalam protocol untuk

yang yang

Senjata nuklir ternyata telah melampaui permasalahan kemiliteran dan lebih berkembang menjadi permasalahan politik dan ekonomi. Semua ini menumbuhkan masalah-masalah baru dalam sistem internasional. Perkembangan nuklir terus berlanjut dan tak bisa dibayangkan daya rusak yang ditimbulkannya. Terdapat jenis peluru kendali berkepala nuklir yang mampu mencapai sasaran ribuan mil jauhnya dari tempat peluru tersebut diluncurkan, yang dikenal sebagai peluru kendali antarbenua. Hal ini menunjukan bahwa peluru kendali jarak jauh tersebut memiliki daya jangkau yang lebih jauh di samping daya rusak yang makin dahsyat (Nasution, 1989).

Nuklir sebagai sistem persenjataan, sebagai instrument politik dan sebagai penunjang kekuatan ekonomi, memiliki berbagai peristilahan sistem persenjataan yang biasa digunakan oleh negara-negara adikuasa. Pertama, perlu diketahui istilah

Strategi ini berdasarkan pemikiran, bahwa menghancurkan pusat kota tersebut sekaligus juga akan menghancurkan jaringan ekonomi, industri serta basis militer yang pada umumnya berada sekitar daerah perkotaan yang padat penduduknya. Strategi ini sering pula disebut sebagai strategi terbatas. Dengan demikian, kalau terjadi perang nuklir maka penduduk dijadikan sandera. Kedua, ialah istilah

Strategi ini pada dasarnya hanya diarahkan pada Strategi ini pada dasarnya hanya diarahkan pada

gan perang nuklir terbatas dimaksudkan perang yang menggunakan senjata-senjata nuklir taktis (senjata nuklir yang mempunyai daya ledak rendah) untuk menghukum atau mencegah suatu agresi terbatas yang menggunakan kekuatan konvensional, yang bertujuan menambah kredibilitas

Keempat, (ABM System). Sistem pertahanan ini berdasarkan pemikiran, bahwa peluru- peluru kendali musuh akan dilumpuhkan sebelum peluru-peluru kendali tersebut mencapai sasaran yang telah ditunjukan dengan pencegahan di udara. Dengan kecermatan dalam perhitungan waktu dan tanggapan radar atas peluru kendali yang diluncurkan, maka setelah posisi perjalanan peluru kendali itu diketahui maka peluru-peluru kendali itu dapat diledakan selagi masih dalam perjalanan, sebelum ini diharapkan korban yang ditimbulkan akan jauh berkurang. Kesulitan yang dihadapi dalam sistem ini ialah memilih peluru kendali yang mana yang benar-benar berkepala nuklir dan peluru kendali mana yang dikirimkan hanya sebagai tipuan, sehingga mungkin saja peluru kendali yang berkepala nuklir lolos dari pencegatan.

Dari beberapa istilah dalam strategi nuklir di atas dapatlah dimengerti, bagaimana rumitnya sistem persenjataan itu dan keampuhannya yang akan menghancurkan umat manusia, baik yang berada di negara-negara nuklir maupun yang berada di luar yaitu negara yang bertetangga dengan mereka, apabila terjadi perang secara frontal di antara Negara-negara yang memilikinya. Sementara itu, usaha-usaha untuk mencegah timbulnya perang nuklir tetap dijalankan, misalnya dengan

maupun yang dilakukan melalui perundingan dan persetujuan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat, seperti SALT I (Nasution, 1989).

Gambar 2 : Skema Kerangka Berpikir Tentang Kebijakan Kim Jong Il Terhadap

Pengembangan Nuklir Di Korea Utara Tahun 1998-2008. Keterangan :

: hubungan secara langsung

Dari skema di atas dapat diuraikan sebagai berikut: Korea merupakan salah satu negara yang terletak di kawasan Asia Timur

Laut yakni menghubungkan Asia Timur Laut dengan dunia luar. Korea terletak di tengah tiga negara besar, yaitu Jepang, Cina, dan Rusia. Bahkan pada akhir abad ke-19 Amerika mencoba memberikan pengaruhnya ke tanah Korea. Korea terbagi menjadi dua negara yakni Korea Utara dan Korea Selatan. Terbaginya Korea menjadi dua negara ini merupakan simbol warisan persaingan ideologi di masa Perang Dingin. Pada akhir tahun 1970-an, Korea Utara dan Korea Selatan mulai tampil di kalangan masyarakat internasional akibat keberhasilannya dalam pertumbuhan ekonomi dan menghilangkan kemiskinan dalam waktu yang cukup singkat. Selain dari segi ekonomi, Korea menjadi pusat perhatian masyarakat internasional karena pertentangan dan persaingan antara Korea Utara dan Korea Selatan yang semakin tajam, yakni dengan memperkokoh sistem pertahanannya masing-masing.

Pemerintahan Kim Jong Il

Kebijakan Luar

Negeri

Kebijakan Dalam

Negeri

Tanggapan Negara Lain

Pengembangan Nuklir

Kerjasama Internasional

mulai tahun 1994 sampai 2011. Masa kepemimpinannya mempunyai sejarah yang menarik di antaranya adalah membuat suatu kebijakan militer dengan mengembangkan senjata nuklir yang digunakan sebagai alat untuk mengimbangi kekuatan Amerika Serikat yang telah lebih dahulu memberi senjata pada Korea Selatan. Selain itu, Kim membuat kebijakan dalam negeri di bidang ekonomi misalnya menumbuhkan kemandirian masyarakat Korea Utara untuk memproduksi makanan sendiri dari tanah pertanian. Empat tahun setelah Kim dinobatkan menjadi presiden Korea Utara, peluncuran nuklir berhasil dilakukan. Uji coba yang dilakukan Korea Utara mendapatkan kecaman yang cukup serius dari berbagai Negara. Amerika menganggap uji coba tersebut sebagai sebuah ancaman karena dikhawatirkan uji coba nuklir akan dilakukan lagi dengan arah tujuan Amerika Serikat.

Pemerintah Kim mengakui bahwa pengembangan nuklir ini dilakukan untuk keamanan dan pengganti listrik di Korea Utara. Pengakuan dari pemerintah Korea Utara ini membuat Amerika Serikat semakin ingin memberi sanksi dan mengajukan usulan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk tidak mengirimkan bantuan ekonomi. Setelah mengetahui berita tersebut, pemerintah Korea Utara tidak mengindahkan ancaman tersebut dan menganggapnya sebagai tanda persiapan akan adanya perang. Korea Selatan sebagai tetangga dekat telah menjalin kerjasama di bidang ekonomi. Dalam kerjasama tersebut pemerintah Korea Selatan berusaha membujuk dan meyakinkan Korea Utara untuk ikut dalam perundingan dengan negara Amerika Serikat dan China untuk menyelesaikan masalah program nuklir. Tindakan Korea Utara sebelumnya mendapat reaksi dari negara lain seperti Cina, India dan Uni Soviet. Mereka menyesalkan tindakan Kim yang mencoba senjata nuklir tanpa persetujuan negara lain, dimana dampak dari asap nuklir bisa merusak lingkungan dan manusia. Dewan keamanan perserikatan bangsa-bangsa mencoba mencari solusi dari masalah ini. Berbagai perundingan dilakukan demi mencapai tujuan keamanan dan kehidupan damai terutama antara Korea Utara dengan Amerika Serikat. Jika nuklir tidak dikelola dengan baik maka dampaknya akan menghancurkan sirkulasi kehidupan makhluk hidup.