Tabel diatas menggambarkan hasil penjualan rumah tipe 70 + pengembang periode 2012. Dari data diatas dapat dilihat jelas hasil penjualan masing masing
pengembang perode tahun 2012 mulai dari bulan januari sampai desember 2012. Data tersebut juga menunjukkan rata rata per bulannya pengembang tersebut
mampu melakukan penjualan kepada konsumennya. Data diatas dibagi atas dua bagian besar yakni data penjualan pengembang sebelum kebijakan periode
Januari-Mei dan data penjualan sesudah kebijakan loan to value diberlakukan periode Juni-Desember. Dari rata rata hasil penjualan per bulan para
pengembang periode tahun 2012 nampak jelas bahwa setelah kebijakan loan to value ditetapkan terjadi penurunan persentase penjualan perumahan tipe 70 m
2
. Atau dapat dirangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.6. Perbandingan Hasil Penjualan Rumah Tipe 70 + Sebelum dan Sesudah Kebijakan di Kota Pematangsiantar
Nama Perusahaan Sebelum
Sesudah
Perumahan Karya Propertindo 1,2
0,7 Perumahan Meranti Permai
1,2 0,5
Perumahan Sumber Jaya Indah 1,8
1 Perumahan Setia Negara Indah
2,2 1,42
4.3.2. Uji beda uji komparatif data berpasangan
Adapun data yang digunakan dalam pengujian ini bukanlah berdasarkan angka kuantitas jumlah rumah yang terjual namun persentase
Universitas Sumatera Utara
jumlah yang terjual per bulannya oleh para pengembang. Adapun hasil dari uji beda ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7. Hasil Uji Beda komparatif I
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum
1.6000 4
.48990 .24495
Sesudah .9050
4 .40012
.20006
Berdasarkan tabel hasil estimasi diatas dapat disimpulkan bahwa:
- Rata rata hasil penjualan rumah tipe diatas 70m
2
oleh para pengembang di kota Pematangsiantar sebelum kebijakan periode Januari 2012- Mei 2012
adalah sebanyak 1,6 Rumah setiap bulannya - Rata rata hasil penjualan rumah tipe diatas 70 m
2
oleh para pengembang di kota Pematangsiantar pasca kebijakan loan to value diberlakukan periode
Juni 2012- Desember 2012 adalah sebanyak 0,90 Rumah setiap bulannya. - Artinya bahwa terjadi penurunan rata rata hasil penjualan pada masing
masing pengembang setelah kebijakan loan to value sebesar 1,6 – 0,90 Rumah = 0,7 Rumah per bulannya atau sebanyak 8,4 rumah pertahunnya
Tabel 4.8. Hasil Uji beda komparatif II
Paired Samples Correlations
N Correlation
Sig. Pair 1
Sebelum Sesudah 4
.973 .027
Universitas Sumatera Utara
- Dari hasil estimasi diatas dapat ditentukan bahwa angka korelasi kedua variabel adalah sebesar 0.973 dan nilai sig sebesar 0.027 artinya terdapat
hubungan yang kuat dan signifikan antara variabel penjualan sebelum kebijakan dan sesudah kebijakan.
Tabel 4.9. Hasil Uji Beda komparatif III
Dengan Hipotesis: H
: Rata rata penjualan properti adalah sama tidak ada perubahan H
1
: Rata rata penjualan adalah berbeda Ho diterima apabila nilai probabilitas 0,05
H
1
diterima apabila nilai probabilitas 0,05 Dari hasil estimasi diatas juga dapat dilihat bahwa:
- Besarnya nilai probabilitas sig 2-tailed adalah sebesar 0,002. Artinya 0,02 0,05. Sehingga Ho ditolak, H
1
diterima, artinya rata rata penjualan sebelum dan sesudah kebijakan loan to value adalah berbeda.
- Nilai Mean adalah sebesar 0.695. nilai mean ini juga bertanda positif artinya bahwa terjadi kecendrungan penurunan hasil penjualan
Paired Samples Test
Paired Differences
T Df
Sig. 2-
tailed Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95 Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Sebelum -
Sesudah .69500
.13699 .06850
.47702 .91298 10.147
3 .002
Universitas Sumatera Utara
permintaan properti setelah adanya kebijakan loan to value. Rata rata penurunannya adalah sebesar 0.695 Rumah tiap bulannya.
- Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya pembatasan Loan to value
memberi dampak yang negatif terhadap jumlah penjualan rumah tipe 70 m2 di kota Pematangsiantar.
4.4. Gambaran dan Pendapat Para Pengembang Mengenai