Pembuangan Kotoran Manusia TINJAUAN PUSTAKA

2.2.2. Pembuangan Kotoran Manusia

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan tractus digestifus. Dalam ilmu kesehatan lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja feces dan air seni urine karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan Soeparman dan Suparmin, 2002. Ditinjau dari sudut kesehatan, kotoran manusia merupakan masalah yang sangat penting, karena jika pembuangannya tidak baik maka dapat mencemari lingkungan dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan manusi. Penyebaran penyakit yang bersumber pada kotoran manusia feces dapat melalui berbagai macam cara. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut : Sumber : Haryoto Kusnoputranto 2000 Tanah Lalatserangga Tangan Air Tinja Makanan dan Minuman Sakit Host Mati Universitas Sumatera Utara Dari skema tersebut tampak jelas bahwa peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangat besar. Disamping dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran, air, tanah, serangga lalat, kecoa, dan sebagainya, dan bagian- nagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah menderita suatu penyakit tertentu merupakan penyebab penyakit bagi orang lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan lewat tinja. Penyakit-penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang, cacing pita, schistosomiasis, dan sebagainya Kusnoputranto, 2000. Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing, dan sebagainya Notoatmodjo, 2003.

2.2.2.1. Pengertian Jamban

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran tersebut tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman Depkes RI, 1995. Universitas Sumatera Utara Menurut Depkes RI, 2004 ada beberapa ketentuan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu : - Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah, dan air permukaan, - Jarak jamban dengan sumber air bersih tidak kurang dari 10 meter, - Konstruksi kuat, - Pencahayaan minimal 100 lux Kepmenkes No.519 tahun 2008, - Tidak menjadi sarang serangga nyamuk, lalat, kecoa, - Dibersihkan minimal 2x dalam sebulan, - Ventilasi 20 dari luas lantai, - Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang, - Murah - Memiliki saluran dan pembuangan akhir yang baik yaitu lubang selain tertutup juga harus disemen agar tidak mencemari lingkungannya. Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu : 1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit, 2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman, 3. Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vektor penyakit, 4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan. Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering, 2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air, 3. Tidak ada sampah berserakan, 4. Rumah jamban dalam keadaan baik, 5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat, 6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada, 7. Tersedia alat pembersih, 8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki. Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban dapat dilakukan dengan : 1. Air selalu tersedia di dalam bak atau ember, 2. Sehabis digunakan lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak bau dan mengundang lalat, 3. Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak membahayakan pemakai, 4. Tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban, 5. Tidak ada aliran masuk kedalam jamban selain untuk membilas tinja.

2.2.2.2. Jenis-jenis Jamban

Jamban dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu Notoatmodjo, 2003 : a. Jamban Cubluk Jamban ini sering kita jumpai di daerah pedesaan, tetapi sering dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa tutup. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa jamban ini tidak boleh terlalu dalam, Universitas Sumatera Utara sebab bila terlalu dalam akan mengotori air tanah dibawahnya. Kedalamannya berkisar 1,5-3 meter dan jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 1,5 meter Notoatmodjo, 2003. b. Jamban Empang Jamban empang adalah suatu jamban yang dibuat di atas kolamempang, sungairawa, dimana kotoran langsung jatuh kedalam kolam atau sungai. Jamban ini dapat menguntungkan karena kotoran akan langsung menjadi makanan ikan, namun menurut Depkes RI, 2004 buang air besar ke sungai dapat menimbulkan wabah. c. Jamban Cubluk dengan plengsengan Jamban ini sama dengan jamban cubluk, hanya saja dibagian tempat jongkok dibuat seng atau kaleng yang dibentuk seperti setengah pipa yang masuk ke dalam lubang, yang panjangnya sekitar satu meter, tujuannya agar kotoran tidak langung terlihat. d. Jamban Leher Angsa angsa trine Jamban angsa trine ini bukanlah merupakan type jamban tersendiri, tetapi merupakan modifikasi bentuk tempat dudukjongkok bowl nya saja, yaitu dengan bentuk leher angsa yang dapat menyimpan air sebagai penutup hubungan antara bagian luar dengan tempat penampungan tinja, yang dilengkapi dengan alat penyekat air atau penahan bau dan mencegah lalat kontak dengan kotoran. Untuk type angsa trine ini akan memerlukan persediaan air yang cukup untuk keperluan membersihkan kotoran dan penggelontor tinja. Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Pengelolaan Sampah