BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Perkembangan Ekonomi Kota Pematangsiantar
Salah satu indikator yang dapat dijadikan tolak ukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah melihat PDRB-nya. Pertumbuhan ekonomi yang
dimaksud adalah naiknya pendapatan riil perkapita yang berasal dari daerah itu sendiri. Kenaikan pendapatan riil perkapita ini merupakan salah satu efek positif
dari berhasilnya suatu pembangunan. Secara garis besar, PDRB di kota
Pematangsiantar dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.1. PDRB Kota Pematangsiantar dalam jutaan Rupiah
Tahun PDRB atas dasar harga Konstan 2000
Persen Pertumbuhan PDRB
2007 1.729.273,45
- 2008
1.828.251,13 5,72
2009 1.926.298,65
5,36 2010
2.038.924,45 5,84
2011 2161.591,25
6,01 Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007-2011
Melalui tabel diatas dapat dilihat bahwa jika dilihat dari jumlahnya PDRB kota Pematangsiantar mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan jika dilihat
dari segi persentase pertumbuhan PDRB itu sendiri, angka pertumbuhan PDRB di kota Pematangsiantar cukup stabil. Pertumbuhan ekonomi PDRB daerah akan
Universitas Sumatera Utara
mengindikasikan kestabilan ekonomi daerah tersebut. Persen pertumbuhan PDRB kota Pematangsiantar mempunyai tren yang meningkat dari tahun ke tahun. Jika
dilihat dari data terakhir, dari tahun 2010 hingga 2011 PDRB kota Pematangsiantar mengalami pertumbuhan sebesar 6,01 . Tabel PDRB diatas
akan menunjukkan bahwa kondisi perekonomian di kota Pematangsiatar masih cukup stabil.
Jika dilihat dari distribusi persentase PDRB menurut lapangan usahanya dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.2. PDRB Menurut Sektor Usaha di Kota Pematangsiantar Sektor Usaha
2007 2008
2009 2010
2011
Pertanian 3,20
3,01 2,87
2,72 2,55
Pertambangan dan Penggalian 0,03
0,02 0,02
0,02 0,02
Industri 26,76
25,46 23,92 22,23 26,10
Listrik, Gas, Air minum 1,66
1,55 1,48
1,40 1,34
Bangunan kontruksi 6,22
5,63 5,33
5,05 4,93
Perdagangan, Hotel dan Restoran 28,67
30,28 31,53 34,02 35,04
Pengangkutan dan Komunikasi 10,35
9,97 9,65
9,24 8,94
Bank dan Lembaga Keuangan 11,57
11,99 13,20 13,40 13,98
Jasa Jasa 12,15
12,08 12,00 11,91 12,10
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007-2011 Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor Perdagangan, hotel dan
restoran masih menjadi sektor andalan di kota Pematangsiantar. Sektor
Universitas Sumatera Utara
Perdagangan, hotel dan rastoran ini dari tahun 2007 hingga tahun 2011 tetap menjadi pemberi kontribusi yang terbesar bagi PDRB kota Pematangsiantar.
Selain itu, Persentase kontribusinya pun selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Sektor lain yang menjadi penyumbang terbesar dalam memberi
kontribusi bagi PDRB kota Pematangsiantar adalah sektor Industri dan selanjutnya sektor jasa.
Bila dilihat dari tabel diatas, sektor bangunan kontruksi masih kecil kontribusinya dalam PDRB kota Pematangsiantar. Sektor bangunan yang
dimaksud disini juga termasuk bangunan real estate oleh para pengembang. Jika dilihat dari tren setiap tahunnya. Sektor kontruksi justru mengalami penurunan
setiap tahunnya. Hal lain yang perlu dilihat dari perekonomian kota Pematangsiantar
adalah Inflasi yang terjadi di kota tersebut. Berikut ini adalah laju inflasi di kota Pematangsiantar diperbandingkan dengan kota Medan dan Nasional:
Tabel 4.3. Inflasi Kota Pematangsiantar Tahun
Pematangsiantar Medan
Nasional
2007 8,37
6,42 6,59
2008 10,16
10,63 11,06
2009 2,72
2,69 2,78
2010 9,68
7,65 6,96
2011 4,25
3,54 3,79
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007-2011
Universitas Sumatera Utara
Tabel diatas menunjukkan tingkat inflasi di daerah Pematangsiantar dibandingkan dengan inflasi di kota Medan dan tingkat Inflasi secara nasional.
Dari tabel diatas terlihat bahwa tingkat infalsi di kota Pematangsiantar selalu diatas rata rata inflasi secara nasional. Bahkan jika diperbandingkan dengan kota
Medan hanya di tahun 2008 saja inflasi di kota Pematangsiantar lebih kecil. Kaitannya antara tingkat Inflasi dengan permintaan properti, Menurut
penelitian Dwi Yulianti yang telah dibahas sebelumnya menunjukkan bahwa adanya inflasi akan sangat berpengaruh ke sektor properti dan perumahan. Hal ini
disebabkan oleh masyarakat yang masih menganggap properti sebagai kebutuhan sekunder yang masih bisa ditunda pemenuhannya.
4.2. Gambaran Umum Perkembangan Properti di Kota Pematangsiantar