Analisa Keselamatan dan Keamanan Jalur Pejalan Kaki

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab Hasil dan Pembahasan akan dikemukakan hasil–hasil yang telah di dapat dari penelitian yang kemudian di analisa untuk menjadi rekomendasi terhadap hasil penelitian.

5.1 Analisa Keselamatan dan Keamanan Jalur Pejalan Kaki

Pemilihan bahan material untuk jalur pejalan kaki perlu direncanakan dengan baik agar tidak mengganggu pejalan kaki dan aman untuk digunakan. Selain itu untuk menciptakan keselamatan dan keamanan pada jalur pejalan kaki salah satunya bisa dilihat dari drainase, pagar pengaman, markaperambuan dan penyeberangan serta marka untuk penyeberangan serta lampu penerangan. Untuk analisa keselamatan dan keamanan jalur pejalan kaki secara keseluruhan dapat dilihat dari tabel 5.1. Tabel 5.1 Analisa keselamatan dan keamanan jalur pejalan kaki Ada Tidak Ada Memadai Tidak Memadai Terawat Tidak Terawat Material Jalur Pejalan Kaki ● ● Drainase ● ● ● Pagar Pengaman ● Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1 Lanjutan Ada Tidak Ada Memadai Tidak Memadai Terawat Tidak Terawat MarkaPerambuan ● ● PenyeberanganMarka Untuk Perambuan ● ● ● Lampu Penerangan ● ● ● Sumber : Hasil observasi peneliti Dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada 100 orang responden mengenai tingkat keamanan diperoleh hasil bahwa 56 56 orang menyatakan tidak aman sedangkan 44 44 orang menyatakan aman. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5.1. Sedangkan untuk tingkat keamanan pada malam hari 67 67 orang menyatakan tidak aman jika berjalan pada malam hari sedangkan 33 33 orang menyatakan aman. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5.2. Gambar 5.1 Tingkat keamanan Universitas Sumatera Utara Gambar 5.2 Tingkat keamanan pada malam hari 5.1.1 Material Jalur Pejalan Kaki Menurut teori dalam buku Manual for The Street disebutkan bahwa material permukaan yang digunakan dalam jalur pejalan kaki harus bebas sandungan dan rata. Material yang tidak rata tidak disukai oleh pejalan kaki. Untuk kondisi material secara umum bisa dilihat pada gambar 5.3. Gambar 5.3 Peletakan kondisi material pada koridor penelitian Universitas Sumatera Utara Pada segment pertama yaitu koridor jl. Putri Hijau–Balai Kota, jalur pejalan kaki semuanya terbuat dari paving blok. Tetapi kondisi paving bloknya sudah banyak yang rusak dan bergelombang sehingga tidak nyaman untuk dilalui. Jacobs 1995 mengemukakan bahwa pemakaian material yang relatif mudah untuk dirawat agar jalan tetap bersih, lancar dan tidak berlubang. Untuk situasi dan kondisi material pejalan kaki pada segment pertama dapat dilihat pada gambar 5.4. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah menggunakan conblok ataupun keramik anti slip, tetapi harus dipelihara agar tidak rusak yang menghalangi pejalan kaki. Gambar 5.4 Kondisi dan situasi material jalur pejalan kaki pada segment pertama Universitas Sumatera Utara Gambar 5.5 Kondisi dan situasi material jalur pejalan kaki pada segment kedua Material jalur pejalan kaki pada segmen kedua yaitu koridor jalan Balai Kota- Pulau Pinang, ada dua macam. Pada sisi kiri koridor yaitu di pinggir lapangan Merdeka di dominasi oleh keramik anti slip karena jalur pejalan kaki di bagian ini juga dipergunakan sebagai daerah komersil yaitu tempat nongkrong dan cafe-café. Universitas Sumatera Utara Sedangkan di sisi kanan berbatasan dengan perkantoran, jalur pejalan kakinya terbuat dari paving blok yang sebagian kecil sudah rusak dan beton cor. Untuk situasi dan kondisi material jalur pejalan kaki pada segment kedua dapat dilihat pada gambar 5.5. Gambar 5.6 Kondisi dan situasi material jalur pejalan kaki pada segment ketiga Sedangkan pada segment ketiga yaitu koridor jalan Ahmad Yani Kesawan, sebagian besar jalur pejalan kakinya terbuat dari keramik yang anti slip terlihat pada gambar 5.6 dan sebagian kecil conblok. Dengan material keramik anti slip jalur pejalan kaki terasa nyaman untuk dilalui. Selain itu kondisi materialnya sebagian besar terawat dengan baik. Universitas Sumatera Utara 5.1.2 Drainase Drainase direncanakan untuk menampung buangan air kotor dari bangunan- bangunan yang ada di sepanjang koridor. Mengingat bangunan-bangunan yang ada disepanjang koridor sebagian merupakan bangunan publik maka perlu diperhitungan daya tampung dan kapasitas dari drainase tersebut. Untuk itu juga perlu diperhatikan pemeliharaannya. Walaupun drainase terletak di bawah jalur pejalan kaki, sebaiknya jalur pejalan kaki yang menutupi drainase mudah dibuka tutup untuk pemeliharaan drainase tersebut. Ada juga drainase yang terletak berdampingan dengan jalur pejalan kaki sehingga mudah dalam perawatannya. Sedangkan dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada 100 orang responden didapat 72 72 orang menyatakan drainase yang ada masih kurang memadai. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5.7. Sehingga dari hasil kuesioner tersebut dikeluarkan rekomendasi bahwa perlu penambahan drainase. Gambar 5.7 Diagram kebutuhan drainase Universitas Sumatera Utara Untuk pemetaan kondisi drainase secara umum pada koridor penelitian dapat dilihat pada gambar 5.8. Gambar 5.8 Pemetaan kondisi umum drainase pada koridor penelitian Gambar 5.9 Kondisi drainase pada segment pertama Universitas Sumatera Utara Pada segment pertama ada drainase yang terletak di bawah jalur pejalan kaki, dimana drainase tersebut ditutupi oleh conblok tetapi memiliki lubang untuk mengalirkan air dari atas ke dalam drainase tetapi ada juga drainase yang berada disamping jalur pejalan kaki. Untuk kondisi drainase pada segment pertama dapat dilihat pada gambar 5.9. Pada segment kedua ada saluran drainase yang tidak kelihatan karena semua jalur pejalan kaki ditutupi oleh keramik. Kemungkinan drainasenya terletak di bawah jalur pejalan kaki tersebut. Sedangkan pada sisi lainnya drainase terletak di bawah jalur pejalan kaki. Ditutupi oleh conblok dan beton. Tetapi diberi lubang untuk mengalirkan air dari atas ke dalam drainase. Hal ini bisa dilihat pada gambar 5.10. Gambar 5.10 Kondisi dan situasi drainase pada segment kedua Universitas Sumatera Utara Pada segment ketiga di sisi kiri dan kanan koridor, drainase terletak di samping jalur pejalan kaki tetapi di bagian atas drainase ditutupi oleh bis beton untuk peletakan pot-pot bunga seperti terlihat pada gambar 5.11. Gambar 5.11 Kondisi dan situasi drainase pada segment ketiga 5.1.3 Pagar pengaman Salah satu fasilitas prasarana dan sarana jalur pejalan kaki yang dapat memberikan keselamatan dan keamanan adalah pagar pengaman. Carr 1992 membedakan jalur pejalan kaki ke dalam beberapa tipe, salah satunya adalah Mall Pedestrian dimana memerlukan fasilitas pagar pengaman terutama jika terletak di jalan utama pusat kota . Dimana pagar pengaman tersebut batas antara jalur Universitas Sumatera Utara pejalan kaki dengan jalur kendaraan bermotor. Pada buku Manual for the Street juga dikemukakan bahwa pagar pengaman secara umum dibuat untuk menghindari pengendara kendaraan bermotor yang tidak bertanggung jawab. Tetapi dari hasil pengamatan di sepanjang koridor lokasi penelitian tidak ditemukan adanya pagar pengaman yang ada hanya pagar pembatas antara halaman bangunan dengan jalur pejalan kaki. Sehingga dari segi keselamatan jalur pejalan kaki di lokasi penelitian masih kurang karena ketidak adaan pagar pengaman tersebut. 5.1.4 Marka dan perambuan Marka dan perambuan secara umum pada koridor lokasi penelitian masih minim dan kondisi perambuan yang ada sudah tidak representatif lagi karena tidak pernah diperbarui ataupun diperbaiki. Dari segi peletakannya perambuan yang ada sudah sesuai dengan kaidah yang ada yaitu berada ditempat terbuka, sejajar dengan jalan dan tidak tertutupi oleh pepohonan seperti terlihat pada gambar 5.12. Gambar 5.12 Peletakan perambuan pada koridor penelitian Universitas Sumatera Utara 5.1.5 Penyeberangan dan marka untuk penyeberangan Pada segment pertama memiliki dua buah jembatan penyeberangan. Tetapi dari hasil pengamatan di lapangan, jembatan penyeberangan tersebut sangat jarang dipergunakan oleh pejalan kaki. Bahkan ada jembatan penyeberangan yang sama sekali tidak pernah digunakan karena posisi dan kondisi jembatan yang tidak layak untuk dilalui. Kondisi jembatan ini tidak memungkinkan untuk digunakan karena kondisinya yang telah rusak. Selain itu pejalan kaki lebih senang menyeberang di jalan raya daripada di jembatan penyeberangan. Untuk kondisi jembatan penyeberangan yang ada dapat dilihat pada gambar 5.13 dan 5.14. Secara umum peletakan jembatan penyeberangan dan zebra cross pada koridor penelitian dapat dilihat pada peta gambar 5.15. Gambar 5.13 Kondisi dan situasi jembatan penyeberangan di koridor penelitian Universitas Sumatera Utara Gambar 5.14 Kondisi dan situasi jembatan penyeberangan di koridor penelitian Gambar 5.15 Peletakan jembatan penyeberangan dan zebra cross di koridor penelitian Di lokasi penelitian hanya terdapat dua buah zebra cross yang terletak di segment ketiga yaitu pada ujung jalan Ahmad Yani simpang Jalan Pulau Pinang dan simpang Jalan Pemuda. Sedangkan pada segment pertama dan kedua tidak Universitas Sumatera Utara terdapat zebra cross. Sedangkan menurut Utermann 1984 bahwa zebra cross terletak di setiap 100 kaki pada suatu jalur pejalan kaki. 5.1.6 Lampu penerangan Lampu penerangan sebagai salah satu fasilitas sarana pejalan kaki selain memberi rasa aman pada malam hari. Pada Manual of the Street juga diatur bahwa tiang-tiang lampu penerangan beserta lampu penerangan harus terhindar dari vandalime dan diletakkan pada lokasi yang terhindar dari kendaraan bermotor. Selain itu lampu penerangan dapat mengurangi kecelakaan pada malam hari dan membuat pengguna jalan merasa aman jika berjalan pada malam hari. Ketinggian lampu penerangan pada koridor lokasi penelitian telah sesuai dengan standart yang ada, penerangannya juga menyebar dengan baik sehingga tidak ada ruang-ruang yang tidak disinari oleh lampu tersebut. Bahan yang digunakan juga telah sesuai terbuat dari metal dan beton cetak. Gambar 5.16 Lampu penerangan yang disediakan oleh pemilik bangunan Universitas Sumatera Utara Gambar 5.17 Lampu penerangan dari pemerintah yang menerangi jalur kendaraan bermotor Hanya saja peletakan lampu-lampu tersebut masih ada yang menghalangi pejalan kaki berlalu lalang. Tetapi khusus pada segment ketiga, lampu penerangan untuk jalur pejalan kaki berasal dari bangunan-bangunan di kanan kirinya karena jalur pejalan kakinya merupakan arkade dari bangunan-bangunan di sepanjang koridor sehingga jalur pejalan kaki tersebut sebagian besar merupakan teras dari bangunan-bangunan tersebut seperti terlihat pada gambar 5.16. Lampu penerangan yang ada hanya menyinari jalur kendaraan bermotor. seperti terlihat pada gambar 5.17. Bahkan ada sebagian jalur pejalan kaki yang tidak disinari oleh lampu karena pemiliki bangunan tidak memasang lampu. Dari hasil kuesioner pejalan kaki 78 78 orang menyatakan bahwa lampu penerangan untuk pejalan kaki masih belum memadai dan tidak menarik sehingga sebagian besar merasa tidak aman berjalan di jalur tersebut pada malam hari. Untuk melihat hasil kuesioner mengenai lampu penerangan dapat dilihat pada gambar 5.18. Dari hasil analisis ini, direkomendasikan untuk menambahkan lampu penerangan khussnya pada jalur pejalan kaki. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.18 Lampu Penerangan Cukup Memadai dan Menarik

5.2 Analisa kenyamanan, kenikmatan dan keindahan jalur pejalan kaki