digunakan. Selain itu adanya Merdeka Walk di lapangan Merdeka dapat menjadi generator aktifitas dimana diharapkan tamu-tamu penghuni hotel-hotel seperti JW.
Marriot, Dharma Deli, Grand Aston menggunakan jalur pejalan kaki menuju ke Merdeka Walk tersebut. Ketersediaan lahan juga akan menjadi faktor kendala
terbesar dalam penyiapan ruang untuk pejalan kaki.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan permasalahan- permasalahan yang timbul yaitu bagaimana jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman
sehingga dapat dimanfaatkan oleh penggunanya dari segala lapisan masyarakat, bagaimana penataan jalur hijau dan perabot jalan yang baik pada jalur pejalan kaki
tanpa mengganggu aktifitas pejalan kaki dan dapat membuat jalur pejalan kaki menjadi menarik, bagaimana jalur pejalan kaki yang dapat mengakomodasi aktifitas-
aktifitas yang berada di jalur tanpa saling mengganggu aktifitas satu dengan yang lainnya.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana jalur pejalan kaki yang dapat mengakomodasi kebutuhan penggunanya, mengetahui
bagaimana jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman sesuai dengan teori dan standart yang ada terkait dengan jalur pejalan kaki, mengidentifikasi masalah-masalah yang
Universitas Sumatera Utara
terkait dengan jalur pejalan kaki di koridor jalan Ahmad Yani Kesawan sampai dengan jalan Putri Hijau.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan memiliki beberapa manfaat yaitu: a.
Menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kota dalam hal penataan jalur pejalan kaki di koridor tempat penelitian.
b. Menjadi contoh agar bisa dilakukan penelitian di kawasan lain.
1.5 Landasan Teori
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan indikator tercapainya suatu konsep pengembangan fasilitas pejalan kaki, sebagai berikut Utermann, 1984; Marcus dan
Francis 1989; Carr, 1992; Rubenstein, 1992; Harris dan Dines, 1995; Bromley dan Thomas, 1993:
a. Keselamatan safety, diwujudkan dengan penempatan pedestrian, struktur,
tekstur, pola perkerasan dan dimensi trotoar ruang bebas, lebar efektif, kemiringan
b. Keamanan security, terlindung dari kemungkinan berlangsungnya tindakan
kejahatan dengan merancang penerangan yang cukup atau struktur maupun lansekap yang tidak menghalangi.
c. Kenyamanan comfort, mudah dilalui dari berbagai tempat dengan adanya
pelindung dari cuaca yang buruk, tempat istirahat sementara, terhindar dari
Universitas Sumatera Utara
hambatan oleh karena ruang yang sempit serta permukaan yang harus nyaman dipergunakan oleh siapa saja termasuk juga penyandang cacat.
d. Kenikmatan convenience, diindikasikan melalui jarak, lebar trotoar,
lansekap yang menarik serta kedekatan dengan fasilitas yang dibutuhkan e.
Keindahan aesthetics, berkaitan dengan trotoar dan lingkungan disekitarnya.
Menurut Rubenstein 1987, objek utama sirkulasi pejalan kaki adalah keselamatan, keamanan, kenyamanan, koherensi dan estetika. Sirkulasi pejalan kaki
membentuk hubungan penting dalam kegiatan yang berhubungan di tempat.
Carr 1992 mengartikan jalur pedestrian pedestrian sidewalkstrotoar adalah
bagian dari kota, dimana orang bergerak dengan kaki, biasanya disepanjang sisi jalan yang direncanakan atau terbentuk dengan sendirinya yang menghubungkan satu
tempat dengan tempat lainnya. Pejalan
kaki pada umumnya akan mengikuti jalan yang paling langsung, namun jika sistem berjalan dikembangkan dengan tempat menarik visual, pejalan kaki bisa mengambil
rute lama karena kenikmatan ditambah estetikanya. Dengan kata lain jika jalur pejalan kaki di desain dengan menarik maka banyak yang akan memanfaatkan jalur
pejalan kaki tersebut.
Dengan kata lain jalur pedestrian dari segi perencanaannya terbagi dua yaitu yang terencana dan tidak terencana. Jalur
pedestrian yang terencana terbentuk dari jalur pedestrian yang memang telah direncanakan untuk menghubungkan satu tempat ke tempat lain yang dibutuhkan oleh
pejalan kaki. Sedangkan jalur pedestrian yang tidak terencana terbentuk dengan
Universitas Sumatera Utara
sendirinya dari jalur yang biasa digunakan oleh pejalan kaki dalam pergerakannya
dari satu tempat ke tempat lainnya.
Menurut Shirvani 1985, elemen sirkulasi adalah salah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur lingkungan perkotaan, tiga prinsip utama pengaturan
sirkulasi adalah jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang positif, jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan
membuat lingkungan menjadi jelas terbaca selain itu sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Shirvani juga menyatakan bahwa
jalur pejalan kaki yang baik adalah mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal kota, meningkatkan kualitas lingkungan dengan
memprioritaskan skala manusia, dan lebih mengekspresikan aktifitas pedagang kaki lima mampu menyajikan kualitas udara. Dengan kata lain jalur pejalan kaki yang di
desain dengan baik dapat menciptakan kesan visual yang menarik pada suatu kota dan kualitas lingkungan yang baik.
Dari teori-teori diatas diharapkan dapat dikaji bagaimana jalur pejalan kaki yang dapat menciptakan suatu ruang kota yang akrab terhadap penghuninya dan dapat
dipergunakan dengan baik oleh penggunanya.
1.6 Kerangka Berpikir