Pengaruh Dolomit (D)

4.2.2. Pengaruh Dolomit (D)

Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan dosis dolomit (D) memberikan pengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah pelepah daun dan bobot kering bibit. Tetapi perlakuan dosis dolomit (D) berpengaruh tidak nyata terhadap peubah diameter bol, luas daun, bobot basah bibit, bobot basah akar dan bobot kering akar.

Adanya pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit karena dolomit yang diberikan mampu memperbaiki sifat kimia tanah terutama KB, KTK dan pH tanah, sehingga unsur hara N, P dan K lebih tersedia dan mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarso (2005), yang menyatakan bahwa indikasi tingkat kesuburan tanah dapat dilihat dari besarnya persentase kejenuhan basa. Makin besar nilai KB suatu tanah maka unsur hara esensiil (P, K, Ca, dan Mg) lebih tersedia dan mudah dimanfaatkan tanaman. Sedangkan nilai KTK tanah mempunyai arti yang sangat penting dalam hubungannya dengan suplai unsur hara, dan juga mempunyai pengaruh terhadap daya sangga tanah. Makin tinggi KTK dan KB makin tinggi kemampuan tanah dalam menyimpan dan melepaskan kation .

Hal ini didukung dengan pernyataan Yudhi, (2010) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh status kesuburan tanah yang didasarkan pada sifat-sifat tanah terutama sifat kimia tanah seperti Kapasitas Tukar Kation (KTK), P-total, K-total, dan kandungan bahan organik .

Hal ini juga didukung dengan oleh Sedjati, (2009) yang menyatakan bahwa pengaruh dolomit terhadap kimia tanah antara lain terhadap kapasitas tukar kation dan anion, pH tanah dan terhadap keharaan tanah. Pengaruh dolomit terhadap pH tanah tergantung kematangan jenis tanah. Bila diberikan pada tanah masam dapat meningkatkan pH tanah . Pemberian dolomit disamping menambah unsur hara Ca dan Mg juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara yang lain serta memperbaiki sifat fisik tanah, dengan semakin meningkatnya unsur hara dan sifat fisik tanah maka pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (Sumaryo dan Suryono, 2000).

Berdasarkan hasil uji BNJ dan tabulasi bahwa perlakuan D2 (10 gr dolomit/polybag) memberikan hasil terbaik pada peubah tinggi tanaman, jumlah pelepah daun, diameter bol, luas daun, bobot basah akar, bobot kering bibit dan bobot kering akar dibanding perlakuan D1(5 gr dolomit/polybag) dan D3 (15 gr dolomit/polybag). Hal ini disebabkan karena bibit tanaman diduga sudah mendapatkan kadar pH yang baik untuk pertumbuhan pada dosis 10 gr dolomit/polybag. Karena diduga jika pH lebih besar maka unsur-unsur hara mikro seperti Al dan Fe akan menjadi sangat larut sehingga akan mengendapnya unsur hara N,P dan K. Hal ini didukung dengan pendapat Kartasapoetra, ( 2005) yang menyatakan bahwa pH tanah yang tinggi tidak baik bagi pertumbuhan tanaman, karena unsur hara mikro (Zn, Cu, B, Fe dan Mn) akan menjadi tersedia dalam tanah dan mangakibatkan terganggunya serapan N, berkurangnya ketersediaan P serta kurangnya kandungan basa seperti Ca dan K .

Adanya pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan bibit diduga disebabkan karena telah terpenuhinya kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman terutama unsur nitrogen melalui pemberian pupuk NPK. Menurut Sarief (1986), pemberian pupuk akan lebih efektif bila dilakukan pada tanah yang mengalami defisiensi unsur hara, sehingga dapat dimanfaatkan bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sutedjo, (1999) bahwa nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman terutama dalam pembentukan daun, batang dan akar, diantara fungsi utamanya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan menyehatkan pertumbuhan daun.