Tinjauan Hukum tentang Bayi Tabung

e. Tinjauan Hukum tentang Bayi Tabung

Berdasarkan P.C. Steptoe dan Dr. R.G. Edwards dalam buku Birth After Reimplantation of Human Embryo yang dikutip oleh Salim HS

Steptoe dan Dr. R.G. Edwards atas pasangan suami istri John Brown dan Leslie. Sperma dan ovum yang digunakan berasal dari pasangan suami istri, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istrinya, sehingga pada tanggal 25 Juli 1978 lahirlah bayi tabung yang pertama yang bernama Louise Brown di Oldham Inggris dengan berat badan 2.700 gram.

Momentum awal penemuan bayi tabung di Indonesia pada tanggal

2 Mei 1988 dengan lahirnya bayi tabung bernama Nugroho Karyanto, hasil dari pasangan suami istri Markus dan Chai Lian yang mana sperma dan ovum yang digunakan berasal dari Markus dan Chai Lian dan embrio ditanamkan kembali ke rahim istri. Anak bayi tabung Nugroho Karyanto merupakan hasil karya dari Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta (Salim HS, 1993:19).

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta dan Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo ditunjuk oleh pemerintah Indonesia sebagai pusat pelayanan program bayi tabung di Indonesia, maka jenis bayi tabung yang dikembangkan di RSAB Harapan Kita Jakarta dan Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo adalah jeni bayi tabung yang sperma dan sel telurnya diambil dari pasangan suami istri yang sah dan embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri yang menanamkan benih tersebut. Hal demikian sesuai dengan Pasal 16 Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang sekarang diberlakukan dengan Pasal 127 Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Salim HS, 1993:19).

Menurut John David Gordon dan Michael DiMattina (2011:98) bahwa bayi tabung atau in vitro fertilization secara harfiah berarti “pembuahan telur dengan sperma dalam kaca” yang diterjemahkan menjadi pembuahan di luar tubuh di dalam laboratorium. Menurut Hanifa Wiknjosastro (1999:497), Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghasilkan istri. Fertilitas merupakan fungsi satu pasangan yang Menurut John David Gordon dan Michael DiMattina (2011:98) bahwa bayi tabung atau in vitro fertilization secara harfiah berarti “pembuahan telur dengan sperma dalam kaca” yang diterjemahkan menjadi pembuahan di luar tubuh di dalam laboratorium. Menurut Hanifa Wiknjosastro (1999:497), Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghasilkan istri. Fertilitas merupakan fungsi satu pasangan yang

Teknologi reproduksi buatan atau program bayi tabung merupakan bagian dari pengobatan infertilitas. Infertilitas dikatakan sebagai kelainan atau kondisi sakit dalam masalah reproduksi. Manusia pada dasarnya mempunyai hak untuk bebas dari sakit. Apabila infertilitas merupakan manifestasi dari sakit maka semua manusia mempunyai hak untuk bebas dari kondisi infertil atau dengan kata lain berhak untuk bereproduksi. Teknologi reproduksi buatan dalam program bayi tabung digunakan untuk mengatasi infertilitas ini, dimana apabila reproduksi secara alami tidak memungkinkan dilakukan maka teknik reproduksi buatan dapat diterapkan.

(http://yendi.blogdetik.com/2011/02/17/hukum-teknologi-

reproduksi-buatan/> [29 November 2011 pukul 09:45 WIB]).

Berdasarkan Hanifa Wiknjosastro (1999:497), disebutkan bahwa infertilisasi memiliki dua jenis, yakni: Disebut infertilisasi primer apabila istri belum pernah hamil

walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemunginan kehamilan selama 12 bulan. Infertilisasi sekunder terjadi apabila istri pernah amil, akan tetai kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.

Bayi tabung itu sendiri di dalam istilah kedokteran dikenal dengan Fertilisasi In Vitro atau In Vitro Fertilization. Menurut John David Gordon, Michael DiMattina (2011:98) bahwa “IVF secara harfiah berarti pembuahan telur dengan sperma kaca yang diterjemahkan jadi pembuahan di luar tubuh di dalam laboratorium”.

Di Indonesia, salah satu program bayi tabung juga dilakukan oleh pasangan Inul Daratista dan Adam. Pasangan suami istri Inul Daratista dan Adam berhasil menjalani program bayi tabung di Rumah Sakit Siloam Surabaya dan melahirkan anak hasil program bayi tabung yang diberi Di Indonesia, salah satu program bayi tabung juga dilakukan oleh pasangan Inul Daratista dan Adam. Pasangan suami istri Inul Daratista dan Adam berhasil menjalani program bayi tabung di Rumah Sakit Siloam Surabaya dan melahirkan anak hasil program bayi tabung yang diberi

Program bayi tabung dilakukan dengan berbagai alasan yang menjadi sebab serta syarat diperbolehkannya pelayanan program bayi tabung. Teknik Bayi Tabung diperuntukkan bagi pasangan suami istri

yang mengalami masalah infertilitas. Pasien Bayi Tabung umumnya wanita yang menderita kelainan sebagai berikut :

1. kerusakan pada saluran telurnya;

2. lendir rahim istri yang tidak normal;

3. adanya gangguan kekebalan dimana terdapat zat anti terhadap sperma di tubuh istri;

4. tidak hamil juga setelah dilakukan bedah saluran telur atau seteleh dilakukan pengobatan endometriosis;

5. sindroma LUV (Luteinized Unruptured Follicle) atau tidak pecahnya gelembung cairan yang berisi sel telur; dan

6. sebab-sebab lainnya yang belum diketahui. Sedangkan alasan yang menjadi sebab pada suami untuk menjalankan program bayi tabung, teknik ini diperuntukkan bagi pasien pria atau suami yang pada umumnya memiliki kelainan mutu sperma yang kurang baik, seperti oligospermia atau jumlah sperma yang sangat sedikit sehingga secara alamiah sulit diharapkan terjadinya pembuahan (http://pendidikanagamaislam07.blogspot.com/2009/12/setatus-anak-zina- anak-angkat-bayi.html, [5 September 2011 pukul 01:54 WIB]).

Dewasa ini ilmu kedokteran berupaya untuk mengatasi setiap penyebab yang menghalangi impian pasangan suami istri dalam memiliki keturunan. Salah satu hasil kerja keras yang didapat para ahli dan penulis kedokteran yang menjadi andalan dalam rangka mengatasi masalah infertilisasi pada pasangan suami istri adalah Fertilisasi In Vitro (FIV).

Wiryawan Permadi (2008:1) istilah “bayi tabung” atau yang dikenal masyarakat, pada dasarnya mengacu pada proses Fertilisasi In Vitro (FIV) dalam dunia kedokteran. Fertilisasi berarti pembuahan sel telur wanita ole spermatozoa pria, sedangkan In Vitro berarti di luar tubuh. Sehingga Fertilisasi In Vitro berarti proses pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria (bagian dari proses reproduksi manusia), yang terjadi di luar tubuh.

Latar belakang dilakukan proses bayi tabung atau Fertilisasi In Vitro dibagi menjadi dua bagian:

1) Faktor Pria

a) Gangguan pada saluran keluar spermatozoa;

b) Kelumpuhan fisik yang menyebabkan pria tidak mampu melakukan hubungan seksual seperti kelumpuhan tubuh bagian pinggang ke bawah setelah terjadinya kecelakaan;

c) Sangat terbatasnya jumlah spermatozoa yang mampu membuahi sel telur (yang mengalami bentuk tubu spermatozoa normal dan bergerak secara aktif);

d) Hal lain yang masih belum dapat dijelaskan secara ilmiah.

2) Faktor Wanita

a) Gangguan pada saluran reproduksi wanita seperti pada perlengketan atau sumbatan tuba;

b) Adanya antibody abnormal pada saluran reproduksi wanita, sehingga menyebabkan spermatozoa pria yang masuk ke dalam saluran reproduksi wanita tidak mampu bertahan hidup;

c) Hal lain yang masih belum dapat dijelaskan secara ilmiah (Wiryawan Permadi, 2008:4). Proses bayi tabung yang dilakukan yaitu pertama dilakukan

pengumpulan atau pengambilan spermatozoa dan sel telur yang telah matang dari organ reproduksi pria dan wanita yang hendak memiliki anak, dalam hal ini pasangan suami istri yang sah. Kedua, spermatozoa dan sel pengumpulan atau pengambilan spermatozoa dan sel telur yang telah matang dari organ reproduksi pria dan wanita yang hendak memiliki anak, dalam hal ini pasangan suami istri yang sah. Kedua, spermatozoa dan sel

Setiap upaya untuk mencapai keberhasilan selalu memiliki resiko akan terjadinya kegagalan, seperti pada hal proses bayi tabung atau Fertilisasi In Vitro. Berdasarkan waktu terjadinya maka resiko proses pelaksanaan bayi tabung atau Fertilisasi In Vitro terdiri dari:

1) Resiko saat pelaksanaan tahap-tahap fertilisasi in vitro

a) Sindrom Hiperstimulasi Ovarium

Pada tahap awal fertilisasi in vitro, ovarium istri dirangsang untuk memproduksi sel telur matang dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan siklus reproduksi normal. Sekitar 5% dari wanita yang mengalami stimulasi ovarium terjadi kelainan yang disebut syndrome hiperstimulasi ovarium dengan gejala seperti perut mual, diare, kenaikan berat badan, warna utin lebih gelap, nyeri dada, serta dinding perut menjadi tegang.

b) Resiko kegagalan embrio untuk tumbuh di laboratorium, hingga siap ditanamkan kembali ke dalam rahim

Meskipun tata laksana proses Fertilisasi In Vitro dilakukan dengan baik akan tetapi masih ada kemungkinan akan gagalnya pertumbuhan embrio di laboratorium yang penyebab kegagalannya belum diketahui.

c) Resiko kegagalan embrio untuk menanamkan diri dalam dinding rahim, setelah dilakukan transfer embrio

Setelah dokter menempatkan embrio yang dihasilkan dari fertilisasi sel telur oleh spermatozoa di laboratorium ke raim istri, maka kelanjutan hubungan antara embrio dan dinding rahim bergantung pada embrio dan rahim istri.

2) Resiko kegagalan embrio untuk tumbuh di laboratorium, hingga ditanamkan kembali ke dalam rahim

a) Resiko keguguran

Keguguran berarti keluarnya buah kehamilan secara spontan (tanpa penyebab yang jelas), sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu, atau sebelum bayi dapat hidup di luar kandungan (Wiryawan Permadi, 2008:52-57).

b) Resiko kehamilan lebih dari 1 janin/kembar

Menurut pendapat dari David Orentlicher (2010: 2, Vol 40, No 3) bahwa, any multiple birth raises health risks. Among twins, more than 60% are born prematurely; among triplets or other multiples, more than 95 % are premature. IVF twins, triplets, and other multiples are more likely than singletons to require neonatal intensive care, to develop cognitive and physical disabilities, and to die. K ehamilan lebih dari satu dalam fertilisasi in vitro sangat rawan sekali dalam kesehatan, dapat membahayakan kesehatan bahkan dampak yang terjadi dapat berupa kematian.