Analisa kenyamanan, kenikmatan dan keindahan jalur pejalan kaki

Gambar 5.18 Lampu Penerangan Cukup Memadai dan Menarik

5.2 Analisa kenyamanan, kenikmatan dan keindahan jalur pejalan kaki

Kenyamanan dapat diartikan bahwa mudah dilalui dari berbagai tempat dengan adanya pelindung dari cuaca yang buruk, tempat istiahat sementara, terhindar dari hambatan oleh karena ruang yang sempit serta permukaan yang harus nyaman dipergunakan oleh siapa saja termasuk juga penyandang cacat. Sedangkan kenikmatan diindikasikan melalui jarak lebar trotoar, lansekap yang menarik serta kedekatan dengan fasilitas yang dibutuhkan. Aspek keindahan berkaitan dengan trotoar dan lingkungan sekitarnya. Moughtin 2003 mengemukakan bahwa pergeseran fungsi trotoar jelas membuat ketidak nyamanan para pejalan kaki. Secara umum untuk hasil observasi terkait dengan analisa kenyamanan, kenikmatan, dan keindahan jalur pejalan kaki bisa dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Analisa kenyamanan, kenikmatan dan keindahan Ada Tidak Ada Memadai Tidak Memadai Terawat Tidak Terawat Tingkat Pelayanan Jalur Lebar Jalur ● Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2 Lanjutan Ada Tidak Ada Memadai Tidak Memadai Terawat Tidak Terawat Jalur Hijau ● ● Tempat Duduk ● Tempat Sampah ● ● Halte Bus ● ● Telepon Umum ● ● Sumber: Hasil observasi peneliti Dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada 100 orang responden diperoleh hasil bahwa 67 67 orang menyatakan tidak nyaman berjalan di jalur pejalan kaki di koridor penelitian sedangkan 33 33 orang menyatakan nyaman. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5.19. Gambar 5.19 Diagram tingkat kenyamanan Sedangkan Rubenstein 1987 mengemukakan tingkat pelayanan jalur pejalan kaki juga mempengaruhi kenyamanan. Salah satu indikator untuk dapat menciptakan keindahan pada jalur pejalan kaki adalah dengan merencanakan fasilitas sarana ruang Universitas Sumatera Utara pejalan kaki yang menarik. Fasilitas sarana jalur pejalan kaki yang dapat dibuat menarik antara lain jalur hijau, tempat duduk, tempat sampah, halte bus dan telepon umum. 5.2.1 Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki Level of Service Menurut Rubenstein 1987, dalam usaha untuk menciptakan rasa aman dan nyaman pada jalur pejalan kaki salah satunya bisa dengan dengan melihat dari tingkat pelayanan Level of Service jalur pejalan kaki tersebut. Dimana Rubenstein mengelompokkan tingkat pelayanan tersebut ke dalam tabel 5.3. Tabel 5.3 Tingkat pelayanan pejalan kaki Ft2 orang Konversi ke m2 orang Arus rata-rata pejalan kaki Kecepatan dan papasan 35 3,15 m2 7 - Bebas memilih kecepatan - Dapat bebas berpapasan - Tidak ada beban maksimum 25 -35 2,25 m2 – 3,15 m2 7 – 10 - Kecepatan berjalan normal - Dapat berpapasan satu sama lain - Tidak ada beban maksimum 15 - 25 1,35 m2 – 2,25 m2 10 - 15 - Berjalan kaki sedikit terbatas - Tidak dapat berpapasan dengan bebas 10 - 15 0,90 m2 – 1,35 m2 15 - 20 - Secara umum kecepatan berjalan kaki terbatas - Sulit berpapasan Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3 Lanjutan Ft2 orang Konversi ke m2 orang Arus rata-rata pejalan kaki Kecepatan dan papasan 5 0,45 m2 25 - Sangat terbatas - Seringkali kontak sesama pejalan yang tidak dapat dihindari dan tidak dapat berpapasan Sumber : Harvey Rubenstein, A Guide to Site and Environtmental Planning 1987 Gambar 5.20 Peta segment pertama Gambar 5.21 Potongan A Pada segment pertama, lebar jalur pejalan kaki di sisi kanan ujung jalan Balai Kota depan Kantor Pos Besar sekitar empat meter, tingkat pelayanannya termasuk dalam kategori tidak ada beban maksimum sehingga sangat nyaman untuk A Universitas Sumatera Utara digunakan, tetapi lebar jalur itu terus mengecil sampai di ujung jalan Putri Hijau simpang Guru Patimpus. Sehingga diujung koridor lebar jalur pejalan kakinya tidak nyaman untuk digunakan karena bersinggungan ketika orang berjalan berpapasan. Sedangkan di sisi kiri koridor lebar jalur pejalan kakinya satu setengah meter, tingkat pelayanannya termasuk dalam kategori tidak dapat berpapasan secara bebas tetapi masih nyaman untuk digunakan. Lebar jalurnya stabil sampai di ujung jalan Putri Hijau simpang Guru Patimpus. Untuk potongan jalan dapat dilihat pada gambar 5.20 dan 5.21. Gambar 5.22 Peta segment kedua Gambar 5.23 Potongan B B Universitas Sumatera Utara Pada segment kedua lebar jalur pejalan kaki di sisi kanan koridor lebih dari lima meter karena langsung berbatasan dengan lapangan Merdeka. Dengan lebar yang lebih dari lima meter, kondisi jalur pejalan kaki tersebut sudah sangat nyaman untuk dilalui. Sedangkan di sisi kiri koridor lebar jalur pejalan kakinya 2,90 meter, sehingga dalam kategori dapat berpapasan secara bebas tanpa adanya beban maksimum. Untuk potongan jalan dapat dilihat pada gambar 5.22 dan 5.23. Gambar 5.24 Peta segment ketiga Gambar 5.25 Potongan C Pada segment ketiga yaitu koridor jalan Ahmad Yani, lebar jalur pejalan kaki rata-rata 2,40 meter–2,60 meter pada sisi kiri maupun kanan jalan. Sehingga jalur pejalan kaki ini termasuk dalam kategori bebas berpapasan tanpa adanya beban maksimum, hanya saja karena jalur pejalan kakinya sebagian besar digunakan untuk C Universitas Sumatera Utara berdagang dan parkir maka lebar bersih rata-rata jalur pejalan kaki yang bisa untuk berjalan adalah 1,00 meter–1,50 meter sehingga masuk ke dalam kategori tidak dapat berpapasan dengan bebas. Untuk potongan jalan dapat dilihat pada gambar 5.24 dan 5.25. Secara umum dari hasil analisa dari segment pertama hingga segment ketiga, tingkat pelayanan jalur pejalan kaki nya termasuk dalam kategori jalur dengan kecepatan berjalan kaki terbatas dan sulit bersinggungan. Untuk itu perlu untuk memperlebar jalur pejalan kaki sehingga bisa dilalui dengan nyaman tanpa harus bersinggungan dengan sesama pejalan kaki. 5.2.2 Pergeseran fungsi jalur pejalan kaki Moughtin 2003 mengemukakan bahwa pergeseran fungsi trotoar jelas membuat ketidak nyamanan para pejalan kaki. Mereka tidak bisa lagi tenang berjalan sambil menikmati keramaian kota, mereka harus berhati-hati dan tetap waspada, jangan sampai terserempet kendaraan yang berlalu lalang. Pada lokasi koridor kawasan tersebut terjadi kesenjangan, pergeseran pemanfaatan fungsi trotoar sebagai fasilitas pejalan kaki yang diharapkan sebagai sarana sirkulasi sesuai dengan fungsinya, dalam waktu tertentu mengalami pergeseran fungsi sebagai ruang berjualan hal ini dipersepsikan berbeda oleh pedagang kaki lima, sehingga jalur pejalan kaki mempunyai fungsi ganda. Untuk melihat jalur pejalan kaki yang memiliki fungsi ganda dapat dilihat pada gambar 5.26. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.26 Pemetaan fungsi jalur pejalan kaki Gambar 5.27 Kondisi fungsi pejalan kaki pada segment pertama Universitas Sumatera Utara Pada segment pertama jalur pejalan kaki ada yang murni sebagai jalur pejalan kaki, sebagai tempat berjualan dan juga sebagai tempat parkir kendaraan bermotor dapat, hal ini dapat dilihat pada gambar 5.27. Begitu juga fungsi jalur pejalan kaki di segment kedua seperti yang terlihat pada gambar 5.28. Gambar 5.28 Kondisi fungsi jalur pejalan kaki pada segment kedua Pada sisi kiri koridor jalan Ahmad Yani, jalur pejalan kaki banyak mengalami pergeseran fungsi selain sebagai jalur pejalan kaki juga berfungsi sebagai tempat parkir dan tempat pajangan barang dagangan seperti yang terlihat pada gambar 5.29. Pada sisi kanan juga mengalami pergeseran fungsi selain sebagai jalur pejalan kaki juga berfungsi sebagai tempat parkir, tempat pedagang kaki lima dan tempat pajangan barang dagangan. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.29 Kondisi fungsi jalur pejalan kaki pada segment ketiga 5.2.3 Jalur hijau Jalur hijau merupakan salah satu fasilitas jalur pejalan kaki yang dapat memberikan rasa nyaman dan keindahan jika di desain dengan menarik. Menurut Hamid 1985, salah satu hal yang dapat membuat jalur pejalan kaki dikatakan baik adalah mampu menyajikan kualitas udara yang baik. Dalam hal untuk menciptakan kualitas udara yang baik adalah dengan menanam pepohonan yang rindang di sepanjang jalur pejalan kaki. Jacobs 1995 mengemukakan selain menghasilkan Universitas Sumatera Utara oksigen dan peneduh untuk memberikan kenyamanan, pohon juga dapat sebagai pembatas dan pengaman safety barrier. Jarak antar pohon yang baik adalah 15 kaki sampai 25 kaki, pada tikungan corner berjarak 40 atau 50 kaki. Secara keseluruhan peletakan jalur hijau dapat dilihat pada gambar peta 5.30. Gambar 5.30 Peletakan jalur hijau di koridor penelitian Pada segment pertama jalur hijau di sisi kiri koridor berupa rerumputan dan beberapa buah pohon seperti terlihat pada gambar 5.31. Jalur hijau di salah satu sisinya sebagai pembatas antara jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan bermotor. Gambar 5.31 Kondisi jalur hijau pada segment pertama Universitas Sumatera Utara Sedangkan pada sisi lainnya, jalur hijau sebagian berupa tanaman rumput dan pepohonan, sebagian lagi berupa pot-pot yang berisi tanaman. Sedangkan pada ujung koridor tidak memiliki jalur hijau khusus. Pada segment kedua, di sisi kiri jalur hijau berupa pepohonan yang telah berumur ratusan tahun seperti terlihat pada gambar 5.32. Sehingga dilestarikan sampai sekarang. Pohon-pohon ini sebagai peneduh bagi restorant-restorant yang ada di Merdeka Walk, selain itu sebagai pembatas antara parkir dengan jalur pejalan kaki yang sekaligus area restoran-restoran. Gambar 5.32 Suasana jalur hijau di segment kedua Sedangkan di sisi kanan koridor jalur hijau nyaris tidak ada. Pohon-pohon yang ada terletak di jalur pejalan kaki. Selain itu ada juga pot-pot bunga yang diletakkan di jalur pejalan kaki. Di ujung koridor tidak ada jalur hijau karena jalur pejalan kakinya dinaungi oleh arkade. Universitas Sumatera Utara Pada segment ketiga tidak ada jalur hijau khusus. Tanaman-tanaman di letakkan di dalam pot-pot yang menjadi pembatas antara jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan seperti terlihat pada gambar 5.33. Gambar 5.33 Suasana jalur hijau di segment ketiga Secara umum jalur hijau pada koridor ini masih sangat kurang, kecuali segment dua bersebelahan dengan lapangan Merdeka. Pemerintah Kota tidak menyediakan jalur hijau khusus yang ditanami oleh pepohonan yang dapat Universitas Sumatera Utara berfungsi sebagai peneduh dan pembatas karena jalur hijau yang ada hanya berupa jalur dengan lebar 60 cm dan ditanami oleh pepohonan yang tidak rindang. Selain itu ada juga jalur hijau berupa pot-pot bunga yang disediakan oleh pemilik bangunan. Hasil kuesioner kepada pejalan kaki 67 67 orang menyatakan bahwa jalur hijau yang ada belum memadai. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5.34. Dari hasil analisa dan kuesioner dapat disimpulkan jika berjalan pada siang hari, akan terasa panas dan terik jika berjalan di koridor tersebut karena kurangnya pepohonan yang teduh. Gambar 5.34 Diagram kebutuhan jalur hijau 5.2.4 Tempat duduk Salah satu fasilitas sarana pejalan kaki yang dapat menciptakan rasa nyaman sekaligus menciptakan keindahan pada jalur pejalan kaki adalah tempat duduk. Menurut Allan Jacob jalur pejalan kaki juga memiliki fungsi yang bersifat rekreatif sehingga diperlukan bangku-bangku untuk tempat berhenti beristirahat. Hal ini sama dengan apa yang dikemukakan oleh Utermann 1984 bahwa jika dilihat dari Universitas Sumatera Utara fungsinya, jalur pejalan kaki yang bersifat rekreatif maka diperlukan bangku- bangku tempat pemberhentian untuk beristirahat. Sedangkan Burton 2006 mengemukakan bahwa tempat duduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam membuat suatu jalan terasa nyaman dan mudah digunakan oleh semua lapisan masyarakat baik tua maupun muda dan masyarakat dengan keterbatasan fisik. Burton juga mengakatakan bahwa tempat duduk kayu lebih diminati karena terasa hangat dan lebih nyaman jika diduduki dibandingkan dengan bahan besi ataupun beton. Lebar tempat duduk yang direkomendasikan adalah 420 mm sampai 440 mm dan tinggi 470 mm sampai dengan 480 mm. Sedangkan peletakannya setiap 100 m sampai dengan 125 m. Tetapi di sepanjang koridor lokasi penelitian tidak terdapat tempat duduk tersebut, padahal lokasi penelitian merupakan kawasan komersil dan wisata. Khususnya di segment ketiga koridor jl. Ahmad Yani yang merupakan kawasan wisata sejarah karena masih banyak bangunan-bangunan tua yang berdiri di sepanjang koridor. Dari hasil kuesioner pejalan kaki sebagian besar menyatakan fasilitas tempat duduk kurang memadai dan kurang menarik sehingga jika berjalan di koridor ini tidak ada lokasi untuk beristirahat ataupun untuk menikmati keindahan bangunan- bangunan tua bersejarah yang ada khususnya pada segment ketiga. Hasil kuesioner dapat dilihat pada gambar 5.35 dan 5.36. Direkomendasikan untuk membuat tempat-tempat duduk yang menarik yang dapat digunakan oleh pejalan kaki. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.35 Diagram kebutuhan tempat duduk Gambar 5.36 Diagram Keindahan Tempat Duduk 5.2.5 Tempat sampah Tempat sampah sebagai salah satu dari fasilitas sarana pejalan kaki selain dapat menciptakan kebersihan juga dapat menciptakan keindahan jika di desain dengan menarik. Di sepanjang koridor di lokasi penelitian terdapat beberapa tempat sampah tetapi tidak di desain menarik, selain itu peletakannya tidak direncanakan Universitas Sumatera Utara dengan baik tidak mengikuti kebutuhan. Posisinya terkadang menghalangi pejalan kaki berlalu lalang. Tempat sampah tersebut ada yang disediakan pemerintah ada juga yang disediakan oleh pemilik gedung atau pemilik bangunan itu sendiri. Untuk kondisi dan situasi tempat sampah yang ada di segment pertama dapat dilihat pada gambar 5.37, pada segment kedua dilihat pada gambar 5.38 dan pada segment ketiga terlihat pada gambar 5.39. Gambar 5.37 Situasi tempat sampah pada segment pertama Universitas Sumatera Utara Gambar 5.38 Situasi tempat sampah pada segment kedua Gambar 5.39 Situai tempat sampah pada segment ketiga Universitas Sumatera Utara Dari hasil kuesioner pejalan kaki 78 78 orang menyatakan bahwa tempat sampah yang ada masih belum memadai, dan 67 67 orang menyatakan tempat sampah yang ada belum terlihat menarik sehingga tidak menimbulkan kesan yang indah. Hasil kuesioner ini dapat dilihat pada gambar 5.40 dan 5.41. Direkomendasikan untuk menambah tempat sampah dan memperhatikan peletakkannya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan selain itu tempat sampah yang ada lebih baik jika didesain dengan menarik untuk meningkatkan citra kawasan yang indah. Gambar 5.40 Diagram kebutuhan tempat sampah Gambar 5.41 Diagram keindahan tempat sampah Universitas Sumatera Utara 5.2.6 Halte Bus Di sepanjang koridor lokasi penelitian hanya memiliki satu buah halte bus yaitu di segment pertama seperti terlihat pada gambar 5.42. Burton 2006 mengemukakan bahwa halte bus lebih baik terbuka dengan sisi transparan atau jendela yang besar. Memiliki dimensi yang luas, tempat duduk dengan material anti slip yang tidak terkontaminasi udara panas maupun dingin. Tetapi halte bus tersebut bukan hanya difungsikan sebagai tempat menunggu angkutan umum atau bus tetapi sebagai tempat berjualan pedagang kaki lima. Hal ini telah membuat halte bus tersebut tidak memiliki keindahan lagi dan tidak menarik. Sehingga tidak banyak masyarakat yang menggunakan halte bus tersebut. Gambar 5.42 Situasi halte bus di lokasi penelitian Universitas Sumatera Utara Sedangkan dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada 100 orang responden diperoleh hasil 67 67 orang menyatakan kurang memadai dan 56 56 orang menyatakan halte bus yang ada kurang menarik. Hasil kuesioner dapat dilihat pada gambar 5.43 dan 5.44. Dari hasil kuesioner dan observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa fasilitas halte bus yang ada kurang memadai dan tidak menarik dari segi desainnya sehingga direkomendasikan untuk penambahan dan peletakan halte bus disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Gambar 5.43 Kebutuhan halte bus Gambar 5.44 Diagram keindahan halte bus Universitas Sumatera Utara 5.2.7 Telepon umum Di sepanjang koridor lokasi penelitian secara keseluruhan hanya memiliki dua buah boks telepon umum yaitu pada segment pertama seperti terlihat pada gambar 5.45. Burton 2006 mengemukakan bahwa fasilitas telepon umum sebaiknya terbuka ataupun pintu yang mudah dibuka tutup dan mudah dipergunakan oleh semua kalangan termasuk masyarakat dengan keterbatasan. Gambar 5.45 Kondisi telepon umum di lokasi penelitian Dari hasil kajian diketahui bahwa telepon umum merupakan salah satu fasilitas sarana pejalan kaki yang dapat menciptakan keindahan dan juga dibutuhkan oleh pejalan kaki sebagai sarana telekomunikasi darurat. Hasil kuesioner kepada para pejalan kaki didapat 94 94 orang menyatakan bahwa fasilitas telepon umum masih kurang memadai. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5.46. Universitas Sumatera Utara Penyebab minimnya fasilitas telepon umum kemungkinan dikarenakan masyarakat memandang tidak perlu adanya fasilitas tersebut dimana sebagaian besar masyarakat telah banyak yang menggunakan telepon genggam. Sehingga direkomendasikan perlu adanya penambahan telepon umum disesuaikan dengan fasilitas yang ada. Gambar 5.46 Diagram kebutuhan telepon umum Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI