Aturan Yuridis dan Problematika tentang Anak Bayi Tabung

1. Aturan Yuridis dan Problematika tentang Anak Bayi Tabung

Dewasa ini muncul beberapa penemuan baru di berbagai bidang di Indonesia, salah satunya di bidang ilmu kedokteran yang mana para ahli kedokteran di luar negeri menemukan suatu solusi untuk mengatasi ketidakmampuan pasangan suami istri untuk memiliki keturunan. Penemuan yang dimaksud tersebut ialah adanya program bayi tabung atau dalam istilah kedokteran disebut dengan Fertilisasi in Vitro (in vitro fertilization). Kemudian para ahli kedokteran di Indonesia mempelajari pula penemuan program bayi tabung untuk diterapkan di Indonesia. Untuk dapat diterapkan di Indonesia maka pelayanan program bayi tabung memerlukan perlindungan hukum oleh karena semua tindakan dan perilaku yang dilakukan di Indonesia harus berdasar pada hukum.

Hukum yang mengatur tentang bayi tabung di Indonesia belum ada, sedangkan dalam hukum perdata yang mengatur tentang status hukum anak, baik anak sah maupun anak luar kawin diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pengertian anak sah yang disebutkan dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tersebut bertitik tolak dari hasil hubungan seksual yang dilakukan secara alami antara pasangan suami istri dan pasangan suami istri tersebut terikat dalam perkawinan yang sah sedangkan mengenai hal yang berkaitan dengan intervensi manusia yakni intervensi dokter atau ahli seperti dalam hal membantu pasangan suami istri yang mandul belum pernah terpikirkan oleh pembuat Undang-undang pada saat itu. Sehingga dalam pasal 4 ayat (2c) Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Hukum yang mengatur tentang bayi tabung di Indonesia belum ada, sedangkan dalam hukum perdata yang mengatur tentang status hukum anak, baik anak sah maupun anak luar kawin diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pengertian anak sah yang disebutkan dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tersebut bertitik tolak dari hasil hubungan seksual yang dilakukan secara alami antara pasangan suami istri dan pasangan suami istri tersebut terikat dalam perkawinan yang sah sedangkan mengenai hal yang berkaitan dengan intervensi manusia yakni intervensi dokter atau ahli seperti dalam hal membantu pasangan suami istri yang mandul belum pernah terpikirkan oleh pembuat Undang-undang pada saat itu. Sehingga dalam pasal 4 ayat (2c) Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang

99 Kompilasi Hukum Islam bahwa “Anak yang sah adalah :

a. anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah;

b. hasil perbuatan suami istri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut”.

Sampai saat ini belum ada ketentuan khusus dalam hukum positif di Indonesia mengenai bayi tabung. Akan tetapi telah ada ketentuan dalam peraturan perundangan-undangan Republik Indonesia yang telah menyinggung tentang kehamilan diluar cara alamiah. Kehamilan diluar cara alamiah tersebut yakni kehamilan yang ada turut campur dengan teknologi atau dengan bantuan medis. Campur tangan teknologi atau bantuan medis tersebut terjadi pada kehamilan dengan hasil anak bayi tabung yang mana tertuang dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 127 yang berbunyi: (1) Upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh

pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:

a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal;

b. dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu; dan

c. pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu. (2) Ketentuan mengenai persyaratan kehamilan di luar cara alamiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Dengan adanya ketentuan dalam Pasal 127 Undang-Undang No 36 Dengan adanya ketentuan dalam Pasal 127 Undang-Undang No 36

1) Upaya kehamilan diluar cara alamiah yang hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah;

2) Hasil pembuahan ditransplantasikan ke dalam rahim istri yang bersangkutan;

3) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk program bayi tabung;

4) Dilakukan dengan fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

Meskipun dalam Pasal 127 ayat (2) Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa “ketentuan mengenai persyaratan kehamilan di luar cara alamiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah” akan tetapi sampai pada saat ini belum ada pengaturan lebih lanjut atau pengaturan khusus dalam hukum positif di Indonesia mengenai program bayi tabung di Indonesia khususnya mengenai status dan kedudukan hukum dari anak bayi tabung, melainkan baru ada pedoman pelayanan bayi tabung di rumah sakit.

a. Anak menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974

Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan selain mengatur mengenai perkawinan itu sendiri juga mengatur mengenai anak yang dilahirkan sebagai hasil dari perkawinan. Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 250 bahwa anak yang dilahirkan atau dibesarkan selama perkawinan memperoleh suami sebagai ayah dari anak yang dilahirkan atau dibesarkan tersebut. Sedangkan dalam Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa sahnya anak yang dilahirkan sebelum hari Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan selain mengatur mengenai perkawinan itu sendiri juga mengatur mengenai anak yang dilahirkan sebagai hasil dari perkawinan. Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 250 bahwa anak yang dilahirkan atau dibesarkan selama perkawinan memperoleh suami sebagai ayah dari anak yang dilahirkan atau dibesarkan tersebut. Sedangkan dalam Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa sahnya anak yang dilahirkan sebelum hari

Dengan demikian suatu perkawinan yang sah akan menentukan kedudukan anak, peranan, dan tanggung jawab anak dalam keluarga. Mengenai kedudukan hukum anak diatur dalam Pasal 42 sampai dengan 44 dan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam hal ini perlu diketahui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan membedakan anak dalam perkawinan atas anak yag sah dan anak yang tidak sah. Keduanya mempunyai kedudukan hukum yang berbeda dalam keluarga. Ketentuan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menentukan bahwa anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Ini berarti bahwa anak sah meliputi:

a. Anak yang dilahirkan dalam perkawinan yang sah, yakni anak- anak yang dilahirkan sesudah perkawinan yang sah dilangsungkan termasuk pula kawin hamil;

b. Anak yang dilahirkan sebagai akibat perkawinan yang sah, yakni anak-anak yang dilahirkan sesudah perkawinan yang sah dilakukan tetapi kemudian orangtua dari anak yang dilahirkan tersebut bercerai (Rachmadi Usman, 2006:347).

b. Proses Lahirnya Anak Bayi Tabung

Perkembangan global ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran secara nyata telah sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan pelayanan atau asuhan kedokteran di Indonesia. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dalam upaya penyembuhan di Indonesia (Akademi Ilmu

Upaya penyembuhan suatu penyakit yang dilakukan oleh para ahli kedokteran dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi memerlukan biaya, tenaga dan waktu. Dalam upaya penyembuhan tersebut ada yang memerlukan biaya yang banyak atau mahal dan ada pula yang memerlukan biaya yang relatif sedikit murah atau terjangkau. Sehingga diperlukan cara pendekatan dalam rangka pemberian pelayanan kedokteran.

Cara pendekatan dalam pemberian pelayanan atau asuhan kedokteran harus disesuaikan dengan keadaan atau tingkat perkembangan golongan masyarakat. Selain itu juga disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap golongan masyarakat yang memerlukannya tersebut. Ditinjau dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedoteran, pada perkembangan upaya penyembuhan di Indonesia terdapat variasi rentang yang sangat lebar dari penyembuhan yang sifatnya sederhana dengan penyembuhan atau pemberian solusi yang sifatnya lebih kompleks atau rumit, seperti diterapkannya teknologi di bidang reproduksi manusia dengan dikembangakannya Assisted Reproductive Technology (ART) pada fertilisasi in vitro (IVF-in vitro fertilization) memberi tanggung jawab kepada ilmuwan bidang kedokteran untuk memahami berbagai masalah hukum, etik, dan agama, sebelum dimanfaatkan dalam pelayanan kedoteran (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Komisi Bidang Ilmu Kedokteran, 1997:53). Dengan adanya pemahaman mengenai penyembuhan atau solusi di bidang reproduksi manusia dalam bentuk teknologi bayi tabung yang berkaitan dengan masalah hukum, etik, dan agama maka besar kemungkinan bahwa penerapan teknologi bayi tabung di Indonesia akan disesuaikan dengan nilai luhur budaya bangsa Indonesia.

Adanya teknologi sebagai bantuan dalam bidang kedokteran yang berkaitan dengan program pelayanan bayi tabung maka dapat

atau mengalami kendala untuk memperoleh keturunan, salah satu penyebabnya mengenai ketidaksuburan sistem reproduksi pada istri. Bila saluran telur seorang istri sedemikian rusaknya sehingga tidak mungkin lagi diatasi dengan pembedahan, atau yang tubanya rusak atau tertutup, masih ada harapan melalui teknik pembuahan dalam tabung atau IVF (in Vitro fertilization) atau yang lebih dikenal dengan teknik bayi tabung (Syamsir Alam dan Iwan Hadibroto, 2007:69). Akan tetapi ketidaksuburan sistem reproduksi tersebut tidak hanya terjadi pada pihak wanita atau istri melainkan terjadi pula pada pihak pria atau suami yang biasanya adalah sperma yang cacat. Penyebab sperma yang cacat atau adanya masalah dengan pemindahan sperma ke dalam alat reproduksi wanita (Anne Charlish dan Kim Davies, 2005:66). Ketidaksuburan dalam sistem reproduksi yang terjadi pada pria/suami ataupun wanita/istri diperlukan suatu solusi penyembuhan atau jalan keluar untuk mengatasi ketidaksuburan sistem reproduksi tersebut. Sehingga ahli kedokteran beserta ilmu pengetahuan teknologi kedoteran sangat diperlukan dan berperan besar untuk penanganan masalah sistem kesuburan reproduksi manusia.

Untuk mengatasi ketidaksuburan yang ada maka perawatan kesuburan buatan akan disarankan oleh dokter spesialis kepada pasangan suami istri yang tidak mungkin mendapatkan kehamilan secara alami. Perawatan ini berupa inseminasi buatan atau fertilisasi in vitro atau yang lebih dikenal dengan teknologi bayi tabung. Pasangan suami istri harus memahami secara pasti mengenai hal-hal yang termasuk dalam perawatan fertilisasi in vitro dan memahami kesempatan keberhasilan serta beban finansial yang harus ditanggung. Inseminasi buatan itu sendiri merupakan suatu proses pemasukan sperma ke dalam saluran serviks (leher rahim) wanita atau langsung ke dalam rahim wanita. Semua prosedur tersebut dilakukan di rumah sakit dengan menggunakan alat suntik. Inseminasi buatan ini berguna Untuk mengatasi ketidaksuburan yang ada maka perawatan kesuburan buatan akan disarankan oleh dokter spesialis kepada pasangan suami istri yang tidak mungkin mendapatkan kehamilan secara alami. Perawatan ini berupa inseminasi buatan atau fertilisasi in vitro atau yang lebih dikenal dengan teknologi bayi tabung. Pasangan suami istri harus memahami secara pasti mengenai hal-hal yang termasuk dalam perawatan fertilisasi in vitro dan memahami kesempatan keberhasilan serta beban finansial yang harus ditanggung. Inseminasi buatan itu sendiri merupakan suatu proses pemasukan sperma ke dalam saluran serviks (leher rahim) wanita atau langsung ke dalam rahim wanita. Semua prosedur tersebut dilakukan di rumah sakit dengan menggunakan alat suntik. Inseminasi buatan ini berguna

Teknologi bayi tabung adalah hasil dari pembuahan in vitro yaitu mempertemukan sel telur dengan sperma di luar tubuh wanita. Program bayi tabung ini berguna bagi pasangan yang memiliki masalah antibodi penghancur sperma pada tubuh wanita serta bagi pasangan yang mengalami kesulitan seksual, seperti impotensi atau ejakulasi dini, produksi sperma yang rendah, atau penyumbatan dalam organ-organ reproduksi pria (Anne Charlish dan Kim Davies, 2005:69- 70).

Bagi pasangan tidak subur (infertil) dengan kasus adanya lendir mulut rahim yang abnormal, saluran telur mengalami kerusakan, mutu sperma yang kurang baik, adanya antibodi terhadap sperma, tidak hamil juga meskipun endometriosis telah diobati, serta adanya gangguan kesuburan yang tidak diketahui penyebabnya akan disarankan oleh ahli kedokteran untuk melakukan program inseminasi buatan atau prosedur bayi tabung. Namun karena pertimbangan masalah etika yang berkaitan dengan pembuahan dalam tabung atau fertilisasi in vitro dan transfer embrio (IVF-TE), dan inseminasi buatan dengan sperma donor, prosedur tersebut hanya dilakukan di pusat- pusat perawatan tertentu yang mempunyai pengawasan ketat (Syamsir Alam dan Iwan Hadibroto, 2007:66).

Pada dasarnya program bayi tabung adalah pelaksanaan proses pembuahan yang seharusnya terjadi di dalam saluran telur tatapi karena satu dan lain hal proses tersebut tidak dapat terjadi secara alamiah, maka proses demikian dilakukan secara in vitro. Yang diperlukan dalam pelayanan program bayi tabung adalah wanita yang bersangkutan mempunyai indung telur (ovarium) yang sehat dan dapat

dilakukan di Inggris pada tahun 1978 dan setahun kemudian banyak Negara lain yang ikut berhasil melakukan pelayanan teknik bayi tabung. Tetapi dalam In Vito Fertilization yang dilakukan hanya satu kali, tingkat keberhasilannya hanya sekitar 15%. Jika diulangi dua atau tiga kali pada wanita yang sama, maka tingkat keberhasilannya meningkat menjadi 20%. Prosedur bayi tabung dimulai dengan perangsangan indung telur dengan hormon. Hal ini dilakukan untuk memacu perkembangan sejumlah folikel agar menghasilkan sel telur. Perkembangan pematangan sel telur tersebut dipantau secara teratur dengan alat ultrasonografi dan dilakukan juga pengukuran kadar hormon ekstradional dalam darah (Syamsir Alam dan Iwan Hadibroto, 2007:68).

Perkembangan yang terakhir pengambilan sel telur matang dari permukaan indung telur tidak perlu lagi melalui operasi kecil tetapi cukup lewat pengisapan cairan folikel dengan tuntunan alat ultrasonografi transvaginal. Cairan folikel tersebut kemudian dibawa ke laboratorium dan seluruh sel telur yang diperoleh kemudian dieramkan dalam inkubator. Beberapa jam kemudian kepada setiap sel telur ditambahkan sejumlah sperma yang telah dioleh dan dipilih yang terbaik mutunya agar terjadi inseminasi. Telur-telur tersebut dilihat dengan mikroskop untuk memastikan bahwa proses pembuahan berjalan secara normal. Sekitar 18-20 jam kemudian akan terlihat proses pembuahan berhasil atau tidak. Sel telur yang telah dibuahi sperma disebut zigot, dan akan dipantau lagi selama 22-24 jam untuk melihat perkembangan prosesnya menjadi embrio. Biasanya dokter akan memilih empat embrio yang terbaik untuk ditanamkan ke dalam rahim wanita. Jumlah tersebut adalah maksimal karena apabila keempatnya berhasil dan terjadi kehamilan, risikonya akan besar bagi calon ibu dan janin yang dikandungnya. Embrio yang terbaik itu kemudian diisap ke dalam sebuah kateter khusus untuk dipindahkan ke Perkembangan yang terakhir pengambilan sel telur matang dari permukaan indung telur tidak perlu lagi melalui operasi kecil tetapi cukup lewat pengisapan cairan folikel dengan tuntunan alat ultrasonografi transvaginal. Cairan folikel tersebut kemudian dibawa ke laboratorium dan seluruh sel telur yang diperoleh kemudian dieramkan dalam inkubator. Beberapa jam kemudian kepada setiap sel telur ditambahkan sejumlah sperma yang telah dioleh dan dipilih yang terbaik mutunya agar terjadi inseminasi. Telur-telur tersebut dilihat dengan mikroskop untuk memastikan bahwa proses pembuahan berjalan secara normal. Sekitar 18-20 jam kemudian akan terlihat proses pembuahan berhasil atau tidak. Sel telur yang telah dibuahi sperma disebut zigot, dan akan dipantau lagi selama 22-24 jam untuk melihat perkembangan prosesnya menjadi embrio. Biasanya dokter akan memilih empat embrio yang terbaik untuk ditanamkan ke dalam rahim wanita. Jumlah tersebut adalah maksimal karena apabila keempatnya berhasil dan terjadi kehamilan, risikonya akan besar bagi calon ibu dan janin yang dikandungnya. Embrio yang terbaik itu kemudian diisap ke dalam sebuah kateter khusus untuk dipindahkan ke

Dalam beberapa kasus, seorang wanita yang sedang mengandung mengalami keguguran tanpa menyadarinya. Sangat banyak kasus terjadi dalam sua bulan pertama kehamilan, bahkan sebelum wanita tersebut menyadari bahwa dirinya sedang mengandung. Keguguran pada tahap-tahap awal kehamilan lenih sering terjadi dari yang diduga. Hal inilah yang kemudian dalam beberapa kasus dianggap sebagai tertundanya kehamilan. Bisa dikatakan bahwa lebih dari 50% kehamilan mengalami keguguran. Gejala-gejala keguguran mencakup pendarahan vagina, kram di bagian perut, dan rasa pegal pada punggung seperti yang biasa terjadi ketika menstruasi. Muntah berlebihan juga bisa merupakan gejala atau tanda- tanda awal keguguran. Hampir tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghentikan keguguran akan tetapi seseorang yang mengalami keguguran harus segera mendapatkan saran medis untuk mencegah infeksi dan komplikasi (Anne Charlish dan Kim Davies, 2005:62).

c. Legalitas Anak Bayi Tabung Melalui Akta Atau Pencatatan Kelahiran Anak

Menurut pendapat dari Jonathan Todres dalam jurnalnya yang berjudul Birth Registration: An Essential First Step toward Ensuring the Rights of All Children (2003:1) mengenai pencatatan kelahiran yaitu:

Birth registration is the process by which a child’s birth is recorded in a civil register by the applicable government authority. This step provides the first legal recognition of the child, and generally is required for the child to obtain a birth certificate. A child’s birth record typically includes the name of Birth registration is the process by which a child’s birth is recorded in a civil register by the applicable government authority. This step provides the first legal recognition of the child, and generally is required for the child to obtain a birth certificate. A child’s birth record typically includes the name of

Pendaftaran kelahiran merupakan suatu proses dimana kelahiran anak dicatat dalam register sipil oleh pemerintah yang berlaku otoritas. Langkah ini memberikan pengakuan hukum pertama dari anak, dan umumnya diberlakukan bagi anak untuk mendapatkan akta kelahiran. Catatan kelahiran seseorang anak biasanya mencakup nama anak, nama orang tuanya, nama dari professional kesehatan yang menghadiri atau bidan, dan tanggal serta tempat lahir. Setelah informasi ini diberikan, catatan kelahiran ditandatangani oleh pendaftar lokal dan diajukan dengan instansi pemerintah yang relevan untuk kawasan tersebut. Kelahiran juga dapat mencakup nama, alamat, dan kebangsaan dari setiap orang tua. Seperti tambahan informasi bersama dengan tempat anak lahir dapat membantu menentukan kewarganegaraan dari anak. Walaupun pencatatan kelahiran dapat dicapai dalam beragam cara, pendaftaran bayi yang baru lahir biasanya difasilitasi oleh rumah sakit setempat dimana anak lahir atau masyarakat pekerja kesehatan hadir pada kelahiran. Jika kelahiran tidak terjadi di rumah sakit atau tidak dipimpin oleh suatu komunitas petugas kesehatan, orang tua diharapkan untuk mendatangi kantor pemerintah daerah untuk mendaftarkan anak sesegera mungkin setelah