Teori yang Berhubungan dengan Asset

2.3. Teori yang Berhubungan dengan Asset

FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut SFAC No. 6, prg.25: Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a particular entity as a result of past transaction or events. Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai dikendalikan ole suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi aset sebagai berikut: An asset is a resource controlled by the enterprise as a result of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the enterprise. Definisi yang dapat menggabungkan makna, pengukuran, dan pengakuan diajukan oleh APB dalam APB No. 4 sebagai berikut prg. 132: Assets-economic resources of an enterprise that are recognized and measured in conformity with generally accepted accouting principles. Assets are also 19 include certain deffered charges that are not resources but that are recognized and measured in conformity with generally accepted accounting principles. Dengan berbagai definisi diatas, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut sebagai aset, yaitu: a Manfaat ekonomik Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Ini mengisyaratkan bahwa manfaat tersebut terukur dan dapat dikaitkan dengan kemampuannya untuk mendatangkan pendapatan atau aliran kas di masa datang. b Dikuasai oleh entitas Untuk dapat dikuasai sebagai asset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas tapi cukup dikuasai oleh entitas. Pemilikan ownership mempunyai makna yuridis atau legal. Artinya, untuk memiliki suatu objek diperlukan proses yang disebut transfer hak milik transfer of title. Konsep penguasaan kendali lebih penting daripada konsep pemilikan. Hal ini disebabkan oleh konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis substance over form. Substansi atau tujuan dari pemilikan adalah penguasaan yang berarti kemampuan perusahaan untuk mendapatkan, memeliharamenahan, menukarkan, menggunakan manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat tersebut. Most 1982, hlm. 341-342 mengemukakan bahwa penguasaan atau kendali terhadap suatu objek dapat diperoleh dengan cara: 1. Pembelian by purchase: dengan pengeluaran pengorbanan. 2. Pembelian by gift 3. Penemuan by discovery 4. Perjanjian by agreement 20 5. Produksi transformasi by production transformation 6. Penjualan by sale 7. Lain-lain seperti pertukaran by barter, peminjaman by loan, penjaminan by bailment, pengkonsignasinaan by consignment, dan berbagai transaksi komersial by commercial transaction yang diakui hukum atau kebiasaan bisnis c Akibat transaksi atau kejadian masa lalu Kriteria ini menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai kriteria atau tes pertama first-test pengakuan objek sebagai aset tetapi tidak cukup untuk mengakui secara resmi dalam sistem pembukuan. Jadi, manfaat ekonomik dan penugasan atau hak atas manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan neraca. Pengakuan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. Selain karakteristik diatas, FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu melibatkan kos acquired at a cost, berwujud tangible, tertukarkan exchangeable, terpisahkan severable, dan berkekuatan hukum legally enforceable. Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya aset tetapi tiadanya karakteristik pendukung tidak menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aset. Pengukuran Salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukuran measurability manfaat ekonomik masa datang. Yang dimaksud pengukuran dalam pembahasan disini adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada saat terjadinya yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut. Kos menjadi data dasar untuk mengikuti aliran fisis kegiatan ekonomik badan usaha. Sebagai aliran informasi, kos juga mengalami tiga tahap perlakuan akuntansi mengikuti aliran fisis yaitu: 21 1 Pengukuran measurement, pengakuan recognition, dan klasifikasi classification pertama kali pada saat terjadinya. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pengukuran saja. 2 Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa alokasi, distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internalmanajerial atau untuk kepentingan pengkosan produk. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut penelusuran tracing. 3 Pembebanan ke pendapatan periode berjalan atau periode-periode yang akan datang. Kos yang belum menjadi beban pendapatan biaya akan melekat pada objek menjadi aset badan usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pembebanan ke pendapatan charging to revenues. Penilaian Penilaian adalah proses penentuan jumlah rupiah suatu objek untuk menentukan makna ekonomiknya di masa lalu, sekarang, atau mendatang. Di dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan karena adanya asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur makna ekonomik suatu objek, pos, atau elemen. Pengukuran biasanya digunakan dalam akuntansi untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat untuk objek pada saat pemerolehan. Penilaian biasanya digunakan untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen atau pos statemen keuangan pada saat penyajian. Konsep dasar kontinuitas usaha menempatkan aset sebagai sisa potensi jasa yang akan menjadi upaya dalam menghasilkan pendapatan sehingga dasar penilaian yang paling menggambarkan makna tersebut adalah kos historis. Akan tetapi, pada kenyataannya pos-pos aset tidak hanya memiliki atribut sebagai sisa potensi jasa tetapi juga atribut yang lain. Karena adanya bebragai atribut yang disandang oleh pos- pos aset, berbagai dasar penilaian harus digunakan dalam penyajian agar informasi semantik yang dikandung berpaut relevan bagi pemakai statemen keuangan. 22 Konsep dan Basis Penilaian Hendricksen dan Van Breda 1992 membahas konsep dan dasar penilaian aset untuk tujuan pelaporan keuangan dari dimensi yaitu arah aliran aset dan waktu. Nilai pertukaran aset itu sendiri dapat dipandang dari dua sisi yaitu pertukaran dalam pemerolehan dan pertukaran dalam pemanfaatan aset. Nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran pemerolehan disebut dengan nilai masukan inputentry values atau exchange input values sedangkan nilai yang diperoleh dari pertukaran pemanfaatan disebut nilai keluaran outputexit values atau exchange output values. Walaupun penyajian aset adalah untuk saat tertentu yang dalam dimensi waktu dapat diletakkan sebagai titik sekarang current, nilai pertukaran yang dapat dijadikan basis penilaian dapat nilai pertukaran masa lalu past, atau masa mendatang future. Dimensi waktu dan arah pemerolehan atau pemakaian menghasilkan enam basis pengukuran sebagaimana dikemukakan Hendrickesn dan Van Breda 1992, hlm. 489 yaitu: kos historis historical cost, kos pengganti replacement cost, kos harapan expected costs, harga jual masa lalu pas selling prices, harga jual sekarang current selling prices, dan nilai terealisasi harapan expected relizable values. Gambar 2.4 berikut menyarikan hubungan antara berbagai dasar pengukuran tersebut. Gambar 2.4 Basis Pengukuran Dalam Dimensi Waktu dan Aliran Aset Jadi, konsep nilai masukan dan keluaran sebenarnya berkaitan dengan konsep kesatuan usaha yang dianggap menguasai sumber ekonomik aset dan harus mempertanggungjelaskan aset tersebut. Oleh karena itu, yang dimaksud masukan tidak lain adalah transaksi pertukaran exchange dalam rangka “menjual” suatu pos aset atau objek jasa tertentu. Dasar penilaian yang akan dipilih sebenarnya menggambarkan nilai pertukaran tersebut. 23 Pengakuan Suatu jumlah rupiah atau kos diakui sebagai aset apabila jumlah rupiah tersebut timbul akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi aset. Pada umumnya pengakuan aset dilakukan besamaan dengan adanya transaksi, kejadian, atau keadaan tersebut. Di samping memenuhi definisi aset, kriteria keterukuran, keberpautan, dan keterandalan harus dipenuhi pula. Dengan mengutip Sterling, Belkaoui 1993, hlm. 194-195 menunjukan kondisi perlu necessary dan kondisi cukup sufficient yang merupakan penguji tests yang cukup rinci untuk mengakui aset yaitu: 1. Deteksi adanya aset detection of existence test. Untuk mengakui aset, harus ada transaksi yang menandai timbulnya aset. 2. Seumber ekonomik dan kewajiban economic resources and obligation test. Untuk mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber ekonomik yang langka, dibutuhkan dan berharga. 3. Berkaitan dengan entitas entity association test. Untuk mengakui aset, kesatuan usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset. 4. Mengandung nilai non-zero magnitude test. Untuk mengakui aset, suatu objek harus mempunyai manfaat yang terukur secara moneter. 5. Berkaitan dengan waktu pelaporan temporal association test. Untuk mengakui aset, semuapenguji diatas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan tanggal neraca. 6. Verifikasi verification test. Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung untuk meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi. Apa yang dikemukakan Belkaoui diatas sebenarnya adalah apa yang disebut sebagai kaidah pengakuan recognition rules yang merupakan petunjuk teknis atau prosedur untuk menerapkan empat kriteria pengakuan recognition criteria FASB yaitu definisi, keterpautan, keterukuran, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan karena kriteria pengakuan di atas sebenarnya berkaitan dengan masalah apakah suatu 24 kos dikapitalisasi capitalized atau dibiayakan expensed. Bila kaidah pengakuan diatas tidak dipenuhi, kos diperlakukan menjadi beban pendapatan sebagai biaya atau rugi.

2.4. Teori yang Berhubungan dengan Liabilities