Desain Kapal Perikanan Kajian stabilitas statis kapal yang mengoperasikan alat tangkap dengan cara diam/statis(Static Gear)

9 saja kapal mudah membelok, turning cycle yang kecil kapal dapat membelok dengan diameter putaran yang kecil. 3Sea worthiness layak laut. 4Luas lingkup area pelayaran dalam kondisi perairan yang beragam. 5Konstruksi yang kuat dan ringan. 6Propulsion engine mesin penggerak yang kecil dan memiliki daya tinggi. 7Handling dan processing equipment. 8Fishing equipment alat bantu yang sesuai dengan target dan gear. Menurut Imron 1989, kapal penangkap ikan mempunyai bentuk tiga dimensi yang kemudian dikenal dengan nama dimensi utama kapal principal dimension, diantaranya adalah panjang L, lebar B, dan dalam D. Dimensi utama ini dapat digunakan dalam menentukan kapasitas,volume kapal, stabilitas dan perhitungan lainnya. Adapun yang digunakan dalam perhitungan kapal penangkap ikan adalah meliputi panjang seluruh LOA, Length Between Perpendicular LBP atau LPP, dalam D dan syarat air d.

2.2 Desain Kapal Perikanan

Desain kapal perikanan di Indonesia pada umumnya tidak dilengkapi dengan gambar-gambar desain dalam arsitek perkapalan, seperti general arrangement, lines plan, deck profile construction, engine seating dan lain-lain. Hal ini dikarenakan proses dalam pembuatan kapal yang masih sederhana dan diperoleh secara turun- temurun Pasaribu, 1985. Menurut Fyson 1985, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap desain suatu kapal perikanan adalah tujuan penangkapan, alat dan metode penangkapan, karakteristik geografis daerah penangkapan, kelaiklautan dan keselamatan awak kapal, hukum dan peraturan yang berkaitan dalam mendesain kapal perikanan, pemilihan material kontruksi yang tepat, penanganan dan penyimpanan hasil tangkapan serta faktor-faktor ekonomi. Bentuk dan jenis dari kapal perikanan berbeda satu sama lainnya, hal ini disebabkan oleh perbedaan tujuan usaha penangkapan, target spesies penangkapan 10 serta kondisi perairan Ayodhyoa, 1972. Yulianto 1996, menambahkan bahwa bentuk dari lambung kapal yang terendam di bawah permukaan air berbeda-beda sesuai dengan jenis kapal. Menurut Iskandar dan Pujiati 1995, kapal ikan dapat dibagi kedalam empat kelompok berdasarkan metode pengoperasian alat tangkapnya, antara lain : 1Encircling gear, yaitu kelompok kapal yang mengoperasikan alat tangkapnya dengan cara dilingkarkan, seperti misalnya kapal purse seine, payang dan dogol. 2Static gear, yaitu kelompok kapal yang mengoperasikan alat tangkapnya dengan cara diam atau menunggu pasif, seperti misalnya kapal gillnet, trammel net, pole and line dan pancing ulur. 3Towed gearDragged gear, yaitu kelompok kapal yang mengoperasikan alat tangkapnya dengan cara ditarik, seperti misalnya kapal pukat dan tonda. 4Multi purpose, yaitu kelompok kapal yang mengoperasikan alat tangkapnya lebih dari satu alat tangkap. Menurut Dohri dan Soedjana 1983, ada beberapa bentuk badan kapal kalau dilihat dari bawah garis air WL, antara lain : 1 Flat Bottom, yaitu badan kapal berbentuk Parallel Epipedium Gambar 1, 2 U-Bottom, yaitu badan kapal berbentuk penuh atau huruf U Gambar 2, 3 V-Bottom, yaitu badan kapal berbentuk tajam atau huruf V Gambar 3, Gambar 1. Bentuk badan kapal flat bottom Gambar 2. Bentuk badan kapal U-bottom 11 Gambar 3. Bentuk badan kapal V-bottom Fyson 1985, menambahkan bahwa ada bentuk badan kapal yang lain, selain ketiga bentuk badan kapal di atas yaitu badan kapal yang berbentuk seperti kurva melengkung round bottom lihat Gambar 4. Traung 1960, juga menambahkan bentuk badan kapal yang lain yaitu bentuk badan kapal seperti huruf U dengan garis kaku akatsuki bottom lihat Gambar 5. Gambar 4. Bentuk Badan Kapal Round Bottom Gambar 5. Bentuk Badan Kapal Akatsuki Bottom Rahman 2004, dalam penelitiannya menemukan lima jenis bentuk kasko diantaranya adalah U-bottom, round bottom, akatsuki bottom, round flat bottom dan hard chin bottom. Bentuk kasko round flat bottom merupakan bentuk badan kapal yang bagian dasarnya cenderung rata kemudian melengkung hingga ke sheer kapal Gambar 6. Adapun bentuk kasko hard chin bottom ini merupakan bentuk badan kapal V-bottom dengan garis kaku Gambar 7. 12 Gambar 6. Bentuk badan kapal round flat bottom Gambar 7. Bentuk badan kapal hard chin bottom Bentuk badan kapal V-Bottom pada bagian haluan menurut Iskandar 1990, bertujuan agar kapal dapat membelah air dengan baik. Kirana 2000, menambahkan bahwa bentuk badan kapal seperti huruf V pada bagian haluan memungkinkan kapal dapat melaju dengan cepat karena dapat membelah masa air di depan kapal dengan mudah. Kirana 2000, juga mengemukakan bahwa bentuk badan kapal round bottom di bagian midship memungkinkan kapal dapat melakukan olah gerak dengan baik, namun volume kapasitas di bawah deck menjadi kurang maksimal sehingga berpengaruh terhadap olah gerak kapal, khususnya pada kapal kelompok static gear yang dalam pengoperasian alat tangkapnya terjadi pada salah satu sisi kapal yaitu pada saat melakukan setting maupun hauling. Menurut Iskandar 1990, bentuk badan kapal yang cenderung rata di bagian midship kurang begitu menguntungkan untuk melakukan olah gerak kapal. Dari hasil penelitian Farhum 1999, bahwa bentuk U-Bottom sangat cocok untuk kapal pole and line. Hal ini dikarenakan bentuk U-Bottom memiliki nilai stabilitas yang tinggi dan juga kapasitas volume ruang yang memungkinkan bagi penyimpanan bak sebagai tempat umpan hidup dan palkah. Mahriarni 1999, mengemukakan bahwa kapal baja skipjack pole and line 100 GT yang dibuat di PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Jakarta yang ditelitinya memiliki bentuk V-Bottom pada bagian haluan dan buritan, sedangkan pada bagian midship memiliki bentuk U. Menurut Iskandar 1990, kapal 13 gillnet di Indramayu di bagian haluan memiliki bentuk V-Bottom, di bagian dasar midship cenderung bentuk U atau agak rata dan di bagian buritan mengarah ke bentuk rata. Menurut Manurung 1990, kapal pancing ulur Sibolga di bagian haluannya memiliki bentuk V-Bottom dan di bagian midship serta buritannya cenderung berbentuk flat bottom. Adapun menurut Ludfiah 1991, perahu compreng di Cirebon memiliki tipe V-Bottom di bagian haluan dan buritannya serta di bagian midship memiliki bentuk round bottom. Langkah awal yang perlu dipertimbangkan dalam hal membandingkan desain kapal adalah rasio dimensi utama kapal, seperti LPPB, BD, dan LD yang berpengaruh terhadap stabilitas maupun ketahanan kapal. Nilai LB sebagai faktor pembatas dalam peraturan klasifikasi, dan juga digunakan sebagai ukuran memanjang kapal. Ayodhyoa 1972, menambahkan bahwa jika nilai LB mengecil akan berpengaruh buruk terhadap kecepatan kapal, begitu juga untuk nilai LD yang membesar akan mengakibatkan kekuatan memanjang kapal melemah adapun nilai BD yang membesar akan mengakibatkan stabilitas kapal meningkat akan tetapi akan berpengaruh buruk terhadap propulsive ability. Menurut Iskandar dan Pujiati 1995, nilai rasio LB dan LD untuk kapal kelompok static gear lebih besar dibandingkan kapal kelompok lainnya, sehingga membutuhkan stabilitas yang cukup tinggi. Berikut ini beberapa nilai kisaran rasio dimensi kapal kelompok static gear umumnya di Indonesia oleh Iskandar dan Pujiati 1995 masing-masing secara berurutan LB; LD dan BD adalah berkisar antara 2,83-11,12; 4,58-17,28 dan 0,96-4,68. Ayodhyoa 1972, mengatakan bahwa koefisien yang menggambarkan keadaan dari sebuah bentuk tubuh kapal adalah Coefficient of fineness yang terdiri dari Cb Coefficient of block, Cp Coefficient of prismatic, C ⊗ Coefficient of midship dan Cw Coefficient of water plane. Hubungan antara koefisien-koefisien tersebut adalah Cb = Cp x C ⊗ . Adapun urutan nilai koefisien-koefisien tersebut untuk kapal ikan dari yang terbesar sampai terkecil adalah Cb Cp C ⊗ . Menurut Fyson 1985, berdasarkan hubungan antara luas area badan kapal yang berbeda dengan volume badan kapal terhadap masing-masing dimensi utama kapal, koefisien bentuk 14 Coefficient of fineness akan menggambarkan bentuk badan kapal. Koefisien bentuk tersebut terdiri atas : 1Cb Coefficient of block, menunjukkan perbandingan kapasitas displacement kapal dengan volume bidang empat persegi panjang yang mengelilingi badan kapal. 2C ⊗ Coefficient of midship, menunjukkan perbandingan luas area penampang melintang tengah kapal dengan bidang empat persegi panjang yang mengelilingi luas area tersebut. 3Cw Coefficient of water plane, diperoleh dari nilai yang menunjukkan besarnya luas area penampang membujur tengah kapal dibandingkan dengan bidang empat persegi panjang yang mengelilingi luas area tersebut. 4Cp Coefficient of prismatic, menunjukkan perbandingan antara kapasitas displacement kapal dengan volume yang dibentuk oleh luas area penampang melintang tengah kapal dengan panjang kapal pada water plan.

2.3 Stabilitas Kapal Perikanan