Pengaruh Interaksi pupuk NPK dan dolomit (PD)

4.2.3. Pengaruh Interaksi pupuk NPK dan dolomit (PD)

Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan dosis pupuk NPK dengan dolomit (PD) berpengaruh sangat nyata terhadap peubah tinggi tanaman, bobot basah tajuk dan berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah pelepah daun, diameter bol, bobot basah akar serta berpengaruh tidak nyata terhadap peubah luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar.

Pengaruh nyata dan sangat nyata pada kombinasi perlakuan dosis pupuk NPK dengan dolomit (PD) diduga karena adanya fungsi kapur Dolomit mampu meningkatkan pH sehingga unsr hara yang berasal dari pupuk NPK mampu meningkatan kesuburan tanah sehingga menunjang ketersediaan unsur hara bagi bibit tanaman kelapa sawit. Menurut Anonim, (2000) kapur Dolomit memiliki manfaat antara lain sebagai penyembuhan, terutama untuk tanaman yang

mengalami kekurangan Mg karena kapur dolomit dapat menambah ketersediaan Mg dan kapur dolomit berperan sebagai bahan amelioran karena kapur dolomit mampu menetralisir reaksi tanah yang bersifat masam.

Ditambahkan Novizan, (2002) tindakan pertama yang penting dalam pengelolaan tanah dan pemupukan adalah membenahi sifat kimia terutama sifat masamnya, setelah itu barulah pemupukan dapat berjalan dengan efektif. Cara yang efektif untuk menetralkan tanah asam adalah memberikan kapur dolomit. Manfaat kapur banyak sekali tetapi yang tak kalah pentingnya adalah dapat mengurangi zat-zat beracun dan mengurangi hilangnya unsur hara makro akibat pencucian. Berdasarkan hasil uji BNJ dan tabulasi menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan P2D2{(5 gr pupuk NPK/polybag + 10 gr dolomit/polybag)} memberikan hasil terbaik pada peubah tinggi tanaman, jumlah pelepah daun, diameter bol, luas daun, bobot basah akar dan bobot basah bibit dibanding kombinasi perlakuan lainnya. Hal ini diduga Ca dan Mg yang dikandung oleh dolomit dapat menaikan pH tanah gambut sehingga unsur hara yang terkandung pada pupuk N, P, K dapat dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman. Pemberian dolomit dapat menaikan pH tanah yang cukup baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keadaan tanah yang baik akan menyebabkan akar tanaman berkembang dengan baik dan mampu menembus lapisan tanah untuk mendapatkan unsur hara. Adanya fungsi kapur dan pupuk NPK Mutiara terhadap peningkatan kesuburan fisik, biologi dan kimia tanah sehingga menunjang ketersediaan unsur hara bagi tanaman kelapa sawit.

Hasil penelitian Ningsih, (2013) menunjukkan bahwa pengapuran dan pemberian pupuk NPK terhadap tanah masam dapat meningkatkan perumbuhan tanaman dan dapat meningkatkan efisiensi pemupukan fosfor dengan bahan SP-36. Hal ini dapat terjadi karena pengapuran yang dapat menetralkan unsur-unsur yang dapat mengikat ion fosfat, sehingga fosfat yang berasal dari pupuk dapat dimanfaatkan oleh tanaman bahkan pengapuran dapat mengekstrak P asli dari tanah yang tadinya terikat oleh Al dan Fe.

Menurut Lingga dan Marsono, (2003) peranan utama nitrogen adalah untuk merangsang pertumbuhan batang, akar dan daun. Fosfor merangsang pertumbuhan akar benih dan tanaman muda. Sedangkan kalium membantu pembentukan protein dan karbohidrat yang berperan dalam memperkuat tubuh tanaman . Adanya pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan bibit hal ini diduga karena kandungan unsur hara N, P dan K yang dibutuhkan oleh bibit kelapa sawit tersedia dalam jumlah yang cukup. Pada dosis tersebut kandungan unsur hara sesuai bagi bibit tanaman. Keadaan tersebut sesuai dengan pendapat Risza, (1995) yang mengatakan bahwa apabila semua unsur yang dibutuhkan tanaman, terutama unsur nitrogen, fosfor dan kalium cukup tersedia di dalam tanah, maka pertumbuhan tanaman dapat berjalan lancar dan normal.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Maspary (2010), yang menyatakan bahwa jika unsur hara yang diberikan pada tanaman berada dalam kisaran yang sedikit atau sangat berlebihan maka unsur hara tersebut akan menghambat laju pertumbuhan tanaman. Beberapa penelitian mengenai pemupukan P dari penelitian yang sudah ada kebanyakan tidak berpengaruh nyata. Terdapat dugaan yang dikemukakan oleh Wachjar et al. (2002) bahwa pupuk P pada berbagai dosis tidak berbeda nyata karena adanya keterbatasan gerakan ion fosfat dalam tanah dan gerakan P di titik penempatan pupuk umumya juga terbatas. Selain itu, yang menjadi kendala dalam pemupukan adalah karakteristik unsur P itu sendiri yaitu kemampuan daya larut dalam tanah rendah.