2.2. Kerangka konseptual
Kerangka konseptual menurut Erlina 2008:34 merupakan suatu model yang menjelaskan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor faktor penting yang
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka maka kerangka
konseptual dalam Penelitian ini dapat dilihat dari Gambar berikut ini:
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual
down payment tidak dibahas dalam skripsi ini
Surat Edaran Bank Indonesia No 1410 DPNP
Kebijakan Loan to Value Down Payment
LTV : Properti Perumahan Diatas Tipe 70 m
2
Maksimal Pembiayaan Oleh Bank 70 dari harga Jual
DP: Kendaraan Bermotor Minimal 30 dari Harga Jual
Permintaan Rumah Tipe 70 + Sebelum Kebijakan
Januari2012 – Mei 2012 Permintaan Rumah Tipe 70 + Sesudah
Kebijakan Juni 2012 – Desember 2012
Dampak Kebijakan
Universitas Sumatera Utara
Surat Edaran per tanggal 15 maret 2012 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tentang penerapan manajemen resiko bagi bank umum telah melahirkan satu
kebijakan Loan to value yang memberikan batasan yang jelas berapa besar batas minimal uang muka yang harus disediakan oleh peminat KPR untuk dapat
melakukan pembelian secara kredit. Kebijakan ini diyakini mempunyai dampak terhadap jumlah permintaan properti terkhusus bagi jenis atau tipe rumah diatas
70 m
2
. Skripsi ini akan mengukur dampak kebijakan Loan to value terhadap permintaan properti di kota Pematangsiantar.
2.3. Penelitian Terdahulu
Joshua Bangun Gunanta 2012 melakukan penelitian dengan judul “Dampak Aturan Pembatasan Loan to Value Terhadap Harga Saham Properti”. Joshua
dalam penelitiannya mengukur apakah ada pengaruh kebijakan Loan to value terhadap laba perusahaan yang kemudian akan berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan Loan to Value
yang ditetapkan melalui surat edaran Bank Indonesia No 1410DPNP berpengaruh terhadap perubahan saham perusahaan properti di Indonesia.
Mayoritas harga saham perusahaan sektor properti dan real estate mengalami penurunan harga dibandingkan dengan sebelum aturan pembatasan tersebut
efektif ditetapkan. Dwi Yulianti 2009 dalam penelitiannya berjudul “analisis pengaruh suku
bunga, inflasi, dan nilai tukar terhadap tingkat pengembalian saham sektor industri barang konsumsi dan sektor properti dan real estate” mencoba
Universitas Sumatera Utara
memperbandingkan sektor mana yang paling berpengaruh terhadap perubahan gejolak ekonomi yang terjadi di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa perubahan suku bunga, terjadinya inflasi, dan perubahan nilai tukar akan lebih mempengaruhi kinerja perusahaan sektor properti dan real estate
dibandingkan dengan perusahaan sektor konsumsi. Hal ini dikarenakan real estate masih dianggap masyarakat Indonesia pada umumnya sebagai barang sekunder
yang kepentingannya tidak harus segera diwujudkan. Sehingga dengan terjadinya Inflasi masyarakat akan lebih memilih mendahulukan konsumsi terutama barang
pokok. Tak chuen Wong, Tom Fong, Ka fai Li dan Henry Choi 2011 dalam
penelitiannya berjudul “Loan to value ratio as a macroprudential tool Hong Kong’s experience and cross-country evidence”
menggambarkan pengalaman Negara Hongkong dalam menerapkan kebijakan Loan to Value di negaranya.
Banyak pengamat meragukan kebijakan Loan to Value memang efektif digunakan sebagai alat mencegah terjadinya Bubble di sektor properti. Namun penelitian ini
menunjukkan dari pengalaman Hongkong melaksanakan kebijakan Loan to Value kebijakan ini memang cukup efektif mengatasi mengurangi risiko kredit di pasar
Properti.
2.4. Hipotesis