Kerapatan Bidang Dasar Kajian Kelestarian Produksi Kayu Jati (Tectona grandis Linn.f) KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

Saat ini tanaman jati telah menyebar diberbagai negara Asia Tenggara Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Vietnam, Kamboja, Jepang, Di wilayah pasifik Australia dan Fiji, Di Afrika Tanzania, Sudan, Somalia, Zimbabwe, Uganda, Kenya, Malawi, Senegal, Guinea, Ivory coast, Ghana, Puerto Rico, Panama, Honduras, Jamaika, Nicaragua dan West Cost dan Cuba dan wilayah Amerika Brazil, Suriname, Colombia, Venezuela, Argentina, Costa Rica, Belize, dan El Savador Sumarna, 2003. B.Bonita Site Index Bonita suatu lahan menunjukkan kapasitas lahan menghasilkan kayu untuk suatu luasan lahan dan waktu tertentu Poerwowidodo, 2004. Bonita adalah kemampuan tempat tumbuh bagi suatu jenis kayu dalam memberi hasil, bonita tergantung pada tanah dan iklim dan ditentukan oleh perkembangan jenis kayu bersangkutan yaitu oleh tumbuh meningginya SK Dirjen Kehutanan No. 143, 1974. Site index didefinisikan sebagai rata-rata tinggi dari pohon dominan dan kodominan pada umur tertentu Meyer et al, 1961. Bonita adalah kelas-kelas dari indeks tempat tumbuh yang biasanya dinyatakan dengan angka romawi yang menyatakan kapabilitas suatu tempat tumbuh dalam menghasilkan produk tegakan hutan. Indeks tempat tumbuh adalah besaran peninggi tegakan pada umur indeks tertentu Harbagung, 1991 dalam Patricia, 2006

C. Kerapatan Bidang Dasar

Menurut SK Dirjen Kehutanan No. 143 1974, kepadatan bidang dasar KBD adalah perbandingan antara bidang dasar hasil sampling dengan bidang dasar yang terdapat pada tabel tegakan. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut : pn x p Bp B B B B 1 ..... 3 2 1 + + + = Dimana : B = bidang dasar dalam m2ha B1, B2, Bp = bidang dasar perplot dalam m2 P = banyaknya plot. Maka : Bt B KBD = Bt adalah bidang dasar menurut tabel tegakan D.Konsep Hutan Normal Tegakan hutan normal adalah tegakan hutan yang mempunyai sebaran kelas umur normal, riap normal, dan volume normal Meyer et al, 1961. Sedangkan menurut Osmaston 1968, hutan normal adalah hutan yang secara praktis dapat mempertahankan derajat kesempurnaan yang dapat dicapai dalam semua bidang, untuk memenuhi keputusan dari tujuan manajemen. Faktor-faktor yang mempengaruhi hutan normal adalah: 1.Pertumbuhan dari pohon dalam beradaptasi 2.Fluktuasi iklim 3 Kerusakan hutan Selanjutnya menurut Osmaston 1968, faktor-faktor dasar dari kenormalan suatu hutan memiliki persyaratan : 1.Struktur dan komposisi hutan sesuai dengan lingkungannya atau faktor tempat tumbuh. 2.Tegakan terdiri dari kelas umur dan ukuran yang sedemikian rupa sehingga secara teratur dapat memberikan manfaat yang maksimal baik tangible maupun intangible. 3.Organisasi yang memadai dan sesuai dengan tujuan manajemen. 4.Pembagian hutan kedalam unit kerja dan administrasi sebaik mungkin. Pada Gambar berikut ini gambar 1 merupakan gambaran Konsep Hutan Normal, yaitu keadaan dimana masing-masing kelas umur memiliki luasan yang proporsional dan berurutan, sehingga setiap tahunnya menghasilkan hasil yang sama. Gambar 2 merupakan kondisi yang terjadi di Perum Perhutani saat ini yaitu keadaan dimana semakin tua umur tegakan , luas kelas umur cenderung semakin berkurang. Kenyataan saat ini konsep hutan normal sulit dicapai karena adanya berbagai gangguan pengelolaan yang terjadi baik dari segi ekologi maupun keadaan sosial masyarakat sekitar hutan. Gambar 1. konsep Hutan Normal Gambar 2. Kurva Kelas Hutan Saat ini E.Hutan Seumur even aged forest Ketentuan dasar dari sebuah hutan normal didasarkan pada alasan silvikultur. Tegakan hutan normal adalah tegakan yang sebagian besar pohonnya ditanam pada waktu yang bersamaan, perlindungan dari naungan, dan dikembangkan dibawah Luas KU KU Luas kondisi pencahayaan penuh tanpa kompetisi pembatas pertumbuhan yang signifikan Davis, 1966. Osmaston 1968, menyatakan untuk menjamin adanya tegakan seumur daur yang akan ditebang habis, maka perlu adanya rangkaian kelas umur pada tegakan tersebut secara kontinyu. Rangkaian kelas umur ini disebut dangan pengaturan normal dan volume total dari seluruh tegakan normal adalah tegakan persediaan normal Normal Growing Stock. Volume normal untuk tegakan seumur pada dasarnya ditentukan oleh ukuran rata-rata dan kualitas kayu yang dihasilkan, bonita, sistem silvikultur yang yang ditetapkan, dan jenis hasil hutan yang bersangkutan. Landasan utama dalam konsep volume normal adalah menyediakan bahan pembanding baku dengan kondisi tegakan yang sebenarnya yang akan dibandingkan, untuk selanjutnya menentukan kekurangan-kekurangan kondisi tegakan yang sebenarnya dalam rangka pengusahaan kelestarian hutan Osmaston, 1968. F.Daur Menurut Osmaston 1968, daur adalah interval waktu dari mulai taman sampai tegakan dianggap masak tebang dan mendapat giliran untuk ditebang habis dalam suatu kelas perusahaan. Menurut Simon 1993 dalam Amelgia 2004, yang dimaksud dengan daur atau rotasi adalah suatu periode dalam tahun yang diperlukan untuk menanam dan memelihara suatu jenis pohon sampai mencapai umur yang dianggap masak untuk keperluan tertentu. Untuk hutan tidak seumur istilah yang digunakan adalah siklus tebangan, sedangkan istilah daur lebih dipergunakan untuk hutan tanaman yang sejenis dan mempunyai kelas umur sama. G.Etat Menurut Davis 1966 etat adalah besarnya penebangan akhir yang setiap tahunnya harus dilakukan untuk mencapai dan mempertahankan suatu kelas perusahaan dengan prinsip kelestarian hasil Sustainable Yield Principle. Beberapa cara dalam menentukan etat : 1.Berdasarkan luas 2.Berdasarkan volume 3.Kombinasi luas dan volume 4.Berdasarkan volume dan riap 5.Berdasarkan jumlah pohon Menurut Osmaston 1968, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan etat, yaitu : 1.Besarnya jumlah tebangan yang diinginkan. 2.Alokasi jumlah tebangan tersebut yang terbagi kedalam hasil akhir dan antara. 3.Penyusunan suatu rencana tebangan menurut alokasi tempat dan waktu pada tegakan yang akan ditebang dan dijarangi. Etat tebangan dipakai dalam hutan tanaman sedangkan pada hutan alam disebut annual allowable cut. Perhitungan etat volume dan etat luas hanya diturunkan dari kelas hutan produktif saja, etat volume berfungsi untuk kontrol kelestarian hasil, sedang etat luas lebih berfungsi untuk kontrol luas tanaman tiap tahunnya.

H. Metode Burn