Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran Inkuiri

2.1.2.2 Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran Inkuiri

Secara umum proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah yang meliputi: 1 Orientasi untuk membina suasana pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran; 2 Merumuskan masalah untuk membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki, artinya siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat atas permasalahan yang ada; 3 Mengajukan hipotesis yang perlu dikaji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan tapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan bersifat rasional dan logis; 4 Mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan; 5 Menguji hipotesis untuk menentukan jawaban yang diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan; 6 Merumuskan kesimpulan. Sanjaya menjelaskan strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala: 1 guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi inkuiri penguasaan pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar; 2 jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian; 3 jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu; 4 jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir; 5 jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru; dan 6 jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa Sanjaya, 2006:202-205.

2.1.3 Metakognisi