besar dari 10, larutan penahan akan kehilangan keefektifannya. Hal ini karena log 0,10 = -1 dan log 10 = +1, maka selang penahan efektif adalah kira-kira satu unit
pH di atas atau di bawah nilai pK. Untuk larutan penahan asam asetat-natrium asetat, selang efektif adalah di antara pH 3,76 sampai 5,76, sedangkan untuk
ammonia-amonium klorida, sekitar pH 8,24 sampai 10,24.
2.1.4.5 Fungsi Larutan Penyangga
Di dalam tubuh manusia terjadi reaksi kimia yang dipercepat oleh enzim tertentu. Enzim akan bekerja efektif pada pH tertentu. Untuk mempertahankan
nilai pH agar reaksi kimia tidak terganggu, tubuh dilengkapi dengan sistem larutan penyangga. Darah manusia dalam keadaan normal mempunyai pH antara
7,35 –7,45. Nilai pH tersebut dipertahankan oleh tiga larutan penyangga, yaitu
larutan penyangga karbonat, hemoglobin, dan oksihemoglobin. Larutan penyangga lain yang ada dalam tubuh manusia adalah larutan penyangga fosfat
yang terdapat dalam sel dan kelenjar ludah. Larutan penyangga fosfat merupakan campuran antara H
2
PO
4 -
dan basa konjugasinya HPO
4 2-
. Larutan penyangga juga berfungsi dalam bidang industri, misalnya
industri obat-obatan, terutama obat tetes mata, obat suntik dan infus, pHnya harus disesuaikan dengan pH cairan tubuh, agar saat dipakai tidak menimbulkan
dampak negatif bagi tubuh Purba, 2006.
2.2 Penelitian Yang Relevan
1. Hasil penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Wahyuningsih 2012 dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Group Investigation Berbasis Eksperimen
Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar ” menunjukkan hasil
bahwa diperoleh peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu sebesar 0,62 dan 0,52. Selain itu, dari uji t satu pihak, data hasil
belajar diperoleh t
hitung
3,91 t
tabel
1,67 dengan taraf signifikan 5. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model group
investigation berbasis eksperimen inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kognitif siswa pada materi pemantulan
cahaya dibandingkan dengan metode eksperimen sederhana. 2. Hasil penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Widowati 2013 yang
berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis Eksperimen Inkuiri Terhadap Motivasi Belajar Siswa
”. Hasil uji t didapatkan terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara sebelum dan
sesudah pembelajaran pada kelas eksperimen. Sedangkan berdasarkan uji gain didapatkan peningkatan motivasi belajar kelas eksperimen 0,14 lebih tinggi
daripada kelas kontrol 0,04. Hasil peningkatan motivasi ini juga berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa. Hasil uji t didapatkan terdapat perbedaan
nilai posttest kelas eksperimen 61 dengan kelas kontrol 49,1. Sedangkan hasil uji gain didapatkan peningkatan hasil belajar kognitif kelas eksperimen
0,43 lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol 0,25. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe GI
berbasis eksperimen inkuiri berpengaruh terhadap motivasi belajar dan hasil belajar kognitif siswa.
3. Hasil penelitian Kipnis dan Hofstein 2008 dengan judul “The Inquiry
Laboratory as a Source for Development of Metacognitive Skills ”
menunjukkan bahwa saat melakukan aktivitas inkuiri, siswa berlatih kemampuan metakognitif mereka dalam berbagai tahap proses inkuiri. Analisis
wawancara menunjukkan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam penelitian mengungkapkan pengetahuan metakognitifnya berkenaan dengan aktivitas
inkuiri.
2.3 Kerangka Berpikir