2.1.3 Manfaat Cacing Tanah
Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa cacing tanah merupakan makrofauna tanah yang berperan penting sebagai penyelaras dan keberlangsungan
ekosistem yang sehat, baik bagi biota tanah lainnya maupun bagi hewan dan manusia. Aristoteles mengemukakan pentingnya cacing tanah dalam mereklamasi
tanah dan menyebutnya sebagai “usus bumi” intestines of the earth Hanafiah, dkk.2003.
Cacing tanah selama ini diketahui sebagai makhluk yang berguna untuk menyuburkan tanah dan makanan ternak. Cacing tanah memiliki manfaat yang
sangat besar, seperti di Korea selatan dan Taiwan cacing telah dikonsumsi oleh manusia untuk sumber protein hewani dan pengobatan tradisional, yang sangat di
kenal sebagai Negara yang banyak mengekspor cacing tanah Arlen,H.J, 1994. Kegunaan cacing tanah sebagai penghancur gumpalan darah fibrymolisis
telah di uji kebenarannya oleh Fredericq dan Krunkenberg pada tahun 1920. Selain itu, Mihara hisahi, peneliti asal Jepang, berhasil mengisolasi enzim pelarut
fibrin dalam cacing tanah yang bekerja sebagai enzim proteolitik. Enzim tersebut kemudian dinamai lumbrokinase karena berasal dari cacing lumbricus. Kemudian
enzim tersebut diproduksi secara komersial di Kanada sebagai obat stroke, mengobati penyumbatan pembuluh darah jantung ischemic dan tekanan darah
tinggi Di Australia pun dilaporkan ada masyarakat yang melahap cacing tanah mentah yang masih hidup karena dipercaya dapat menyegarkan badan
Khairulman dan Amri, 2009. Di RRC, Korea, Vietnam, dan banyak tempat lain di Asia Tenggara,
cacing tahah terutama dari spesies Lumbricus sp, bisa digunakan sebagai obat
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
sejak ribuan tahun yang lalu. Hasil penelitian terhadap cacing tanah menyebutkan bahwa senyawa aktifnya mampu melumpuhkan bakteri patogen, khususnya
Eschericia coli penyebab diare. Pengalaman nyata lain juga menyebutkan cacing tanah bermanfaat untuk menyembuhkan rematik, batu ginjal, dan cacar air. Di
beberapa negara Asia dan Afrika, cacing tanah yang telah dibersihkan dan dibelah kemudian dijemur hingga kering, lazim dijadikan makanan obat healing foods.
Biasanya kering disantap sebagai keripik cacing Anonim, 2008. Gumilar 1993 menyatakan bahwa di Jepang, Amerika Serikat dan Eropa,
cacing tanah selain diolah sebagai makanan, juga digunakan untuk pupuk tanaman, bahan pembuat kosmetika serta obat-obatan. Misalnya di Jepang cacing
tanah dimanfaatkan untuk produksi antidote penawar racun dan penurun demam.
Penelitian lainnya dilakukan di Universitas Diponegoro dan Institut Teknologi Bandung yang menguji sensitivitas Salmonella typhi terhadap ekstrak
cacing tanah secara in vitro. Hasil yang diperoleh menunjukkan ekstrak cacing tanah spesies Lumbricus rubellus dan Pheretima sp memberikan hasil yang
efektif dalam menurunkan jumlah koloni Salmonella typhi Jacinta dkk, 1991; Ratriyani, 2000.
2.2 Spesies Cacing Tanah yang Diteliti 2.2.1 Drawida sp.