Pengaruh Pupuk NPK (P)

4.2.1. Pengaruh Pupuk NPK (P)

Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK (P) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peubah diameter bol dan bobot basah akar, dan berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah pelepah daun, luas daun dan bobot basah bibit. Selain itu perlakuan dosis pupuk NPK (P) juga berpengaruh tidak nyata terhadap peubah bobot kering bibit, dan bobot kering akar.

Adanya pengaruh nyata dan sangat nyata terhadap pertumbuhan bibit disebabkan karena pupuk yang diberikan mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman terutama nitrogen, fosfor dan kalium yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman baik akar, batang maupun daun. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Rinsema, (1993) bahwa nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur yang sangat penting untuk pembentukan protein dan berbagai senyawa organik lainnya serta mempunyai pengaruh positif dalam pertumbuhan vegetatif tanaman.

Ditambahkan Winarso, (2005) bahwa pemupukan nitrogen pada tanah-tanah yang kekurangan nitrogen dapat meningkatkan kadar nitrogen dan hasil pertumbuhan tanaman. Menurut Setyamidjaya, (1986) bahwa unsur hara N berperan didalam merangsang pertumbuhan vegetatif yaitu menambah tinggi tanaman, sedangkan unsur P berperan dalam proses pembelahan sel dalam membentuk organ tanaman, dan unsur K berperan dalam merangsang titik-titik tumbuh tanaman (Sarief, 1988).

Fosfor didalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk persenyawaan yang sebagian besar tidak tersedia bagi tanaman. Sebagian besar pupuk yang diberikan ke dalam tanah tidak dapat digunakan tanaman karena bereaksi dengan bahan- bahan tanah lainnya sehingga tidak dapat digunakan tanaman, sehingga nilai efisiensi pemupukan fosfor pada umumnya rendah hingga sangat rendah. Pemupukan fosfor dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman. Pada umumnya selama pertumbuhan, akar tanaman melakukan kontak dengan tanah kurang dari 3%, sehingga tanah harus mengandung atau dipupuk dengan dosis yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman pada setiap fase pertumbuhan. Kalium diserap tanaman dari tanah dalam bentuk ion (K+). Fungsi utama kalium sangat erat hubungannya dengan metabolisme tanaman, terutama dalam proses

fotosintesis. Apabila unsur K mengalami defisiensi maka proses fotosintesis akan turun, tetapi respirasi tanaman akan meningkat (Novizan, 2002).

Berdasarkan hasil uji BNJ dan tabulasi menunjukkan bahwa perlakuan P2 (5 gr pupuk NPK/polybag) memberikan hasil terbaik pada peubah diameter bol, jumlah pelepah daun, luas daun, bobot basah tajuk dan bobot basah akar dari perlakuan P1(2,5 gr pupuk NPK/polybag) dan P3 (7,5 gr pupuk NPK/polybag).

Pemberian pupuk NPK dengan dosis 5 gr /polybag memberikan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit. Hal ini diduga karena kandungan unsur hara N, P dan K yang dibutuhkan oleh bibit kelapa sawit tersedia dalam jumlah yang cukup. Pada dosis tersebut kandungan unsur hara sesuai bagi bibit kelapa sawit terutama unsur nitrogen yang berperan dalam pembentukan bagian vegetatif tanaman. Keadaan tersebut sesuai dengan pendapat Suriatna (1998), yang mengatakan bahwa apabila semua unsur yang dibutuhkan tanaman, terutama unsur nitrogen, fosfor dan kalium cukup tersedia di dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman, maka pertumbuhan tanaman dapat berjalan secara optimal. Namun jika melebihi dosis yang diinginkan justru akan menghambat laju pertumbuhan tanaman.

Menurut Sutedjo, (2002) menyatakan bahwa penggunaan pupuk tidak boleh berlebihan, sebab pupuk anorganik kandungan haranya tinggi, salah dalam penggunaan pupuk atau berlebihan akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi lambat, oleh karena itu maka penggunaan pupuk perlu diketahui dahulu kandungan unsur hara dan tingkat kesuburannya, kemasaman tanahnya,

kelembabannya, kemampuan menyerap zat mineral, iklim dan nilai ekonomis tanaman yang dibudidayakan.

Sarief (1986), menyatakan bahwa pemberian pupuk akan lebih efektif bila dilakukan pada tanah yang mengalami defisiensi unsur hara, sehingga dapat dimanfaatkan bagi pertumbuhan tanaman. Penggunaan atau pemberian pupuk dengan dosis rendah kurang memberikan hasil terhadap pertumbuhan tanaman. Namun jika melebihi dosis yang diinginkan justru akan merugikan pertumbuhan tanaman.

Pemberian pupuk yang melebihi dosis rekomendasi tidak semuanya dapat diserap tanaman oleh perakaran tanaman. Pemberian pupuk dengan dosis yang berlebihan bisa mengakibatkan terjadinya konsumsi mewah unsur hara yang berarti membuang percuma pupuk tanpa diserap lagi oleh tanaman. Fenomena ini dikenal dengan hukum “peningkatan hasil yang semakin berkurang” (Agustina, 1990).

Mitscherlich (1909) dalam Leiwakabesy (1989), menyatakan bahwa apabila suatu tanaman ditanam pada lingkungan yang baik tetapi terdapat salah satu unsur hara dalam keadaan rendah, maka pertumbuhan tanaman tersebut sebanding dengan jumlah unsur hara tersebut yang ditambahkan ke dalam tanah. Kemampuan tanam sawit menyerap unsur P yang diberikan juga tidak terlepas dari peran ketersediaan unsur hara lain yang memiliki hubungan positip dalam hal saling mendukung proses penyerapan hara secara keseluruhan. Seperti diijelaskan Soepartini (1994) bahwa didalam tanah yang ideal bagi bercocok tanam kadar masing-masing unsur hara yang dibutuhkan tanah harus berimbang.

Menurut Lingga dan Marsono (2003), tercukupinya jumlah unsur hara lain dapat meningkatkan penyerapan phosphor. Amonium yang berasal dari nitrogen dapat meningkatkan penyerapan phosphor. Ketersediaan P dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi yang paling penting adalah pH tanah. Pertumbuhan tanaman sebagai hasil dari suplai unsur hara termasuk unsur P tidak lepas dari peranan pH tanah yang optimum bagi proses penyeyapan unsur P oleh tanaman.

Adanya pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan bibit disebabkan karena kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk telah mampu mencukupi kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhan bibit, sehingga respon bibit terhadap pemberian pupuk N, P dan K menjadi kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Foth (1994), yang menyatakan bahwa tanggap tanaman terhadap pupuk akan berkaitan dengan jumlah hara yang dapat dalam tanah. Ketersediaan unsur hara yang dapat dipertukarkan pada umumnya adalah indikasi yang baik adanya unsur hara yang dapat digunakan. Makin banyak kandungan suatu unsur hara yang dapat dipertukarkan dalam tanah, makin sedikit tanaman akan memberikan tanggapan terhadap unsur hara tersebut.