Larutan Asam Sulfat 10 vv Larutan Natrium Hidroksida 1 N Kuning Titan 0,1 bv Larutan Ammonium Hidroksida 25 vv Larutan Dinatrium Hidrogen Fosfat 1 N Dinatrium hidrogen fosfat Penyiapan Sampel

3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Larutan Asam Nitrat 5 N Larutan asam nitrat 65 bv sebanyak 349 ml diencerkan dengan air suling hingga 1000 ml Ditjen POM, 1979.

3.4.2 Larutan Asam Sulfat 10 vv

Ditambahkan secara hati-hati 57 ml asam sulfat 98 bv ke dalam lebih kurang 100 ml air, dinginkan hingga suhu kamar dan encerkan dengan air hingga 1000 ml Ditjen POM,1995.

3.4.3 Larutan Natrium Hidroksida 1 N

Dilarutkan 4 gram natrium hidroksida dengan sejumlah akuades bebas CO 2 dan diencerkan dengan akuades sampai 100 ml Ditjen POM, 1979.

3.4.4 Kuning Titan 0,1 bv

Kuning titan 0,1 gram dilarutkan dalam 100 ml air suling. 3.4.5 Larutan Ammonium Oksalat 3,5 bv Larutan ammonium oksalat dibuat dengan cara melarutkan 3,5 gram ammonium oksalat dalam 100 ml air suling Ditjen POM, 1995.

3.4.6 Larutan Ammonium Hidroksida 25 vv

Ammonium hidroksida sebanyak 7,4 ml diencerkan dalam 100 ml air suling Ditjen POM, 1995.

3.4.7 Larutan Dinatrium Hidrogen Fosfat 1 N Dinatrium hidrogen fosfat

dibuat dengan cara melarutkan 12 gram dinatrium hidrogen fosfat dalam 100 ml air suling Ditjen POM, 1995. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 3.4.8 Larutan Ammonium Klorida 0,1 N Larutan ammonium klorida dibuat dengan cara melarutkan 3,15 gram ammonium klorida dalam 1000 ml air suling Ditjen POM, 1979. 3.5 Rancangan Penelitian 3.5.1 Sampel 3.5.1.1 Identifikasi Sampel Sampel diidentifikasi oleh Bagian Taksonomi dan Ekologi Hewan Fakultas MIPA Biologi Universitas Sumatera Utara, Medan. Hasil identifikasi spesies sampel yang akan dianalisis adalah: 1. Drawida sp 2. Megascolex sp 3. Pontoscolex corethrurus

3.5.1.2 Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu metode pengambilan sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang tidak terambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang diteliti Sudjana, 2002. Dari beberapa lokasi yang di survei, maka sampel diambil dari tanah tempat penumpukan sampah dan tanah pekarangan.

3.5.2 Penyiapan Sampel

Cacing segar jenis drawida sp, megascolex sp dan pontoscolex corethrurus dibersihkan dari kotoran dengan air mengalir hingga air cucian bersih dari pengotoran, kemudian dibilas dengan akuabides. Lalu cacing yang telah dicuci dikeringkan di oven pada suhu 100°C sampai cukup kering untuk dapat digerus, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara lalu dihaluskan dalam lumpang sampai homogen. Diperoleh bubuk cacing drawida sp, megascolex sp dan pontoscolex corethrurus. 3.5.3 Prosedur Destruksi Basah dan Pembuatan Larutan Sampel Timbang ± 1 gram bubuk cacing, tambahkan 5 ml asam nitrat 65 bv lalu didiamkan selama 24 jam, kemudian sampel dipanaskan di atas hotplate pada temperatur sekitar 100 °C sampai mengering. Tambahkan asam nitrat 65 bv sebanyak 7 ml hingga larutan berwarna kuning jernih. Kemudian dipindahkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan volumenya ditepatkan sampai garis tanda dengan akuabides, lalu disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, filtrat pertama dibuang sebanyak 2 ml untuk menjenuhkan kertas saring. Kemudian filtrat selanjutnya ditampung dalam botol dan digunakan sebagai larutan sampel. Larutan ini digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif dengan spektrofotometer serapan atom Haswell, 1991. 3.6 Pemeriksaan Kualitatif 3.6.1 Pemeriksaan Kualitatif untuk Kalsium 3.6.1.1 Uji Kristal Kalsium dengan Asam Sulfat