BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Didalam SKN Sistem Kesehatan Nasional 2004 sangat jelas dirumuskan bahwa tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional, yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dan merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah Depkes RI, 2004. Menurut Azwar 2000, pembangunan kesehatan tersebut bertujuan untuk
mewujudkan manusia yang sehat, cerdas dan produktif serta memiliki semangat yang tinggi untuk mencapai tujuan tersebut. Selain dari pada itu pembangunan kesehatan
juga memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan manusia dalam kehidupannya sesuai dengan permasalahan kesehatan yang dihadapi.
Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan antara lain bahwa : Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat-tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan
lainnya, kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, tanah, dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor
penyakit serta penyehatan atau pengaman lainnya Depkes RI, 2003. Menurut Djajanegara 2001, dapat kita simpulkan bahwa usaha kesehatan
dan sanitasi tempat-tempat umum merupakan salah satu upaya kesehatan yang secara umum mencakup bidang preventif dan kuratif dengan tujuan agar masyarakat dapat
1
Universitas Sumatera Utara
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sehingga diharapkan masyarakat dapat hidup sehat dan sejahtera.
Lingkungan menurut Kusnoputranto 1986, dapat diartikan secara mudah sebagai segala sesuatu yang berada di sekitar manusia. Secara lebih terperinci,
lingkungan disekitar manusia dapat dikategorikan dalam beberapa bagian yaitu : lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial.
Penyelenggaraan penyehatan lingkungan pada tempat umum merupakan upaya yang dilakukan untuk mengamankan lingkungan melalui pengawasan dan
perbaikan kualitas kesehatan lingkungan. Salah satu yang merupakan bagian dari penyehatan lingkungan tersebut adalah Pasar.
Menurut peraturan menteri perdagangan 2008 pasar adalah suatu area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut
sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.
Umumnya pasar di Indonesia digambarkan sebagai sebuah tempat yang ramai dan menyenangkan, dengan kegiatan yang sibuk dan tak terbatas, penuh dengan
berbagai komoditas, serta banyak orang yang sibuk melakukan transaksi. Sudut pandang Geertz tentang pasar adalah pertama, sebagai arus barang dan jasa menurut
pola tertentu. Kedua, sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk memelihara dan mengatur arus barang dan jasa. Ketiga, sebagai sistem sosial dan kebudayaan di mana
mekanisme tertanam. Mekanisme tawar-menawar merupakan unsur khas pasar tradisional Listiani, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Diperkirakan ada 13.000 lebih pasar di seluruh Indonesia, dan sekitar 15 juta orang tergantung hidupnya dari aktifitas pasar, sedangkan untuk pasar tradisional
yang ada di Kota Medan berdasarkan data Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan pada tahun 2008 terdapat kurang lebih 52 pasar tradisional, dimana sekitar 30 pasar
dikelola oleh PD Pasar dan selebihnya dikelola oleh pihak swasta. Pasar tradisional menopang pertumbuhan bisnis sebesar 21,1 persen. Pertumbuhan ini mencakup nilai
penjualan Rp 95,3 triliun untuk 54 produk atau lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2007 yang hanya mencapai 15,2 persen. Studi Nielsen mencakup 5 kota, yakni
Jakarta plus Botabek, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Medan. Dari sisi frekuensi belanja pasar tradisional hanya mengalami penurunan 1 persen atau dari kunjungan
190,5 kali menjadi 187,9 kali Andrian, 2009. Menurut Feryanto 2006, ada beberapa kelebihan pasar tradisional
dibandingkan dengan pasar yang lain, yaitu : lokasinya yang strategis karena dekat dengan pemukiman, dan masih adanya sistem tawar-menawar yang secara fisikologis
memberikan nilai positif pada proses interaksi penjual dan pembeli dan menjual barang kebutuhan sehari-sehari dengan harga relatif murah, karena jalur distribusi
lebih lebih pendek, tidak terkena pajak atau pungutan lain yang besar. Namun selain memiliki kelebihan tersebut pasar tradisional di Indonesia juga memiliki kelemahan
berupa kondisi yang kumuh, becek, tidak teratur, panas, tidak aman, tidak nyaman karena biasanya menimbulkan bau, dan sering menimbulkan kemacetan. Sedangkan
dari segi sanitasinya seperti penyediaan air bersih yang kurang memadai, sistem
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan sampah yang tidak baik yang dapat kita lihat dari banyaknya sampah yang berserakan, toilet atau jamban yang tidak terawat, dan sebagainya.
Dari hasil pengamatan observasi yang penulis lakukan di beberapa pasar tradisional di Kota Medan termasuk didalamnya pasar tradisional Pringgan, terlihat
bahwa kondisi sanitasi di beberapa pasar tersebut masih buruk, seperti sampah yang berserakan bahkan bertumpuk tinggi dan diabaikan begitu saja, jalan-jalan antar gang
yang becek, SPAL yang tidak saniter, serta tempat pengumpulan sampah sementara yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa sanitasi dasar di
pasar belum menjadi perhatian dari pihak yang berkaitan termasuk didalamnya pengelola maupun pemerintah daerah pemerintah daerah, dan dengan kondisi seperti
ini mengakibatkan kondisi pasar menjadi tidak sehat, dan tidak nyaman bagi pengunjung yang datang ke pasar tersebut.
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik untuk mengetahui pelaksanaan penyelenggaraan kondisi sanitasi dasar di beberapa pasar tradisional di
Kota Medan Tahun 2011.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan survei pendahuluan diketahui bahwa masih banyak dijumpai pasar tradisional yang kurang terawat, kondisi lingkungan pasar banyak terdapat
sampah berserakan, becek dan fasilitas sanitasi yang kurang baik, karena ini merupakan hal yang paling penting untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan
pengunjung pasar, sehingga penulis ingin mengetahui tentang pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
penyelenggaraan sanitasi dasar Pasar Tradisional Pringgan di Kota Medan Tahun 2011.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan penyelenggaraan sanitasi dasar Pasar Tradisional Pringgan di Kota Medan Tahun 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh pengelola untuk menjaga kondisi pasar Pringgan agar menjadi lebih baik.
2. Untuk mengetahui keadaan sarana penyediaan air bersih di pasar Pringgan Kota Medan.
3. Untuk mengetahui keadaan jamban di pasar Pringgan Kota Medan. 4. Untuk mengetahui keadaan sarana pembuangan sampah di pasar Pringgan
Kota Medan . 5. Untuk mengetahui keadaan Sarana Pembuangan Air Limbah SPAL di pasar
Pringgan Kota Medan. 6. Untuk mengetahui pengetahuan pedagang dan pengelola pasar tentang
pelaksanaan penyelenggaraan sanitasi dasar di pasar Pringgan. 7. Untuk mengetahui sikap pedagang dan pengelola pasar tentang pelaksanaan
penyelenggaraan sanitasi dasar di pasar Pringgan 8. Untuk mengetahui tindakan pedagang dan pengelola pasar tentang
pelaksanaan penyelenggaraan sanitasi dasar di pasar Pringgan.
Universitas Sumatera Utara
9. Untuk mengetahui dukungan pedagang dan pengelola pasar tentang pelaksanaan penyelenggaraan sanitasi dasar di pasar Pringgan.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Sebagai umpan balik dan masukan bagi pengelola pasar yaitu PT. TRIWIRA LOKAJAYA Kota Medan dalam mewujudkan pasar sehat dan memperbaiki
kondisi sanitasi dasar di pasar yang dikelolanya sesuai dengan Kepmenkes No.519MENKESSKVI2008.
2. Memberi masukan bagi pedagang mengenai pentingnya sanitasi dasar di pasar.
3. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang penyelenggaraan sanitasi dasar di pasar tradisional yang memenuhi syarat kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA