Studi Banding KAJIAN PUSTAKA

Burton 2006 mengemukakan bahwa fasilitas telepon umum sebaiknya terbuka ataupun pintu yang mudah dibuka tutup dan mudah dipergunakan oleh semua kalangan termasuk masyarakat dengan keterbatasan. Ilustrasi bentuk telepon umum seperti terlihat pada gambar 2.7.

2.4 Studi Banding

2.4.1 Pedestrian di beberapa kota tua di Eropa Kota Marienplatz, Muenchen, Jerman. Tidak jauh dari Hauptbahnhof, stasiun kota. Suasana Marienplatz bisa dilihat pada gambar 2.8. Jika cuaca bagus, dipastikan kawasan ini dipenuhi pejalan kaki. Di satu sudut bisa dijumpai anak-anak muda bermain band, unplugged. Di sudut lain, kadang dijumpai pengamen-pengamen dengan biola dan bas betot melantunkan Blue Danube, komposisi klasik Johan Strauss. Mereka dikerubungi penonton, tapi juga sering bermain sendirian. Gambar 2.8 Marienplatz Sumber: www.bataviase.wordpress.com diunduh pada tanggal 27 Juli 2010 Universitas Sumatera Utara Ada sesuatu yang unik di sini. Menjelang jam 11 siang, pengunjung di Plaza ini pasti berkerumun menantikan jarum jam tepat ke angka 11. Itulah saat glockenspiel yang termasyhur berbunyi, dengan boneka-boneka kecil menari berkeliling. Jakarta punya kopinya di Plaza Senayan. Bentuk glockenspiel bisa dilihat pada gambar 2.9. Gambar 2.9 Glockenspiel Sumber: www.bataviase.wordpress.com diunduh pada tanggal 27 Juli 2010 Banyak kota tua Eropa yang dijadikan kawasan pedestrian, yang makin lama semakin terkenal. Keindahan bangunan masa lalu bisa dinikmati sambil berjalan- jalan tanpa khawatir tersambar sepeda motor atau dijambret. Gambar 2.10 Grotte Markt Sumber: www.bataviase.wordpress.com diunduh pada tanggal 27 Juli 2010 Universitas Sumatera Utara Di Brussel, Belgia, sasaran pertama para wisatawan adalah Grotte Markt, pedestrian di kawasan kota berusia seribu tahun. Berjalan mengagumi berbagai bangunan gothic di sini terasa cepat lapar seperti terlihat pada gambar 2.10. Pasalnya di setiap sudut dan trotoar digelar kafe dengan aroma menggoda. Belum lagi berbagai bentuk kreasi coklat Belgia yang dikenal lezatnya dipajang di etalase. Dari studi banding diatas dapat dijadikan masukan bahwa: a. Jalur pejalan kaki di beberapa kota tua di Eropa diatas diapit oleh bangunan-bangunan tua sehingga ketika orang berjalan di sisi jalan orang bisa menikmati keindahan bangunan tua tersebut. b. Di setiap sudut trotoar banyak digelar cafe-cafe ataupun pemusik-pemusik jalanan yang beraksi sehingga para pejalan kaki bisa beristirahatan sambil menikmati permainan musik. 2.4.2 Koeln, kota pejalan kaki Kota Koeln atau Cologne di Jerman Utara merupakan Ibu kota negara bagian North-Rhein Westphalia atau Nordhein Westfallen. Kota itu dikenal karena katedralnya dengan menara kembar kehitam-hitaman setinggi 157 meter. Selain terkenal sebagai kota gereja dan museum, Koeln merupakan surga bagi pejalan kaki. Pusat keramaian kota dan objek wisata Koeln, sebagian besar terletak di lingkaran daerah katedral yang populer disebut Dome of Cologne. Semua bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Daerah Dom ini ramai terus 24 jam sehari. Universitas Sumatera Utara Kota yang dilewati Sungai Rhine ini termasuk kota tua di Jerman. Kota ini mempunyai bangunan-bangunan gereja, baik yang terletak di tengah maupun di sudut kota. Gereja tertua adalah Dome seperti terlihat pada gambar 2.11, dibangun tahun 1248. Pembangunannya baru selesai seperti bentuknya sekarang ini di tahun 1880. Jadi, selama 632 tahun ada pembangunan terus-menerus. Gambar 2.11 Gereja Dome Sumber: www.bataviase.wordpress.com diunduh pada tanggal 27 Juli 2010 Kota ini juga dijuluki kota karnaval. Karnaval diadakan hampir setiap bulan setiap tahun di Plaza Dom, yang memang luas. Semua pengunjung biasa bersuka ria, baik pelaku karnaval maupun penonton. Bayangkan ramainya manusia di sekitar Dom jika karnaval berlangsung. Sehari-hari saja pengunjung Dom sekitar 40.000 orang. Bus besar menampung turis dari seluruh penjuru Eropa tak kunjung putus berdatangan keluar masuk di sekitar Dome. Bosan menikmati karnaval, kita langsung berjalan menuju Hohe Strasse, yang dijuluki Queen Of The Streets sejak 1970. Sepanjang jalan dipenuhi toko, baik untuk window shopping atau shopping. Kota ini tak pernah sepi. Sepanjang tahun, selain dipenuhi karnaval, juga sebagai ajang pameran internasional. Paling terkenal adalah pameran fotografi, alat- Universitas Sumatera Utara alat foto dari pabrikan di seluruh dunia setiap tahun digelar di sini, di Koeln Messe. Tempat pameran ini bisa dijangkau dari Dome, dengan melewati kanal atau terowongan yang berada di bawah Sungai Rhine. Kalau melihat perluasan kota Koeln ini, pembangunannya sudah dirancang secara cermat. Semua bisa dijangkau dengan mudah, dan yang paling penting, semua jalan di Koeln dilengkapi pedestrian, alur pejalan kaki yang aman dan bebas hambatan. Kalau Anda menyenangi olahraga jalan kaki, Koeln salah satu surganya. Bisa berkeringat, bisa menikmati pemandangan pula. Dari studi banding diatas dapat dijadikan masukan bahwa: a. Pusat-pusat keramaian kota dan objek wisata bisa dijangkau dengan berjalan kaki sehingga banyak wisatawan yang lebih memilih berjalan kaki. b. Dipinggir-pinggir jalur pejalan kaki dipenuhi toko-toko sehingga pejalan kaki bisa berbelanja atau sekedar menikmati melihat-lihat. c. Semua jalur pejalan kaki di kota Koeln aman dan bebas hambatan sehingga nyaman untuk digunakan. 2.4.3 Pedestrian di kota Roma dan Amsterdam Kota Roma, salah satu kota tertua di dunia versi Varro, Roma ditemukan 21 April 753 sebelum Masehi, dikenal dengan bangunan berabad-abadnya, dikepung oleh jalan-jalan yang sempit. Akan tetapi, meski sempit, jalan-jalan di Roma sangat bersih. Tidak ada sampah yang berserakan kendati Roma penuh dengan kios bagi para turis dan kafe-kafe open air. Hal yang mencengangkan, dengan jalan yang amat sempit itu penguasa Kota Roma masih mempunyai tanggung jawab besar Universitas Sumatera Utara membangun infrastruktur bagi para pejalan kaki. Trotoar di Roma sebagian hanya terdiri atas satu dan satu setengah meter. Tentulah cukup sempit untuk lalu lalang warga kota dunia tersebut. Dengan bentuknya yang mini, trotoar tersebut malah mempunyai daya tarik sendiri, ibarat sejengkal dari dinding rumah warga, kantor, atau restoran. Tidak ada protes dari warga kepada penguasa kota atas sempitnya trotoar tersebut. Warga juga maklum bahwa amat sulit melebarkan jalan di kota itu sebab Roma dikitari bangunan-bangunan bersejarah berusia ratusan bahkan ribuan tahun. Melebarkan jalan sama dengan meruntuhkan sejarah. Ada dua hal menarik jika menyusuri trotoar di Kota Roma. Pertama, karena trotoar itu berfungsi sebagai rantai sehingga hampir seluruh penjuru kota itu tersambung trotoar tersebut. Kedua, berjalan di trotoar Roma, terutama bagi pendatang, sama dengan menatap sepuas-puasnya bangunan-bangunan tua Roma dari jarak amat dekat. Gaya arsitektur yang berkembang di Roma meski telah berusia ribuan tahun tetap saja valid sampai hari ini. Menatap bangunan itu sama dengan mengantar penatapnya ke masa silam. Lihat saja Colosseum 72-80 AD, Basilica St Petrus dibangun abad 15, The Capitole Hill juga dibangun abad 15, Monumen Victor Emmanuel, Trajan Markets, dan sebagainya. Pejalan kaki pun dapat menikmati suasana tepian jalan yang pikuk. Atau di tepian toko dan kafe-kafe di Roma yang sungguh memesona. Kota tua lain yang mempunyai tradisi trotoar yang kuat, di antaranya adalah Amsterdam. Kota yang didirikan 27 Oktober 1275 ini mempunyai tempat bagi pejalan kaki yang lebih lebar sehingga lebih manusiawi. Harus diakui, view yang Universitas Sumatera Utara muncul di Amsterdam berbeda dengan view di Roma. Para pejalan kaki di kota ini masih dapat menikmati bangunan-bangunan lama, misalnya bekas kantor VOC, rumah para pujangga, dan pelukis besar. Kanal-kanal berusia ratusan tahun juga menarik diamati. Trotoar di Amsterdam enak disusuri karena sebagian besar dalam wujud rindang. Pengelola Amsterdam menanam cukup banyak pohon yang berlapis- lapis sehingga memberi keteduhan bagi para pejalan kaki. Burung-burung, dalam banyak jenis, yang terbang bebas di sekitar trotoar, suka bercengkerama dengan para pejalan kaki. Dari studi banding diatas dapat diambil masukan bahwa: a. Jalur pejalan kaki di kota Roma bersih tidak ada sampah yang berserakan. b. Trotoar di kota Roma berfungsi sebagai rantai sehingga hampir seluruh kota tersambung pada trotoar tersebut. c. Dengan berjalan kaki di trotoar tersebut, pejalan kaki bisa menatap keindahan bangunan-bangunan tua Roma dari jarak dekat dan menikmati suasana tepian jalan yang kecil atau tepian toko-toko ataupun café yang mempesona. d. Trotoar di Amsterdam nyaman disusuri karena sebagian besar dinaungi oleh pohon-pohon besar yang rindang sehingga memberi keteduhan bagi para pejalan kaki. e. Pejalan kaki juga dapat menikmati bangunan-bangunan lama dan kanal- kanal yang telah berusia ratusan tahun. Universitas Sumatera Utara f. Jalur pejalan kaki di Amsterdam memiliki ukuran yang lebih besar daripada jalur pejalan kaki di Roma sehingga cenderung lebih manusiawi. 2.4.4 Lingkungan walkable di Kopenhagen Untuk menciptakan lingkungan yang walkable, Kopenhagen meluncurkan sepuluh langkah-langkah untuk mencapainya yaitu: a. Mengkonversi jalan ke jalan utama pejalan kaki. Kota berbalik jalan tradisional utama, Stroget, ke jalan pejalan kaki pada tahun 1962. Dalam dekade mereka berhasil secara bertahap menambahkan pejalan kaki hanya jalan-jalan lebih, menghubungkan mereka dengan prioritas jalur pejalan kaki, di mana berjalan kaki dan bersepeda memiliki hak melintas selain mobil yang diizinkan pada kecepatan rendah. b. Mengurangi lalu lintas dan parkir secara bertahap. Untuk menjaga volume lalu lintas stabil, kota mengurangi jumlah mobil di pusat kota dengan menghilangkan tempat parkir pada tingkat 2-3 persen per tahun. Antara 1986 dan 1996 kota dieliminasi sekitar 600 spasi. c. Belok ke areal parkir umum yang luas. Tindakan menciptakan jalan-jalan pejalan kaki, membebaskan tempat parkir, memungkinkan kota untuk mengubah mereka ke dalam kotak publik. d. Jauhkan skala padat dan rendah. Rendah tersampir, bangunan berjarak padat memungkinkan angin berhembus, membuat pusat kota berangin lebih ringan kurang dari sisa Kopenhagen. Universitas Sumatera Utara e. Hormati skala manusia. Sederhana skala kota dan jaringan jalan membuat berjalan merupakan pengalaman yang menyenangkan; bangunan bersejarah, dengan membungkuk mereka, tirai, dan pintu-pintu, menyediakan orang- orang dengan tempat mendadak berdiri dan duduk. f. Mengisi inti. Mereka telah mengurangi ketergantungan pada mobil, dan pada malam hari jendela-jendela terbuka sehingga pejalan kaki memiliki perasaan aman. g. Dorong hidup mahasiswa. Siswa yang pulang-pergi ke sekolah menggunakan sepeda tidak menambah kemacetan lalu lintas sebaliknya, kehadiran aktif mereka, siang dan malam, menjiwai kota. h. Cityscape beradaptasi untuk perubahan musim. Outdoor kafe, ruang publik dan menarik ribuan artis jalanan di musim panas, rinks skating, bangku penghangat dan pemanas gas pada sudut-sudut jalan membuat musim dingin di pusat kota menyenangkan i. Promosikan bersepeda sebagai moda utama transportasi. Mereka menempatkan penyeberangan sepeda menggunakan ruangnya dibebaskan oleh parkir di dekat persimpangan. Saat ini 34 persen dari penduduk Kopenhagen yang bekerja di kota bersepeda ke tempat mereka bekerja. j. Membuat sepeda tersedia. Orang bisa meminjam sepeda kota untuk sekitar 2,50; ketika selesai, mereka hanya meninggalkannya di salah satu dari 110 sepeda berdiri terletak di sekitar pusat kota dan uang mereka akan dikembalikan. Universitas Sumatera Utara Dari studi banding diatas dapat diambil masukan bahwa: a. Mengkonversi jalan-jalan utama menjadi jalur pejalan kaki bisa dijadikan salah satu alternative untuk menambah jalur pejalan kaki. b. Membuat jalur-jalur pejalan kaki dalam skala manusia sehingga menjadi lebih manusiawi. c. Menciptakan fasilitas-fasilitas yang dapat dinikmati oleh pejalan kaki seperti outdoor cafe, rinks skating, bangku penghangat dan pemanas gas pada sudut-sudut jalan sehingga pada saat musim dingin berjalan kaki di pusat kota tetap menyenangkan. d. Menciptakan suasana aman sehingga masyarakat dapat aman berjalan pagi, siang, maupun malam hari di pusat kota. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN