Ruang Kota di Kawasan Pusat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ruang Kota di Kawasan Pusat

Pusat kota merupakan tempat pertemuan semua unsur masyarakat, yang banyak mengundang segala macam aktifitas. Menurut Ir. Triarso dalam salah satu jurnalnya mengemukakan bahwa problem utama yang dihadapi suatu pusat kota adalah kesibukan yang berlebihan, banyaknya bangunan dan lalu lintas yang masuk pada area yang terbatas. Problem ruangnya adalah penyediaan floor space dan ruang untuk kendaraan jalan, tempat parkir, pedestrian, pemberhentian bus, dan sebagainya. Kawasan pusat kota adalah kawasan yang mengakomodir volume pejalan kaki yang lebih besar dibanding kawasan pemukiman. Ruang pejalan kaki di area ini dapat berfungsi untuk berbagai tujuan yang beragam. Tipe –tipe karakter jalan menguraikan tidak hanya parameter dasar dari jalan seperti jalur pejalan kaki dan jalur kendaraan bermotor, tetapi juga hubungan antara jalan dengan bangunan-bangunan dan detail- detail penting lainnya seperti pengaturan parkir, tumbuh-tumbuhan dan penerangan jalan. Pada skala kota, ruang publik dapat berupa jalur sirkulasi yang mewadahi pergerakan orang atau berupa taman-taman kota yang sifatnya sangat publik. Pada dasarnya orang-orang melakukan aktifitas pada ruang publik ini adalah untuk Universitas Sumatera Utara berinteraksi satu sama lain walaupun pertemuan diantara mereka yang sifatnya insidental. Shirvani 1985 mengemukakan bahwa ruang kota, baik berupa lapangan maupun koridorjaringan, merupakan salah satu elemen rancang kota yang sangat penting dalam pengendalian kualitas lingkungan ekologis dan sosial. Ruang publik kota pada hakekatnya adalah ruang yang dapat dimasuki dan digunakan oleh siapa saja tanpa ada syarat untuk memasukinya. Sebagai wilayah milik publik, ruang publik kota akan digunakan oleh seluruh warga kota secara “bebas” dan “adil” tanpa membedakan satu warga dengan warga yang lainnya. 2.1.1 Ruang kota yang akrab, aman, dan nyaman Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Carr 1992 menyatakan bahwa salah satu hal yang dibutuhkan manusia di dalam ruang publik adalah kenyamanan comfort secara fisik maupun mental, misalnya dimana orang semakin sadar akan bahaya dari dampak sinar matahari secara langsung, penyediaan tempat yang teduh menjadi suatu hal yang penting. Kenyamanan dapat dipergunakan sebagai salah satu indikator rentang waktu keberadaan seseorang pada suatu tempat. Untuk mencapai tujuan kenyamanan ini terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu keamanan security dan keselamatan safety. Suatu hal yang sangat tragis dimana justru kepentingan aktifitas manusia di jalan sebagai ruang kota tidak diperhatikan seperti: kenyamanan, keamanan, kesehatan pejalan kaki, demikian dikatakan Jacobs 1961. Dapat dikatakan juga Universitas Sumatera Utara kota yang bersahabat adalah “City for all” atau kota untuk semua: miskin–kaya, tua–muda, sehat–sakit, mampu–cacat, dll. Sebagai kebalikannya kota yang tidak bersahabat adalah kota yang secara langsung maupun tidak langsung meminggirkan manusianya, kota telah berubah menjadi sebuah mesin besar yang merongrong kenyamanan, kemakmuran, kesehatan dan keamanan manusia. Sucher 1995 mengatakan “Manusia adalah alat ukur dari dunia, sehingga kenyamanan manusia adalah ukuran keberhasilan sebuah kota”. Ruang kota yang bersahabat harus ditujukan bagi representasi kepentingan masyarakat kota sehari-hari dimana sebagai sebuah ruang kota, ruang - ruang yang dinamis diisi dengan kelengkapan bagi kegiatan rutin kehidupan, kelengkapan untuk bergerak, kelengkapan tempat untuk berkomunikasi dan lahan untuk tempat bermain dan berekreasi. Makna kota yang akrab friendly city dibentuk melalui spirit of place dari karakter yang menonjol, melalui kualitas-kualitas yang melingkupinya dan aktivitas yang berlangsung di dalamnya serta mempunyai fungsi yang akomodatif sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya yang divisualisasikan melalui nilai-nilai arsitektural. Sebuah ruang kota yang akrab juga merupakan tampat bernaung bagi pejalan kaki, tempat duduk untuk bersantai, patung, pahatan, air mancur, tempat bermain anak-anak, tempat makan di ruang terbuka, paving dan pengaruh sinar lampu di malam hari yang menarik. Dari bahan ajar pada program Magister Teknik Arsitektur USU mengenai Sustainable City dan Friendly City dikatakan bahwa penciptaan suatu ruang kota Universitas Sumatera Utara yang akrab sebagai sebuah pendekatan perencanaan suatu kawasan di pusat kota yang luas harus memiliki dasar-dasar yang digunakan dalam teori merencana suatu kawasan pusat kota, yaitu: a. Mengakomodasikan kegiatanfungsi campuran multi-use merupakan dasar suatu perencanaan kawasan pusat kota yang vital dan optimal, sesuai dengan prinsip-prinsip perencanaannya. Kegiatanfungsi campuran yang diakomodasikan dalam sebuah kawasan multi-use dengan fungsi dan jenis fungsi publik yang masuk dalam lingkup fasilitas publik, transportasi publik, tempat rekreasi umum. b. Upaya mengakomodasikan kegiatan masyarakat dalam suatu “wadah” yang responsif, demokratis dan bermakna melalui upaya pengintegrasian antara bangunan-bangunan dan ruang kota yang memiliki hubungan pembentukan yang timbal balik dalam pengertian ruang terbuka dibentuk oleh bangunan dan sebaliknya bangunan dibentuk oleh ruang terbuka, bukan salah satu merupakan bagian yang diutamakan c. Pembangunan yang baru harus mengenali konteks kota lama yang tercermin melalui struktur dan konstruksi kotanya d. Tujuan utama dari pembentukan ruang publik adalah menjadikan ruang kota sebagai ruang kota akrab yang hidup live able. Ruang kota ini tidak hanya meliputi ruang luar seperti parkplaza tetapi juga bangunan dan ruang-ruang di dalamnya yang diperuntukkan bagi publik Universitas Sumatera Utara e. Sistem transportasi harus rasional dan jalan harus dapat mengakomodasikan berbagai masam bentuk transit dan meningkatkan kegiatan pedestrian serta pergerakannya f. Ruang kota harus bervariasi dan dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan yang terkait di sekitarnya: perumahan, perbelanjaan, pedagang eceran, masyarakat dan seterusnya. g. Masyarakat harus ikut berperan sertadiikut sertakan dalam membentuk ruang-ruang kota

2.2 Pejalan kaki