Tinjauan Tentang Perkawinan Adat Kejawen

d. Sahnya Perkawinan

1) Sahnya Perkawinan Menurut Perundangan Sahnya perkawinan menurut perundangan diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang menyatakan “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”.

2) Sahnya Perkawinan Menurut Hukum Adat Sahnya perkawinan menurut hukum adat menurut Hilman Hadikusuma (1990:27) yaitu : “Pada umumnya bagi penganut agama tergantung pada agama yang dianut masyarakat adat bersangkutan”. Maksudnya jika telah dilaksanakan menurut tata tertib hukum agamanya maka perkawinana itu sudah sah menurut hukum adat.

3) Sahnya Perkawinan Menurut Agama Sejak berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 sahnya perkawinan menurut hukum agama di Indonesia bersifat menentukan. Apabila suatu perkawinana tidak dilakukan menurut hukum agamanya masing-masing 3) Sahnya Perkawinan Menurut Agama Sejak berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 sahnya perkawinan menurut hukum agama di Indonesia bersifat menentukan. Apabila suatu perkawinana tidak dilakukan menurut hukum agamanya masing-masing

Perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilakukan menurut tata cara yang berlaku dalam agama Islam, Kristen/Katolik, Hindu, dan Budha Indonesia. Menurut hukum Islam yang pada umumnya berlaku di Indonesia adalah perkawinan yang dilaksanakan di tempat kediaman mempelai, di Masjid ataupun di Kantor Agama dengan ijab dan qobul dalam bentuk akad nikah.

Menurut hukum agama Kristen/Katolik perkawinan itu sah apabila syarat-syarat yang telah ditentukan dipenuhi dan perkawinannya dilaksanakan di hadapan Pastur atau Pendeta yang dihadiri dua orang saksi.

Menurut hukum agama Hindu perkawinan itu sah apabila dilakukan didepan Brahmana atau Pendeta atau Pejabat agama yang memenuhi syarat untuk melakukan perbuatan itu.

Menurut hukum agama Budha Indonesi perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan agama Budha Indonesia. (Hilman Hadikusuma , 1990:28-32).

Dari beberapa penjelasan mengenai sahnya perkawinan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sah tidaknya suatu perkawinan adalah semata-mata ditentukan oleh ketentuan agama dan kepercayaan mereka yang hendak melaksanakan perkawinan.

e. Latar Belakang Perkawinan

Menurut Bimo Walgito dalam bukunya yang berjudul Bimbingan dan Konseling perkawinan (2002:19-22) yang melatar belakangi terjadinya perkawinan adalah :

1. Kebutuhan Fisiologis dan Perkawinan. (…) manusia mempunyai kebutuhan yang bersifat fisiologis. Salah satu kebutuhan ini adalah kebutuhan seksual.

2. Kebutuhan Psikologis dan Perkawinan Psikologis. Dalam memadu kasih antara remaja pria dan wanita, maka satu dengan yang lain membutuhkan teman hidup yang saling mengisi akan kebutuhan-kebutuhan psikologisnya. Misalnya ingin mendapatkan perlindungan, ingin mendapatkan kasih sayang, ingin merasa aman, ingin melindungi, ingin dihargai.

3. Kebutuhan Sosial dalam Perkawinan.

Setelah telah diketahui pula bahwa dalam suatu masyarakat tertentu adanya pandangan bahwa seseorang tidak kawin akan memperoleh sorotan tersendiri dari anggota masyarakat. Keadaan sosial budaya suatu masyarakat akan ikut mengambil bagian dari perkawinan. Misalnya lebih baik kawin muda, kemudian jadi janda daripada terlambat kawin.

4. Kebutuhan Religi dalam Perkawinan. Dengan melaksanakan perkawinan maka salah satu segi yang digariskan dalam agama dapat dipenuhi sebagai makhluk yang dititahkan di dunia kecuali berpasang-pasangan, maka atas dasar kenyataan tersebut, sudah dikodratkan bahwa antara pria dan wanita itu perlu melakukan perkawinan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mendorong atau yang melatarbelakangi perkawinan :

1) Faktor fisiologis dan psikologis.

2) Faktor sosial terutama sosial budaya dan sosial ekonomi.

3) Faktor keagamaan termasuk faktor krisis akhlak dan faktor kemaslahatan.

4) Faktor kurangnya pendidikan.

5) Faktornya pemahaman tehadap Undang-Undang perkawinan.

f. Proses Upacara Perkawinan Adat Kejawen

1) Proses sebelum upacara perkawinan Dalam melaksanakan perkawinan, terlebih dahulu diselenggarakan serangkaian upacara-upacara sesuai adat kejawen. Upacara yang berupa kebiasaan-kebiasaan orang jawa tersebut antara lain : (a) Nglamar

Nlamar /melamar merupakan suatu proses setalah adanya perkenalan antara pria dan wanita dan telah memiliki kesepakatan untuk hidup bersama maka diadakan acara nglamar atau meminang. Peminangan dilakukan oleh pihak pria kepada pihak wanita melalui wakil pria ke keluarga pihak wanita. Nglamar disini artinya orang tua atau wakil pihak calon pengantin laki-laki mengajukan permintaan agar diperbolehkan anak laki-lakinya diperbolehkan mengasuh anak gadis orang lain. Sebelum pihak keluarga pengantin laki-laki datang untuk melamar beberapa hari sebelum pihak calon pengantin laki-laki datang ke rumah calon pengantin perempuan mereka memberitahukan bahwa pada hari dan jam yang telah ditentukan mereka akan datang untuk nglamar.

Jawaban dari lamaran pihak pria tidak langsung di jawab oleh pihak wanita, bila ternyata lamaran diterima beberapa hari kemudian pihak calon pengantin wanita mengirim utusan kepada pihak laki-laki untuk menyampaikan jawaban lamaran bahwa lamaran diterima.

(b) Peningset Peningset merupakan suatu proses setelah lamaran diterima berupa pembicaraan. Artinya dengan diserahkannya peningset tersebut masing- masing telah terikat untuk melaksanakan pembicaraan yang telah mereka setujui bersama, yaitu perkawinan. Peningset ditandai dengan penyerahan makanan berupa makanan (jadah, jenang, pisang dan makanan tambahan berupa kue-kue) dan cincin serta sebagai barang bawaan wajib adalah beberapa lembar kain, beberapa potong kain baju, prhiasan dan lain-lain. Makan yang berupa kue-kue di bagikan kepada tetangga, hal ini dimaksudkan sebagai pengumuman kepada para tetangga bahwa wanita yang bersangkutan telah diikat oleh seorang laki-laki yang baru saja memberi peningset untuk dijadikan istri. Pada waktu upacara pemberian peningset dilakukan pula ancer- ancer hari pelaksanaan perkawinan (gerthak dina). Untuk menentukan hari perkawinan biasanya dihitung berdasarkan weton kedua calon pengantin.

(c) Srasrahan Sebelum acara perkawinan dilaksanakan, maka sebagai awal acara adalah Srasrahan . Yang maksudnya adalah pihak pengantin laki-laki menyerahkan barang-barang dan uang sekedar membantu materi untuk penyelenggaraan pesta perkawinan di rumah pengantin perempuan. Denagan tujuan pada saat upacara perkawinan berlangsung, pihak laki-laki akan datang membawa beberapa orang pengantar bahkan terkadang lebih dari 50 orang tidak terlalu merepotkan pihak pengantin perempuan.

(d) Tarub Tarub adalah pemasangan tratag atau balai yang terbuat dari bambu di depan rumah yang dihiasi daun-daunan. Pemasangan tarub biasanya dilakukan 7 hari sebelum acara atau pesta dilaksanakan. Dalam pemasangan tarub dilaksanakan selamatan yang terdiri dari nasi asahan, nasi golong, dan jajan (d) Tarub Tarub adalah pemasangan tratag atau balai yang terbuat dari bambu di depan rumah yang dihiasi daun-daunan. Pemasangan tarub biasanya dilakukan 7 hari sebelum acara atau pesta dilaksanakan. Dalam pemasangan tarub dilaksanakan selamatan yang terdiri dari nasi asahan, nasi golong, dan jajan

(e) Siraman Sehari sebelum perkawinan dilangsungkan dilakukan upacara siraman, yaitu calon pengantin wanitanya dimandikan dengan tujuan agar calon pengantin wanitanya cantik seperti bidadari. Perlengkapan untuk melaksanakan upacara siraman diantaranya :

(1) Banyu Setaman (air yang dicampur dengan bunga setaman), tujuh macam tepung beras yang dicampur dengan mangir, pandan wangi serata kemuning sebagai alat penggosok.

(2) Dingklik (kursi) yang beralaskant ikar pandan baru, daun kara, daun kluwih, daun dadap serep, rumput alang-alang dan berbagaimacam kain (kain letrek, bangun tulak, jingga, sindur, dan mori putih)

(3) Sesaji yang diletakkan di dekat tempat untuk memandikan, isi sesaji tersebut antara lain ; jenang merah putih, jajan pasar, kembang boreh, clupak (lampu minyak tanah dengan ukuran kecil), kendi dan ayam hidup.

(4) Klenthing atau jun berisi air untuk wudhu calon pengantin setelah dimandikan. Adapun jalannya upacara siraman adalah sebagai berikut : sembilan orang (orang tua, saudara-saudara tua, pinisepuh yang lain) bergantian menyiram dengan menggunakan siwur yang terbuat dari tempurung kelapa bertangkai kuningan dan sembari membacakan do’a untuk calon pengantin wanita. Setelah bersih calon pengantin disuruh untuk wudhu dengan air dari klenthing, kemudian klenthing tersebut dipecahkan sambil berkata wis pecah pamore. Sebagai penutup upacara siraman dilakukan jual dawet yang penjualnya adalah kedua orang tua calon pengantin wanita dan yang membeli adalah para tamu yang hadir.

f) Membuat kembar mayang Kembar mayang digunakan untuk menebus calon pengantin di malam midodareni . Kembar mayang mempunyai bentuk tertentu, dan dibuat oleh orang yang cukup ahli. Maksud dibuatnya kembar mayang adalah untuk menggambarkan alam kehidupan di dunia yang akan ditempuh oleh pengantin berdua.

g) Midodareni Midodareni adalah malam sebelum berlangsungnya perkawinan dimana di rumah pengantin wanita diadakan tirakatan, yang bertujuan mengharap atangnya bidadari sekanthi kurang siji (seribu kurang satu) kurang satu dari seribu bidadari ini yang melengkapi adalah si pengantin wanita. Pada malam midodareni ini pula rombongan pengantin pria datang yang terdiri dari saudara dan handai taulan. Rombongan pengantin laki-laki diterima dan ditempatkan pada tempat tertentu yang disebut nyantri.

2) Pelaksanaan perkawinan Setelah upacara sebelum perkawinan terlaksana barulah keesokan harinya dilaksanakan perkawinan antara calon pengantin pria dan calon pengantin wanita. Dalam upacara perkawinan juga terdapat tata cara dan urutannya.

a) Ijab (nikah) Setelah semua siap upacara ijab dimulai dengan wali pengantin wanita meminta kepada penghulu agar mau menikahkan anaknya. Kemudian penghulu menerima dan menikahkan kedua calon pengantin yang di saksikan oleh sanak keluarga kedua belah pihak.

b) Paes penganten Paes adalah merias pengantin yang dilakukan sebelum panggih. Paes yang dilakukan yaitu pada tubuh pengantin baik wajah maupun badan. Setelah selesai didandani kedua pengantin mengenakan pakaian pengantin. Menurut adat jawa pakaian pengantin pria ada 3 jenis : basahan, kuncara, dan lengenkusuman atau lengen harjan. Untuk menyesuaikan pakaian pria pakaian yang di gunakan wanitanya adalah ; jika prianya mengenakan basahan maka wanitanya mengenakan kampuh seperti putri keraton, jika prianya mengenakan kuncaran b) Paes penganten Paes adalah merias pengantin yang dilakukan sebelum panggih. Paes yang dilakukan yaitu pada tubuh pengantin baik wajah maupun badan. Setelah selesai didandani kedua pengantin mengenakan pakaian pengantin. Menurut adat jawa pakaian pengantin pria ada 3 jenis : basahan, kuncara, dan lengenkusuman atau lengen harjan. Untuk menyesuaikan pakaian pria pakaian yang di gunakan wanitanya adalah ; jika prianya mengenakan basahan maka wanitanya mengenakan kampuh seperti putri keraton, jika prianya mengenakan kuncaran

c) Panggih Dalam panggih yang perlu dipersiapkan adalah : pengaron (jambangan yang berisi air setaman, telur ayam mentah yang diletakkan dalm cobek), pasangan kerbau , sindur dan sadak atau gulungan daun sirih. Jalannya upacara panggih :

(1) Dimulai dengan pengantin wanita yang telah di rias didudukan diatas pelaminan untuk menunggu pengantin pria, dengan ditemani dua orang patah. Pengantin pria yang telak diberi sadak keluar dari tempat peristirahatan dengan diiringi sanak keluarga dan handai taulan serta dua orang pembawa kembar mayang dan dua orang putri membawa cangkir berjalan didepannya. Kedua pengantin di pertemukan di depan pendapa dan pada saat bersamaan keduanya saling melempar sadak.

(2) Kemudian pengantin pria mengijak telur sedangkan pengantin wanitanya jongkok untuk mencuci kaki pengantin pria dengan air setaman yang terletak dalam pengaron.

(3) Setelah mencuci kaki pengantin laki-laki, pengantin wanita berdiri dengan dibantu oleh pengantin pria, lalu pebdiri bergandengan berkaitan jari kelingking naik keatas pasangan kerbau.

(4) Dari atas pasangan kerbau yang telah dido’akan oleh pujangga kedua pengantin turun dari pasangan berjalan pelan-pelan bergandengan berkaitan kelingking menuju pelaminan, dengan dikalungi sindur oleh ibu pengantin wanita.

(5) Kemudian kedua pengantin duduk di pelaminan dengan wanita disebelah kiri dan pria disebelah kanan.

d) Makan nasi walimahan (nasi dengan lauk pauk pindang antep), yang dilakukan dalam prosesi ini adalah kedua pengantin saling menyuapi nasi pindang dengan sendok sebanyak tiga kali. Prosesi ini dilakukan setelah acara panggih berlangsung dan kedua pengantin duduk dipelaminan.

e) Kacar kucur yang maksudnya pengantin pria berdiri didepan pengantin wanita, membawa klasa bangka yang berisi uang logam beberapa keping, biji kacang hijau, kedelai, jagung, kacang panjang dan lain-lain yang di tuangkan diatas pangkuan pengantin wanita yang sudah dialasi sindur. Setelah selesai isi dari sindur tersebut diserahkan kepada ibu pengantin wanita dan disimpan pada klemuk yang sudah berisi beras kuning dan lainnya yang dipergunakan untuk spasaran.

f) Pengantin wainta ngabekti kepada pengantin pria, yang maksudnya pengantin wanita sujud/sungkem kepada pengantin pria.

g) Panimbang yaitu kedua pengantin duduk diatas paha ayah pengantin wanita dengan posisi pengantin pria duduk pada paha kanan dan pengantin wanita duduk pada paha kiri. Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana keserasian antara kedua pengantin tersebut agar kedua pengantin tersebut sama diperlakukan dan tidak dibeda-bedakan.

h) Kedua pengantin ngabekti kepada orang tua pengantin baik orang tua pengantin pria maupun orang tua pengantin pria.

i) Setelah ngabekti selesai kedua pengantin dikirabkan untuk berganti pakaian, yaitu pengantin pria mengenakan pakaian kepangeranan dan pengantin wanitanya menyesuaikan sesuai dengan pasangan pakaian pria dengan warna yang sama.

j) Dan acara terakhir setelah kedua pengantin dikirabkan, kedua pengantin kembali kepelaminan denga diapit oleh kedua orang tua baik dari pihak pengantin pria maupun dari pihak pengantin wanita yang berarti tratak (berdiri didepan pendapa untuk menerima ucapan selamat dari para tamu yang hadir).

3) Upacara setelah perkawinan Ada dua acara setelah perkawinan dilaksanakan diantaranya : (a) Sungsuman. Yaitu keluarga pengantin wanita mengundang semua orang yang membantu terselenggaranya pesta perkawinan baik dari segi peralatan maupun tenaga atau jasa, untuk makakn jenang sunsum (jenang yang terbuat dari tepung beras dengan dituangi air gula/juruh). Maksud dari sunsuman ini agar kelelahan 3) Upacara setelah perkawinan Ada dua acara setelah perkawinan dilaksanakan diantaranya : (a) Sungsuman. Yaitu keluarga pengantin wanita mengundang semua orang yang membantu terselenggaranya pesta perkawinan baik dari segi peralatan maupun tenaga atau jasa, untuk makakn jenang sunsum (jenang yang terbuat dari tepung beras dengan dituangi air gula/juruh). Maksud dari sunsuman ini agar kelelahan