19
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – November 2005 di Laboratorium Kapal Perikanan dan Navigasi, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data gambar body plan dan dimensi utama kapal kelompok alat tangkap statis yang diambil berdasarkan studi
literatur. Alat yang digunakan adalah 1 unit PC personal computer, alat tulis, software PGZ, serta Microsoft excel yang digunakan dalam simulasi dan pengolahan
data.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat simulasi-numerik, yaitu melakukan simulasi terhadap data yang diperoleh dari studi literatur. Dari hasil studi literatur diperoleh sepuluh
body plan kapal statik, yaitu kelompok kapal yang mengoperasikan alat tangkap dengan cara diamstatis. Kesepuluh kapal tersebut selanjutnya disimulasi untuk
memperoleh nilai stabilitas statis. Selain kesepuluh data kapal tersebut, juga diperoleh dua kapal lainnya yang merupakan hasil penelitian tentang stabilitas statis kapal yang
telah dilakukan oleh Handayani 2005 dan Pratiwi 2005.
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian adalah length perpendicular Lpp, breadth B, depth D, draft d, rentang stabilitas range of
stability, sudut kebasahan dek flooding angle, sudut kestabilan kapal yang semakin
20 berkurang vanishing angle, nilai lengan pengembali GZ maksimum, sudut GZ
maksimum dan tinggi metacentre GM dari beberapa kapal yang mengoperasikan alat tangkap statis.
3.3.2 Pengumpulan Data
Data yang terdiri dari gambar body plan kapal, length perpendicular Lpp, breadth B, depth D dan draft d diperoleh melalui studi literatur dari hasil
penelitian Rahman 2004. Adapun data mengenai rentang stabilitas, flooding angle, vanishing angle, lengan pengembali GZ maksimum, sudut GZ maksimum serta
tinggi metacentre diperoleh melalui simulasi dengan menggunakan program GZ dan MS. Excel. Dua kapal lainnya diperoleh dari hasil penelitian Handayani 2005 dan
Pratiwi 2005.
3.3.3 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software PGz kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk grafik dan tabulasi dalam MS. Excel. Dalam
pengolahan data, kondisi kapal yang digunakan adalah kondisi kapal dalam muatan penuh full load condition. Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah : 1Kapal berada pada kondisi perairan yang tenang;
2Draft kapal sama antara bagian haluan Fore Perpendicular dengan di buritan After Perpendicular atau posisi kapal dalam keadaan trim even keel;
3Kapal dalam kondisi keseimbangan 4Jarak dari lunas keel ke titik berat kapal gravity atau KG sama dengan tinggi
kapal depth.
3.3.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara comparative study. Sebelum comparative study dilakukan, data-data yang telah diolah dikelompokkan berdasarkan perbedaan
bentuk kasko kapal, selang nilai BD dan ton displacement kapal. Selanjutnya
21 comparative study dilakukan terhadap nilai-nilai stabilitas statis antar kelompok kapal
yang memiliki perbedaan bentuk kasko, selang nilai BD dan ton displacement kapal. Proses secara keseluruhan dalam mencapai tujuan dapat digambarkan secara
ringkas dan sistematis pada Gambar 11.
Gambar 11. Tahapan pencapaian tujuan penelitian Tujuan penelitian mendapatkan dan mengkaji
nilai stabilitas statis kelompok kapal yang mengoperasikan alat tangkap statis
Perolehan data :
Ø
rentang stabilitas range of stability
Ø
sudut kebasahan dek flooding angle
Ø
nilai lengan pengembaliGZ maksimum
Ø
sudut GZ maksimum
Ø
tinggi metacentre GM Pengolahan dengan software PGz
Kurva stabilitas statis
Pengelompokkan data berdasarkan :
Ø
perbedaan bentuk kasko
Ø
selang nilai BD
Ø
selang nilai ton displacement Data body plan, Lpp, breadth B, depth D, dan
draft d dari kapal kelompok alat tangkap statis
22
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Bentuk Kasko dan Dimensi Kapal Alat Tangkap Statis
Bentuk kasko adalah bentuk badan kapal yang terendam di bawah garis air water line. Bentuk kasko kapal kelompok alat tangkap statis yang diperoleh
berdasarkan data body plan di bagian haluan memiliki bentuk yang relatif sama yaitu V- bottom. Bentuk V- bottom di bagian haluan pada kapal kelompok alat tangkap
statis ini sudah cukup bagus, sehingga kapal dapat membelah air dengan baik. Bentuk kasko di bagian buritan juga relatif hampir sama dengan bentuk kasko di bagian
midship. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian Rahman 2004 diketahui bahwa untuk kelompok kapal yang mengoperasikan alat tangkap statis memiliki
beberapa bentuk kasko, yaitu U-bottom, round bottom, round flat bottom dan akatsuki bottom. Keempat jenis bentuk kasko tersebut dapat dijelaskan di bawah ini.
1 U – bottom Bentuk U-bottom merupakan bentuk yang paling umum dimiliki oleh kapal
kelompok alat tangkap statis. Dari keduabelas data kapal yang diperoleh enam kapal di antaranya bentuk kasko U-bottom. Bentuk ini memiliki kestabilan yang tinggi dan
volume ruang atau kapasitas penyimpanan dibawah dek yang besar, sehingga sangat cocok bagi kapal yang mengopersikan alat tangkap secara statis. Akan tetapi bentuk
ini memiliki tahanan kasko yang besar sehingga olah gerak manouvering dan kecepatan speed yang dimiliki terbatas, namun bukanlah kecepatan yang
diutamakan bagi kapal yang mengoperasikan alat tangkap statis melainkan kestabilan yang tinggi. Kapal kelompok alat tangkap statis yang termasuk kedalam bentuk ini
adalah Gillnet Indramayu GNT1, Pole and Line Sulawesi Utara, Long line 28,4 GT Pel. Ratu LL1, Long line 60 GT Bali LL3, Long line 31 GT Pel. Ratu LL4 dan
Long line 33 GT Pel LL5. Bentuk kasko U – bottom dapat dilihat pada Gambar 12.
23
Gambar 12. Bentuk kasko tipe U-bottom pada kapal alat tangkap statis
2 Round bottom Dari hasil studi literatur, diperoleh tiga kapal yang memiliki bentuk kasko
round bottom. Bentuk round bottom merupakan bentuk badan kapal yang bagian dasarnya seperti kurva melengkung hingga ke sheer kapal. Bentuk ini memiliki
tahanan kasko yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kedua bentuk kasko diatas U–bottom dan round flat bottom sehingga menghasilkan olah gerak manouvering
dan kecepatan speed yang tinggi. Akan tetapi bentuk ini kurang cocok bagi kapal kelompok static gear karena memiliki sudut oleng yang besar pada saat hauling yang
dilakukan pada salah satu sisi lambung kapal. Selain itu, kapasitas penyimpanan di bawah dek sangat terbatas. Berdasarkan data yang diperoleh kapal kelompok alat
tangkap statis yang memiliki bentuk ini adalah Trammel net TRN, Gillnet Jakarta Utara GNT2 dan Compreng Cirebon CR. Bentuk kasko round bottom dapat dilihat
pada Gambar 13 di bawah ini.
Gambar 13. Bentuk kasko tipe round bottom pada kapal alat tangkap statis
3 Round flat bottom Dari hasil studi literatur, diperoleh dua kapal yang memiliki bentuk kasko
round flat bottom. Bentuk ini merupakan bentuk badan kapal yang bagian dasarnya cenderung rata kemudian melengkung hingga ke sheer kapal. Bentuk ini juga cocok
bagi kapal kelompok alat tangkap statis. Selain menghasilkan sudut oleng yang kecil
24 pada saat melakukan hauling di salah satu sisi lambung kapal, juga memiliki volume
ruang atau kapasitas penyimpanan di bawah dek yang cukup besar. Kapal kelompok alat tangkap statis yang termasuk kedalam bentuk ini berdasarkan data yang diperoleh
adalah kapal Bubu lipat BL dan kapal Pancing ulur PU. Bentuk kasko round flat bottom dapat dilihat pada Gambar14 di bawah ini.
Gambar 14. Bentuk kasko tipe round flat bottom pada kapal alat tangkap statis
4 Akatsuki bottom Dari studi literatur, hanya diperoleh satu kapal yang memiliki bentuk kasko
akatsuki bottom. Bentuk akatsuki bottom merupakan bentuk badan kapal yang hampir menyerupai huruf U, akan tetapi memiliki lekukan yang setiap lekukannya
membentuk suatu sudut dengan rata pada bagian dasarnya. Secara teori bentuk ini sangat menguntungkan bagi kelompok kapal yang mengoperasikan alat tangkapnya
secara statis, karena memungkinkan memiliki stabilitas yang cukup baik. Berdasarkan data yang diperoleh, bentuk akatsuki bottom ini hanya dimiliki oleh kapal Long line
40 GT Bali LL 2. Bentuk kasko akatsuki bottom dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini.
Gambar 15. Bentuk kasko tipe akatsuki bottom pada kapal alat tangkap statis
Berdasarkan uraian di atas bahwa bentuk kasko kapal yang mengoperasikan alat tangkap secara statis di beberapa daerah di Indonesia dapat dinilai tidak mempunyai
kekhasan bentuk. Hal ini disebabkan karena tidak adanya standarisasi mengenai bentuk kasko berdasarkan metode pengoperasian alat tangkap. Ketidakstandaran ini
25 dapat disebabkan juga kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masing- masing
pembuat kapal di galangan kapal tradisional. Dimensi kapal-kapal yang mengoperasikan alat tangkap statis yang diteliti
memiliki nilai yang bervariasi, sehingga nilai rasio dimensi yang dihasilkanpun bervariasi. Perbedaan nilai rasio dimensi ini berpengaruh terhadap kemampuan
ability dari suatu kapal. Nilai rasio dimensi kapal kelompok alat tangkap statis yang
terdiri dari LB, LD, BD dan dD dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Nilai rasio dimensi utama kapal alat tangkap statis
Bentuk kasko
Kapal
LB
LD BD
dD Ä Ton
Gillnet Indramayu GNT1
3.08 8.36
2.71 0.67
42.43 Pole and Line
Sulawesi Utara PL 4.21
9.90 2.35
0.65 329.65
Long line 28,4 GT Pel. Ratu LL 1
3.92 8.46
2.16 0.74
45.72 Long line 60 GT
Bali LL 3 3.62
8.39 2.32
0.77 86.63
Long line 31 GT Pel. Ratu LL 4
4.05 7.73
1.91 0.68
48.94 U - bottom
Long line 33 GT Pel. Ratu LL 5
3.91 7.56
1.93 0.67
58.52 Trammel net
TRN 5.63
12.87 2.29
0.86 5.48
Gillnet Jakarta Utara GNT2
3.69 9.57
2.59 0.46
14.76 Round bottom
Compreng Cirebon CR
3.95 11.76 2.97
0.74 4.92
Pancing ulur PU
4.15 15.79
3.81 0.82
9.42 Round flat bottom
Bubu lipat Cirebon BL
2.75 11.94
4.34 0.63
4.13 Akatsuki bottom
Long line 40 GT Bali LL 2
3.46 9.47
2.74 0.84
69.22 Kisaran
2.75 – 5.63
7.56 – 15.79
1.91 – 4.34
0.46 – 0.86
4.13 – 329.65
Rata-rata 3.87
10.15 2.68
0.71 59.99
Keterangan : hasil penelitian Rahman 2004
hasil penelitian Handayani 2005 hasil penelitian Pratiwi 2005
26 Selanjutnya yang hanya akan dibahas adalah rasio nilai BD dan ton
displacement kapal. Hal ini dikarenakan kedua hal tersebut yang selanjutnya akan digunakan untuk mengkaji stabilitas statis kapal. Dari hasil penelitian Rahman
2004, dijelaskan bahwa kesepuluh kapal selain Gillnet Jakarta Utara GNT 2 dan Bubu lipat Cirebon BL, memiliki kisaran nilai rasio BD antara 1,91 m – 3,81 m
dengan nilai rasio rata-rata sebesar 2,52 m. Kisaran nilai rasio BD ini seluruhnya 100 masuk ke dalam kisaran kapal-kapal kelompok alat tangkap statis yang ada di
Indonesia pada umumnya yaitu berkisar antara 0,96 m - 4,68 m Iskandar dan Pujiati, 1995. Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas yang dimiliki oleh kapal-kapal static
gear yang diteliti juga berada dalam kisaran stabilitas kapal kelompok alat tangkap statis umumnya yang ada di Indonesia. Semakin besar nilai rasio BD maka semakin
baik stabilitas kapal tersebut. Stabilitas yang baik sangat dibutuhkan sekali bagi kapal kelompok static gear, terutama pada saat melakukan operasi penangkapan baik itu
pada saat setting maupun hauling. Adapun untuk kapal Gillnet Jakarta Utara GNT 2 dan Bubu lipat Cirebon BL, memiliki kisaran nilai rasio BD antara 2,59 m – 4,34 m
dengan nilai rasio rata-rata sebesar 3,47 m. Kisaran nilai rasio inipun masuk dalam kisaran nilai rasio BD yang dikeluarkan oleh Iskandar dan Pujiati 1995 yaitu
berkisar antara 0,96 m – 4,68 m. Nilai ton displacement merupakan berat dari air yang dipindahkan bila kapal
terendam hingga garis air water line. Adapun nilai ton displacement yang diperoleh berkisar antara 4,13 ton - 329,65 ton dengan rata-rata sebesar 59,99 ton.
4.2 Stabilitas Statis Kapal Kelompok Alat Tangkap Statis