I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, fungsinya adalah sebagai penyedia hasil hutan baik berupa kayu dan non
kayu serta sebagai penyangga sistem kehidupan. Pemanfaatan dan pengelolaannya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun pemanfaatannya
harus tetap mempertimbangkan kelestariannya, agar menghasilkan hasil hutan yang kontinyu sehingga kebutuhan masyarakat dapat tercukupi.
Saat ini pemenuhan kebutuhan akan kayu tidak bisa dibebankan pada hasil kayu dari hutan alam saja oleh karena itu perlu dibangun hutan tanaman yang dikelola
untuk memenuhi kebutuhan kayu yang tidak bisa dipenuhi oleh hutan alam. Pengusahaan hutan ini harus berlandaskan prinsip kelestarian untuk menjamin
kekontinyuan produk berupa kayu, Salah satu hutan tanaman yang telah dikelola dan diusahakan secara lestari adalah hutan tanaman jati Tectona grandis Linn. f di Jawa
yang dikelola oleh Perum Perhutani. Jati telah lama dikenal sebagai kayu yang berkualitas, dengan kondisi kelas kuat
dan kelas awet yang tinggi serta memiliki nilai artistik yang tinggi pula. Untuk mendapatkan nilai kayu yang tinggi tersebut diperlukan daur yang panjang yaitu
antara 40-80 tahun. Namun dalam perkembangannya tegakan jati sangat riskan terhadap gangguan seperti penggembalaan ternak, penyerobotan lahan, kebakaran,
serangan hama penyakit, penebangan liar dan penurunan kualitas tempat tumbuh yang dapat berakibat terhadap penurunan potensi tegakan yang bersangkutan.
Gangguan-gangguan di atas dapat mengakibatkan terhambatnya riap diameter yang dapat berakibat terjadinya penurunan kerapatan bidang dasar yang mengakibatkan
penurunan volume kayu. Namun pada kenyataannya gangguan yang ada kurang diperhitungkan dalam
penghitungan jatah tebangan per tahun di Perum Perhutani, karena sampai saat ini penghitungan jatah tebangan atau etat masih mengacu pada SK. Dirjen Kehutanan
No. 143KPTSDj1974 dan perhitungan etatnya menggunakan metode Burn. Dalam
SK tersebut hasil tanaman tiap tahunnya dianggap berhasil, luas tegakan tiap kelas umur dianggap tetap dan tidak memperhitungkan faktor pengganggu, sedangkan
gangguan-gangguan tersebut dapat mengganggu kelestarian hasil dan usaha dalam menormalkan hutan tanaman jati. Pengelolaan hutan bertujuan untuk menghasilkan
kayu secara lestari sering disebut prinsip kelestarian hasil Sustained yield Principle yang merupakan syarat terbentuknya hutan normal. Hutan normal adalah tegakan
hutan yang mempunyai sebaran kelas umur normal, riap normal, dan volume normal. Apabila ketiga komponen tersebut tidak dapat terpenuhi maka kelestarian hasil dapat
terganggu dan pengelolaan hutan akan mengalami overcutting atau undercutting. Pengelolaan hutan jati di Jawa tidak sesuai dengan konsep hutan normal, hal ini
ditunjukkan dengan penurunan luas hutan pada kelas umur tua dengan bentuk grafik huruf J terbalik. Susunan kelas umur ini dikhawatirkan akan mengganggu
kesinambungan produksi barang dan jasa dimasa mendatang, dan dengan terganggunya kesinambungan produksi dapat mengganggu kesehatan perusahaan
yang bersangkutan.
B. Tujuan Penelitian