Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis dengan saham yang mula-mula diterbitkan. Bila distribusi dividen tidak disertai
dengan kapitalisasi laba ditahan, dividen saham akan menyerupai pemecahan saham stock split. Pemecahan saham asalah penurunan nominal atau nilai nyataanstated
value per saham dengan cara menukar tiap satu saham yang beredar dengan dua atau lebih saham baru yang nilai nominal per sahamnya merupakan pecahan dari nilai
nominal saham semula. Pembagian deviden saham tanpa kapitalisasi laba ditahan sama saja dengan
mempertahankan klasifikasi ekuitas atas dasar sumber. Karena tidak ada kapitalisasi laba ditahan, masalah penilaian tidak timbul. Dari sudut pandang perusahaan, yang
terjadi adalah saham beredar menjadi lebih banyak tanpa ada perubahan rupiah modal setoran adan laba ditahan sehingga nominal per lembar saham akan turun. Perusahaan
tidak perlu melakukan penjurnalan apapun dan cukup mengungkapkan informasi dalam penjelasan atas statemen keuangan.
Bila reklasifikasi ekuitas yang menjadi tujuan pembagian deviden saham dan nominal per saham dipertahankan, tambahnya saham yang beredar bukan lagi
merupakan pemecahan nominal saham tapi benar-benar merupakan dividen saham. Pembagian divoden saham ini akan menimbulkan masalah penilaian untuk
menentukan kapitalisasi laba ditahan dan pengungkapan yang memadai. Penilaian untukmenentukan kapitalisasi laba ditahan dapat menggunakan dasar nominal saham
atau harga pasar saham atau dasar lainny bergantung pada karakteristik atau tujuan pembagian dividen saham.
2.6. Teori yang Berhubungan dengan Pengungkapan
Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses
40
akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan. Evans 2003 mengartikan pengungkapan sebagai berikut:
Disclosure means supplying information in the financial statements, including the statements themselves, the notes to the statements, and the supplementary
disclosure associated with the statements. It does not extend to public or private statements made by management or information provided outside the
financial statements. Pengungkapan sering juga dimaknai sebagai penyediaan informasi lebih dari
apa yang dapat disampaikan dalam bentuk statemen keuangan formal. Hal ini tampaknya sejalan dengan gagasan FASB dalam rerangka konseptualnya sebagai
berikut SFAC No. 1, prg. 5: Although financial reporting and financial statements have essentially the
same objectives, some useful information is better provided by financial statements and some is better provided, or can only be provided, by means of
financial reporting other than financial statements. Masalah teroritis pengungkapan dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
berikut ini: 1. Untuk siapa informasi diungkapkan?
2. Mengapa pengungkapan harus dilakukan? 3. Seberapa banyak dan informasi apa yang harus diungkapkan?
4. Bagaimana cara dan kapan mengungkapkan informasi?
Siapa Dituju
Rerangka konseptual telah menetapkan bahwa investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju oleh pelaporan keuangan sehingga pengungkapan
ditujukan terutama untuk mereka. Pengungkapan menuntut lebih dari sekedar pelaporan keuangan tetapi meliputi pula penyampaian informasi kualitatif atau non-
41
kuantitatif. Karena pihak yang dituju lebih luas dan model pengambilan keputusannya kurang dapat diidentifikasi, pengungkapan cenderung untuk meluas dan jarang
menjadi sempit spesifik.
Fungsi dan Tujuan Pengungkapan
Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mecapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani
berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Telah disinggung bahwa investor dan kreditor tidak homogen tetapi bervariasi dalam hal
kecanggihannya sophistication. Karena pasar modal merupakan sarana utama pemenuhan dana dari masyarakat, pengungkapan dapat diwajibkan untuk:
1. Tujuan Melindungi Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup
canggih sehingga pemakai yang naif perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka tidak mungkin peroleh atau tidak mungkin olah untuk
menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos statemen keuangan. 2. Tujuan Informatif
Tujuan informatif biasanya dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas dengan tingkat kecanggihan tertentu. Dengan demikian, pengungkapan
diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut. Tujuan ini biasanya melandasi
penyusun standar akuntansi untuk menentukan tingkat pengungkapan. 3. Tujuan Kebutuhan Khusus
Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang
dipandang bermanfaat nagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas yang
42
berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang menuntut pengungkapan secara rinci.
Keluasan dan Kerincian Pengungkapan
Hal ini berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi yang harus diungkapkan yang disebut dengan tingkat pengungkapan levels of disclosure. Evans
2003, hlm. 336 mengidentifikasi tiga tingkat pengungkapan yaitu memadai adequate disclosure, wajar atau etis fair or ethical disclosure, dan penuh full
disclosure. Tingkat ini mempunyai implikasi terhadap apa yang diungkapkan. Tingkat memadai adalah tingkat minimum yang harus dipenuhi agar statemen
keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan pengambilan keputusan yang diarah. Tingkat wajar adalah tingkat yang harus dicapai agar semua
pihak mendapat perlakuan atau pelayangan informasional yang sama. Artinya, tidak ada satu pihak yang kurang mendapat informasi sehingga mereka menjadi pihak yang
kurang diuntungkan posisinya. Dengan kata lain, tidak ada preferensi dalam pengungkapan informasi. Tingkat penuh menuntut penyajian secara penuh semua
informasi yang berpaut dengan pengambilan keputusan yang diarah. Tingkat pengungkapan yang tepat memang harus ditentukan karena terlalu
banyak informasi sama tidak menguntungkannya dengan terlalu sedikit informasi. Oleh karena itu, diperlukan kriteria atau pertimbangan untuk menentukan batas atas
dan batas bawah. Dalam hal pengungkapan, batas atas tingkat penuh lebih banyak menimbulkan kontroversi dibandingkan dengan batas bawah. Artinya, bagi penentu
kebijakan, menentukan seberapa luas pengungkapan harus dilakukan lebih problematik dibanding menentukan informasi apa yang tidak perlu diungkapkan.
Kendala Pengungkapan
Berbagai hal menjadi pertimbangan penyusun standart atau badan pengawas untuk menentukan seberapa banyak informasi harus diungkapkan. Berikut ini adalah
beberapa hal yang harus dipertimbangkan atau menjadi kendala dalam pengungkapan. Kendala pada umumnya timbul dari kaca mata perusahaan.
43
Salah satu hal yang menentukan keluasan dan kerincian pengungkapan adalah tujuan pengungkapan. Tujuan perlindungan atau protektif biasanya menuntut
pengungkapan yang lebih luas dan lebih rinci. Pengungkapan yang lebih luas biasanya terkendala oleh keengganan perusahaan untuk menyediakan informasi.
Banyak perusahaan-perusahaan saat ini yang enggan mengungkapkan lebih banyak informasi keuangannya dengan berbagai argumentasi yang kadang tidak
realistis dan tidak mendapat dukungan banyak pihak yang berkepentingan antara lain : 1.
Pengungkapan akan membantu pesaing dan akan merugikan pemegang saham. 2.
Serikat pekerja akan memperoleh keuntungan dengan tawar menawar upah dengan pengungkapan informasi keuangan yang lengkap.
3. Investor sering dinyatakan tidak dapat memahami kebijakan dan prosedur
akuntansi. 4.
Sumber-sumber lain kadang dianggap mampu menyediakan informasi tersebut dengan biaya yang lebih rendah daripada jika diberikan oleh perusahaan dalam
laporan keuangannya. 5.
Tidak adanya pengetahuan tentang kebutuhan para investor. Banyaknya perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi yang cukup
dalam laporan keuangannya menuntut adanya regulasi peraturan yang menentukan isi dan format laporan keuangan dan juga memuat ketentuan-ketentuan spesifik yang
berhubungan dengan pengungkapan.
Pengungkapan Wajib dan Sukarela
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas.
Pembahasan sebelum ini sebenarnya ditujukan untuk menentukan pengungkapan wajib. Batas pengukuran dan pengakuan dalam rerangka konseptual FASB dalam
gambar 2.6 sebenarnya juga menggambarkan tingkat pengungkapan wajib dan
44
sukarela. Pengungkapan dalam lingkup 1 sampai 3 dapat dipandang sebagai pengungkapan wajib dan sisanya sukarela.
Gambar 2.6 Lingkup Informasi Pelaporan keuangan: Rerangka konseptual FASB
Teori pensignalan signalling theory melandasi pengungkapan sukarela ini. Manajemen harus selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang
menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik good news. Manajemen
juga berminat menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan.
Pengungkapan sukarela ini merupakan solusi atas kendala pengungkapan secara penuh yang dibahas diatas. Dengan kebersediaan manajemen dalam
pengungkapan sukarela ini, tingkat pengungkapan wajib yang dapat ditetapkan dapat diarahkan ke tingkat wajar atau bahkan memadai tidak perlu penuh.
45
Regulasi Pengungkapan
Mempercayakan pengungkapan sepenunya kepada manajemen sama saja dengan menyerahkan penyediaan informasi kepada pasar. Beberapa argumen
mendukung perlunya regulasi dalam penyediaan informasi. Alasan tersebut adalah a penyalahgunaan abuse, b eksternalitas extenalities, c asimetri informasi
information asymetry, dan d keengganan manajemen management reluctance. Semua regulasi diarahkan untuk mencegah adanya penyalahgunaan dan
kecurangan fraud oleh para pelaku pasar modal terutama dalam masalah pengungkapan. Hal ini menjadi pemicu dibentuknya SEC dan dikeluarkannya
Securities Act 1933 dan Securities Exchange Act 1934. Intervensi pemerintah semacam ini diperlukan untuk menjamin efisiensi dan pemerataan dalam hal
informasi melalui regulasi. Eksternalitas merupakan salah satu alasan diperlukannya regulasi.
Eksternalitas terjadi ketika tindakan satu pihak dalam hal ini pengungkapan informasi mempengaruhi pihak lain yang diuntungkan tanpa menanggung kos atau
dirugikan tanpa kompensasi. Hal ini akan mengurangi insentif untuk mengungkapkan secara penuh informasi meskipun hal tersebu bermanfaat bagi banyak orang. Insentif
menjadi kurang karena perusahaan yang menyampaikan informasi tidak mendapat kompensasi untuk itu. Situasi ini disebut kegagalan pasar market failure. Kegagalan
pasar dapat diatasi dengan regulasi untuk mendorong pengungkapan informasi sebagai tindakan kolektif collective action bukan tindakan individual atau sukarela.
Karena manajemen dan investorkreditor merupakan pihak yang terpisah dan hubungan kedua pihak tersebut dapat dipandang sebagai hubungan keagenan,
dikhawatirkan akan terjadi asimetri informasi antara kedua pihak tersebut dengan manajemen sebagai pihak yang lebih menguasai informasi. Asimetri informasi
mendorong investor untuk melakukan pencarian informasi nonpublik secara individual yang mengakibatkan para investor tidak mempunyai informasi yang samsa.
Akibatnya pasar menjadi tidak efisien. Regulasi yang mewajibkan informasi tertentu diungkap secara publik akan mengurangi asimetri informasi baik anatara manajemen
dan investor maupun antara para investor itu sendiri.
46
Karena kepentingan sendiri, manajemen cenderung enggan untuk mengungkapkan informasi yang dapat meningkatkan kemampuannya untuk
memenuhi kepentingan pribadinya dengan mengorbankan kepentingan umum public interest. Regulasi dapat menyeimbangkan kepentingan tersebut.
Atas dasar uraian diatas dapat disimpulkan bahwa regulasi mengenai apa yang harus diungkapkan dapat dijustifikasi dari berbagai aspek. Bukti empiris juga
memperkuat diperlukannya regulasi dalam pengungkapan informasi.
Metode Pengungkapan
Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis informasi disajikan kepada pemakai dalam satu perangkat statemen keuangan beserta informasi
lain yang berpaut. Metode ini biasanya ditentukan secara spesifik ke dalam pelaporan keuangan antara lain sebagai:
1. Bentuk dan susunan laporan formal Bentuk dan susunan laporan keuangan dapat diubah secara efektif untuk
menampilkan jenis informasi tertentu yang tidak diungkapkan dalam laporan yang tradisional baik di neraca, laporan rugi laba maupun di laporan arus kas
2. Terminologi dan penyajian yang terinci Judul deskripsi yang tepat untuk pos-pos dalam laporan keuangan akan menjadi
penjelas bagi pembaca. 3. Informasi parentesis
Jika judul pos dalam laporan tidak cukup menjelaskan,, diperlukan definisi tambahan berbentuk parentesis dalam tanda kurung setelah judul laporan
tersebut. 4. Catatan kaki
Catatan kaki digunakan untuk menyajikan data kuantitatif yang terinci yang tidak cukup signifikan untuk dicantumkan dalam tubuh laporan, tapi data ini disajikan
dalam bentuk daftar pelengkap, antara lain : a. Kebijakan akuntansi dan perubahan akuntansi
b. Hak kreditor untuk didahulukan c. Aktiva kontinjen dan kewajiban kontinjen
d. Pembatasan pada pembayaran dividen e. Hak-hak pemegang equitas
f. Dan lain-lain
5. Laporan dan data pelengkap
47
Data keuangan diikhtisarkan dan disajikan dalam laporan secara ringkas dan untuk dapat lebih dimengerti oleh pembaca sebagaian informasi yang terinci dan
signifikan harus dikeluarkan dari laporan dan disajikan dalam daftar pelengkap. Daftar ini kadang dimasukkan dalam catatan kaki dan kadang dalam satu bagian
setelah laporan dan catatan kaki 6. Laporan Auditor
Laporan ini bertujuan mengungkapkan jenis-jenis informasi berikut : a. Dampak materil dari penggunaan metode akuntansi yang berbeda dengan
yagn lazim b. Dampak materil dari perubahan satu metode ke metode akuntansi yang lazim
lainnya. c. Perbedaan pendapat antara auditor dan klien mengenai kelaziman suatu
metode akuntansi yang digunakan dalam laporan. 7. Pembahasan dan analisis manajemen serta surat direktur utama
Hal-hal yang dapat diidentifikasi manajemen a. Hasil-hasil arbiter yang disebabkan oleh konvensi pembagian operasi yang
kontinyu menjadi periode-periode akuntansi yang tetap. b. Estimasi, pertimbangan, dan asumsi yang mereka gunakan dalam pelaporan
keuangan. c. Ketidakpastian yang signifikan yang mendasari estimasi atau asumsi.
2.7. Regulasi