25
umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Kemudian dari pengelompokan data tersebut, data-
data tersebut diabstraksikan dan dikaitkan antara yang satu dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan kejadian dan fakta yang terintegrasi.
Data yang telah diperoleh dari studi kepustakaan juga terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian.
Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan yang dapat dikelolah, kemudian dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil
observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian. Akhir dari semua proses ini dalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa
yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan-kesimpulan Faisal,1989 .
3.6 Keterbatasan Penelitian
Selama dalam penelitian ini, penulis mempunyai banyak kendala-kendala dan keterbatasan penulis dalam mendapatkan data. Keterbatasan dalam penelitian
ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah. Terutama dalam melakukan wawancara mendalam
terhadap informan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengalaman dan keterbatasan waktu yang dimiliki informan dalam proses wawancara yang dikarenakan
kesibukan informan sehari-hari.
Terlepas dari permasalahan teknis penulisan dan penelitian, peneliti menyadari keterbatasan mengenai metode menyebabkan lambatnya proses
penelitian yang dilakukan, dan masih adanya keterbatasan bahan pendukung penelitian.Walaupun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
26
penelitian ini semaksimal mungkin agar data bersifat valid dan tujuan yang ingin dicapai didapatkan.
Universitas Sumatera Utara
27
BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1 Deskripsi lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jalan Badur lingkungan 10 Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun. Kelurahan Hamdan terdiri dari 10 lingkungan
memiliki jumlah penduduk 86.18 dengan 2.158 KK. Sejarah pemukiman masyarakat Badur berdasarkan penuturan salah seorang informan yang sudah
lama tinggal di Badur berawal dari lahan kosong yang tidak terpakai mereka membuka lahan menjadi pemukiman sehingga tidak berselang lama banyak
masyarakat lain yang mengikuti membuka lahan menjadi menjadi pemukiman sampai saat ini dikenal dengan kampung Badur. Masyarakat Badur sebenarnya
sudah mendapat peringatan dari pemerintah Kota Medan agar pindah ke rumah susun yang sudah disediakan yakni rusun Awa dan rusun Awi, namun mereka
menolak. Masyarakat Badur lebih memilih tinggal menetap disebabkan berada di pusat kota sehingga memudahkan akses kemana saja, dikelilingi oleh gedung-
gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, restoran, dan perumahan elite menjadi lebih mudah mencari pekerjaan terutama untuk ibu-ibu sehingga mereka bisa
menjadi buruh cuci, pembantu, pedagang keliling dlln. Kelurahan Hamdan yang berada di pusat kota dikelilingi gedung
perkantoran, pemukiman elite, rumah sakit, sekolah, restoran, dan tempat hiburan sehingga tipologi di kelurahan Hamdan mayoritas penduduk bekerja di sektor jasa
dan perdagangan. Mayoritas penduduk Badur Lingkungan 10 terdiri dari suku minang, jawa, padang, tionghoa dan campuran. Jumlah kepala keluarga Badur
Universitas Sumatera Utara